Hari minggu kali ini tidak seperti biasanya, Kania terus mondar-mandir tidak jelas di kamar. Perasaannya sangat gelisah. Tiap kali ada seseorang yang datang ke rumah, jantung Kania langsung berdetak sangat cepat, ia takut Reyhan benar-benar datang.
Jika saja ia tidak mengatakan hal itu, pasti tidak akan menjadi seperti ini. Dan jika saja Vita tidak menyarankannya, mungkin saja Kania bisa tenang menikmati hari minggunya. Tunggu, Kania teringat Vita, sedang apa cewek itu sekarang?
Kania meraih ponselnya, mencari kontak Vita.
"Assalamu'alaikum, Vit. Kamu dimana?"
"Wa'alaikumussalam, di rumah, Ya. Ada apa?
tumben telfon?""Bisa ke rumah aku sekarang?"
"Ngerjain tugas bareng? Biasanya juga lo kerjain sendirian."
"Bukan, pokoknya kamu kesini aja, ya, sekarang."
"Oke, sepuluh menit lagi gue sampe."
"Oke. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Kania memutuskan sambungannya. Semoga saja Vita bisa datang sebelum Reyhan. Ia terus berdoa seperti itu.
Tiba-tiba Zaki memanggilnya dari luar, jantungnya langsung berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Apakah Reyhan sudah datang? Ia tidak ingin menemui cowok itu, sungguh. Setelah sekian kali Zaki memanggil, Kania masih tidak ingin keluar dari kamarnya. Hingga sang Abah menghampirinya, dan hal itu membuat jantung Kania semakin kencang saja berdetak.
Zaki membuka setengah pintu kamar.
"Ya, Abah panggil kamu daritadi," ucapnya.
"I-iya, Bah, Kania baru aja mau keluar," ucap Kania gugup.
"Ada orang yang cari kamu di luar."
Kalimat tersebut mampu menohok Kania. Ia menelan salivanya perlahan. Raut tegang terlihat jelas di paras cantiknya.
"Siapa, Bah?" Kania memberanikan bertanya.
"Abah gak terlalu mengenali," ucapnya seraya berpikir, berusaha mengingat wajah orang tersebut.
"Perempuan?"
"Laki-laki."
Kania mendadak salah tingkah di depan Zaki, keringat dingin mulai keluar dari permukaan kulitnya. Kania sedikit mengipas-ngipas dirinya dengan kedua tangannya.
"Kamu kenapa? Abah perhatikan kayak orang lagi panik," curiga Zaki.
"Gak apa-apa, Bah, Kania cuma kepanasan aja," ucap Kania cepat.
Zaki melirik Air Conditioner yang bertengger di dinding atas kamar Kania, benda tersebut dalam keadaan on.
"AC nyala, Abah juga gak merasa kepanasan," ungkap Zaki, membuat Kania semakin panik saja.
"Gak tau, Bah, tapi rasanya panas aja," bisik Kania, bahka ia hampir tidak menggerakkan bibirnya.
"Cepet kamu keluar, orangnya udah nunggu," suruh Abah.
Laki-laki paruh baya itu keluar lebih dulu dari kamar. Kania menyiapkan mentalnya, menstabilkan detak jantungnya. Begitu diarasa sudah siap, Kania mulai keluar.
Sebelum sampai ruang tamu, Kania mendengar suara seorang laki-laki berbicara kepada Zaki. Tidak begitu jelas. Akhirnya ia memutuskan untuk menerobos saja, apapun yang akan terjadi nanti, jalani saja.
"Bismillah," ucap Kania dalam hati.
Kania sangat terkejut dengan laki-laki tersebut. Tubuhnya mendadak mematung, memperhatikan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA (On Going)
Teen FictionKetika cinta tidak berlandaskan karena Allah. Dan segala hal yang disebut perasaan cinta bukan pada saat yang tepat. Kania Lathifah, perempuan lemah lembut yang berhasil membuat Reyhan jatuh hati. Kania adalah perempuan shalihah yang menjadi dambaan...