Apa yang kau tahu dari rasa yang datang secara tiba-tiba?
Yang tumbuh dengan cepat seperti bunga di atas tanah yang basah.
Hari senin pagi, seperti biasa menjadi agenda setiap seminggu sekali untuk para murid dan guru melaksanakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih. Semua murid telah berkumpul di lapangan sesuai dengan kelompok perkelas. Namun, kali ini sedikit berbeda. Karena selain upacara pengibaran bendera, juga akan dilaksanakan kegiatan penyambutan kepada murid SMA Bakti Karya sekaligus pengenalan bagi murid. Meskipun sebelumnya mereka sudah saling mengenal di SMP Bakti Karya, tetapi ada beberapa murid baru dari SMP lain yang melanjutkan SMA di Bakti Karya, untuk itu kegiatan ini menjadi wajib setiap tahun.
Setelah upacara dan acara selesai, salah satu murid akan diminta untuk memimpin do'a. Siapa lagi jika bukan Kania, murid berprestasi kebanggan sekolah. Selain pintar, Kania juga merupakan perempuan yang shalihah dan memiliki paras yang jelita. Tidak banyak murid perempuan di sekolah seperti Kania. Kania sangat digandrungi pria yang juga setara dengannya, memiliki pemahaman agama yang bagus.
"Gue baru tau tuh cewek," celetuk Reyhan. Setelah Kania selesai membacakan doa.
"Mana?" tanya Amar yang sedari tadi tidak memperhatikan.
"Cewek yang diminta pimpin doa," jawab Reyhan.
"Dia Kania, primadona Bakti Karya, jelas lah lo gak kenal, lo aja baru pindah lagi kesini setelah lulus SD, sedangkan dia dari SMP masuk Bakti Karya," jelas Amar.
"Dia udah punya pacar?" tanya Reyhan.
"Jangan bilang lo mau jadiin dia pacar," tebak Amar.
Reyhan hanya tersnyum, Amar mulai curiga terhadap sikap Reyhan.
"Lo gak akan bisa, Rey," ucap Amar.
"Kenapa?"
"Dia gak pacaran, dia bukan seperti cewek-cewek lain," jelas Amar.
"Apa yang gue gak bisa, Mar," sombong Reyhan.
"Sombong sekali," cibir Amar.
Mereka hanya ceikikian dibelakang kemudian kembali fokus ke depan.
"Roni kemana, Mar?" tanya Reyhan yang daritadi tidak melihat salah satu sahabatnya itu.
"Tadi dia bilang sama gue kalo dia mau pura-pura pingsan biar gak ikut upacara," jawab Amar.
"Dari dulu gak berubah, lo sebagai temennya gimana sih, Mar," sindir Reyhan.
"Apaan? Jadi gue yang salah. Otak dia yang bermasalah," sahut Amar.
"Parah lo temen sendiri," cengir Reyhan.
Semua murid memasuki kelas yang sudah ditentukan. Kali ini pelajaran belum dilaksanakan dengan sempurna. Karena masih dalam situasi pengenalan. Reyhan mengambil duduk disebelah Amar, seperti biasa saat mereka SD dulu. Kebetulan mereka dipersatukan kembali di kelas yang sama, tentunya juga dengan Roni. Persahabatan mereka memang seperti ulat tanpa kepompong, tidak pernah berubah. Hanya waktu saja yang berubah.
"Kenapa nih tas gemblok buluk ada di meja gue?" protes Roni yang tiba-tiba datang dan melihat tas Reyhan yang diletakkan di meja yang seharusnya menjadi miliknya.
"Kenapa nih muka buluk ada di depan gue?" balas Reyhan yang mengundang tawa satu kelas.
"Kejam lo, Rey," sahut Roni dengan raut muka kesal. Reyhan dan Amar hanya tertawa.
"Dari mana lo?" tanya Amar basa-basi, meskipun ia tahu kebiasaan Roni ketika hari senin.
"UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA (On Going)
Teen FictionKetika cinta tidak berlandaskan karena Allah. Dan segala hal yang disebut perasaan cinta bukan pada saat yang tepat. Kania Lathifah, perempuan lemah lembut yang berhasil membuat Reyhan jatuh hati. Kania adalah perempuan shalihah yang menjadi dambaan...