Calon Menantu

18 6 0
                                    

Reyhan terus bertanya perihal balasan itu. Ia benar-benar tidak memberikan celah kepada Kania.

Harus gue sebutin?" ucap Reyhan. 

"Jangan!" teriak Kania, sehingga membuat semua orang semakin memperhatikannya. Ia benar-benar tidak ingin mereka mengetahuinya.

Ia mendongak ke arah Reyhan yang lebih tinggi darinya, semakin ia ingin mengatakannya, semakin bibirnya kaku. Sedangkan tatapan Reyhan mengisyaratkan bahwa ia menunggu jawabannya.

"Kita bahas nanti, ya?" tawar Kania. Ia segera pergi dari sana, mempercepat langkahnya.

"Kania!"

Reyhan hanya bisa pasrah, gadis itu pergi begitu saja, padahal ia hanya ingin memastikan saja balasan mengejutkan itu.

Amar dan Roni menghampiri, mereka penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

"Kenapa, sih, Rey?" tanya Amar.

Reyhan menyodorknan ponselnya kepada Amar, memberi kode untuk membaca balasan dari Kania.

Amar dan Roni tak kalah terkejut.

"Kania serius balas seperti ini?" tanya Amar tak percaya.

"Apa, sih? Coba sini gue liat," ucap Roni, ia merebut ponsel Reyhan dari Amar.

"KALAU KAMU SERIUS, LAMAR AKU."

Roni menyebutkan isi balasan pesan tersebut, seketika ia juga terkejut. Apa yang terjadi dengan Kania sehingga berani membalas itu.

"Kania udah ngebet mau dilamar?" tanya Roni.

"Rey, lo mau nikah muda?" tanya Amar.

Reyhan menoyor pelan kepala mereka.

"Sembarangan lo berdua!"

"Lagian tuh si Kania minta yang aneh-aneh begitu," ucap Roni.

Vita yang masih berada disana merasa jengah dengan percakapan mereka, kalau saja Kania tidak kabur barusan, ia pasti sudah makan di kantin dengan tenang.

"Kalian cowok-cowok diminta soal itu aja masih mikir," cibir Vita, menyilangkan tangannya di dada.

"Yaiyalah mikir! Kita kan masih sekolah!" sentak Amar.

"Amar! Jangan bentak dedek Vita!" sahut Roni.

"Kalau gak sanggup menuhi itu, tinggal lupain Kania," sarkas Vita.

"Kania bukan tipe cewek yang mau terus-terusan dideketin tanpa kejelasan," sambung Vita.

"Gue harus tanya ini langsung sama dia," ucap Reyhan, kemudian pergi.

"Semangat, Abang Rey," seru Roni.

Tak lama Reyhan berjalan berbalik, kembali ke arah mereka.

"Lo ngapain balik lagi? Nyerah? Jangan gitu, Rey, cewek butuh perjuangan, lo.."

"Handphone gue," ucap Reyhan memotong pembicaraan Roni, ia meminta ponselnya yang masih dipegang Roni.

"Oh, kirain," cengir Roni, memberikan ponsel tersebut.

Reyhan mempercepat langkahnya.

"Kasian si Rey, belom apa-apa udah disuruh ngelamar," ucap Amar, miris dengan nasib sahabatnya itu.

"Gue ke kelas dulu," pamit Vita.

"Dedek Vita gak makan dulu?" tanya Roni.

"Udah gak lapar!" jawab Vita ketus.

"Gak mau minta dilamar juga kayak Kania?"

Vita bersiap memukul Roni, tetapi ia tahan.

"Becanda," cengir Roni.

RASA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang