Kania baru saja selesai mengganti seragamnya dengan pakaian biasa, ia menuju ke dapur untuk membuat makan siang. Kania sedang giat-giatnya memasak, bahkan ia sampai harus membeli buku resep berbagai masakan, meskipun teknologi saat ini sudah sangat canggih, bisa dengan mudah semua orang mencari yang diinginkan melalui internet. Namun, Kania lebih menyukai buku, sesuatu yang bisa ia pegang dan simpan.
Setelah selesai dengan masakannya, Kania menyajikannya di meja makan, menatanya dengaan rapih. Aroma masakan Kania sampai membuat Zaki dan Risma mendatanginya. Mereka selalu suka dengan aroma dan rasa masakan putrinya itu.
"Hari ini masak apa, Ya?" tanya Risma.
"Cumi cabai hijau, Bu," jawab Kania seraya tersenyum.
Zaki tidak berhenti menghirup aroma masakan Kania.
"Yuk, makan, abah udah lapar banget," seru Zaki seraya mengusap perutnya yang sedikit buncit.
"Yuk, Bah, kita makan," sahut Kania. Ia menyendoki nasi dan lauk untuk Risma dan Zaki.
"Bismillah," seru Zaki, kemudian melahapnya. Ia terlihat sangat senang dengan masakan Kania.
"Bah, besok setelah pulang sekolah Kania mau izin mengajar," ucap Kania.
"Dimana?"
"Gak jauh dari pasar."
"Sama siapa? Mau abah antar?"
"Gak perlu, bah. Kania bareng temen."
"Vita?"
"Bukan, bah, Kak Yudha, kakak kelas Kania," jelas Kania.
"Laki-laki?" tanya Zaki terkejut. Kania mengangguk pelan.
"Ibu kenal sama Yudha, bah," ucap Risma.
"Dia anak baik, sholeh, sopan dan mau membantu sesama," sambungnya.
Zaki tampak berpikir, ia terlihat cemas dan ragu memberi izin kepada putrinya.
"Naik apa?"
"Kak Yudha bawa mobil, bah."
"Sudah punya SIM?"
"Dia bilang sudah, bah."
Zaki menatap Risma dengan penuh arti, meminta Risma untuk meyakinkannya. Risma tersenyum dan mengagguk mantap.
"Janji gak akan lama?"
"InsyaaAllah, gak akan lama, bah."
"Oke, abah izinin."
Kania dan Risma tersenyum senang. Mendapat izin dari Zaki adalah hal yang sangat langka bagi kania.
"Makasih, bah."
***
Reyhan baru saja sampai dirumah, ia menenteng paperbag yang berisi rangkaian bunganya, meletakkannya di meja kamarnya, kemudian membuang tasnya ke sembarang tempat.
Reyhan melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan bedcover berwarna abu-abu, warna favoritnya. Tiba-tiba ponselnya bergetar di saku celananya, ia segera membuka chat room grupnya bersama Roni dan Amar.Roni : Guys, gue mau curhat.
Amar : Apa?
Roni : Gue sendirian di rumah.
Amar : Terus?
Roni : Kalian gak ada niatan nginap di rumah gue nanti malam?
Amar : Gak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA (On Going)
Teen FictionKetika cinta tidak berlandaskan karena Allah. Dan segala hal yang disebut perasaan cinta bukan pada saat yang tepat. Kania Lathifah, perempuan lemah lembut yang berhasil membuat Reyhan jatuh hati. Kania adalah perempuan shalihah yang menjadi dambaan...