Reyhan mengambil tasnya yang ia simpan dibalik meja kasir, setelah ia hampir seharian membantu mamihnya mengantarkan bunga-bunga pesanan, ia berniat untuk pulang, lagipula tugasnya sudah selesai. Dan pada dasarnya memang ia tidak suka datang ke toko, ia melakukannya hanya ingin bertemu Kania saja, tetapi apa daya jika yang menerima bunga bukan gadis pujaannya itu.
Reyhan kembali ke Tina untuk berpamitan. "Mih, Rey pulang duluan ya," ucap Reyhan.
"Iya, harus pulang ke rumah, jangan kemana-mana lagi," pesan Tina.
"Siip, Bos!" ucap Reyhan seraya melakukan hormat.
Reyhan keluar dari toko, menaiki sepeda motornya kemudian menancapkan gas dari sana. Hari ini perasannya memang sedang kacau karena melihat Yudha, rivalnya sudah selangkah lebih maju darinya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan lebih tinggi.
***
Kania dan Yudha masih sibuk dengan praktek telur asin mereka. Mereka mulai melakukan tahap untuk menghaluskan permukaan cangkang telur menggunakan alat amplas, itu adalah salah satu tahap yang sangat penting.
Yudha banyak menjelaskan mengenai hal itu kepada Kania. Kania memperhatikan Yudha yang sedang menghaluskan. Tatapannya sangat lekat, sangat serius. Kania kalau soal belajar memang selalu serius. Karena cita-citanya menjadi guru, tentu ia harus haus akan ilmu.
"Kenapa harus dihaluskan dulu, Kak?" tanya Kania.
"Supaya cangkang telurnya tipis, dan biar garamnya gampang menyerap," jelas Yudha.
Kania mengangguk mengerti. "Sekarang kamu coba," ucap Yudha, ia menyerahkan telur dan amplasnya kepada Kania.
Kania mencobanya. Ternyata tidak begitu sulit. Ia menghaluskan dengan sangat teliti sampai tidak ada bagian yang belum teramplas.Satu persatu telur sudah selesai. Sekarang tahap menutupi permukaan telur dengan abu gosok yang sudah dicampur dengan garam. Kania mengambil satu telur, lalu membalutnya.
Setelah semuanya sudah terbalut, tinggal menunggu sekitar 20 hari telur di dalam wadah tertutup.
Kania merasa senang, karena ia bisa memahami setiap tahapnya. Dan memang gadis itu selalu senang dengan yang namanya belajar.
"Makasih, Kak," ucap Kania senang.
"Sama-sama." Yudha tersenyum melihat Kania yang terlihat sangat senang.
Dari ambang pintu, Risma memanggil.
"Ya," panggil Risma.
Kania menoleh ke sumber suara. Ibunya sedang berdiri disana.
"Iya, Bu," jawab Kania sedikit berteriak.
"Makan siang dulu, ajak Yudha makan," suruh Risma.
Kania mengangguk, sebagai kode mengiyakan. Lalu Risma kembali masuk ke dalam.Kania menoleh ke arah Yudha, berniat untuk mengutarakan ajakan ibunya.
"Kak, kita makan dulu. Ibu udah masak," ucap Kania ragu.
"Boleh," ucap Yudha tanpa ragu.
Mereka segera masuk ke dalam karena Risma sudah menunggu di meja makan. Begitu sampai disana, Kania mengambil duduk dan mempersilakan Yudha untuk duduk, Yudha memilih duduk di samping Kania. Mereka menghadap Risma dengan canggung.
"Ibu masak nasi goreng, dimakan ya," ucap Risma.
"Maaf, Tante, saya jadi merepotkan disini," ucap Yudha merasa tidak enak.
"Gak apa-apa, Ibu gak merasa direpotkan."
"Panggilnya Ibu aja, ya," sambung Risma.
Yudha tersenyum kikuk, ia menatap Kania, gadis itu diam saja, tak berkomentar apapun. Sampai Risma menyuruh mereka untuk menyantap hidangannya. Kania menyendoki nasi goreng untuk Risma. Risma menatap Kania, memberi kode untuk menyendoki ke piring Yudha. Kania tak langsung bereaksi, ia diam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA (On Going)
Teen FictionKetika cinta tidak berlandaskan karena Allah. Dan segala hal yang disebut perasaan cinta bukan pada saat yang tepat. Kania Lathifah, perempuan lemah lembut yang berhasil membuat Reyhan jatuh hati. Kania adalah perempuan shalihah yang menjadi dambaan...