CLARA 3

90 11 0
                                    

Azka berjalan ke ruang kepala sekolah karena Dion-ayah Azka, memintanya untuk bertemu dengan dia.
Azka memasuki ruang kepala sekolah tanpa mengetuk pintu dan melihat ayahnya yang sedang duduk di kursinya dengan posisi berbalik. Dion sadar akan kehadiran anaknya langsung melihat penampilan anak laki-lakinya dari atas sampai bawah.

"Anak sekolah atau apa kamu ini!! penampilan sudah seperti preman aja!!" Gertak Dion.

Azka hanya memutar bola matanya malas lalu duduk di bangku yang ada didepannya.

"Ada perlu apa anda memanggil saya" ucap Azka dengan dingin.

Dion hanya menghela napas mendengar ucapan anaknya. Memang hubungan Azka dengan ayahnya kurang baik semenjak ibu Azka-Bunga meninggal dunia. Sejak itu Azka menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya.

"Saya ini ayah kamu, seharusnya kamu hormati saya!"

"Cihhh... seorang ayah? jangan harap saya menganggap anda sebagai ayah saya setelah apa yang anda perbuat pada ibu saya" ucap Azka dengan nada meremehkan.

"Okey, terserah kamu mau menganggap saya apa. Tapi satu yang perlu kamu tau Azka, kematian ibumu itu bukan kesalahan ayah!" jawab Dion dengan sedikit marah.

"Kalau anda masih banyak bicara, saya pergi"

"Baik-baik, ayah mau sebentar malam  kamu dengan ayah pergi ke acara teman ayah karena ada sesuatu yang mau ayah bicarakan sehubungan dengan kamu" jelas Dion.

"Kalau sudah saya pergi"

Azka berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruang kepala sekolah itu.

"Kamu harus datang Azka, kalau tidak kamu jangan pernah datang lagi ke rumah!!

"Beraninya hanya mengancam saja" ucap Azka yang hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.

Azka menuju tempat parkiran dan menaiki motornya. Hujan turun dengan sedikit deras. Azka tetap menyalakan motornya dan meninggalkan pelataran SMA Garuda.  Dari jauh dia sempat melihat seorang  perempuan di halte bis pinggir jalan.

"Itukan perempuan yang tadi nabrak gue"ucap Azka.

Dia melajukan motornya, dengan sesekali matanya melirik perempuan itu yang tak lain adalah Clarita. Dilihatnya Clarita berteriak histeris, karena penasaran dia melajukan motornya ke arah Clarita dan berhenti tepat didepan halte itu. Azka mempercepat langkahnya kearah Clarita karena perempuan itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan Azka cepat-cepat menangkap tubuh Clarita. Azka melihat wajah Clarita yang pucat, dan Ia langsung menggendong Clarita dengan ala Bridal style. Dibawanya Clarita keatas motornya. Merasa posisi Clarita sudah aman, Azka langsung menyalakan motornya dan melaju membelah hujan yang semakin deras.

"Kenapa sih sama cewe ini?" tanya Azka pada dirinya sendiri.

Karena dia tidak tahu dimana rumah Clarita, akhirnya dia memutuskan untuk membawa Clarita kerumahnya.
Setelah beberapa menit, Azka tiba dirumahnya dan Dia langsung membawa Clarita kedalam rumah.

"Bi.... Bi Idah....!!" panggil Azka.

"Iya den" jawab Bi Idah, dan langsung berlari dari dapur kearah Azka.

"Siapa ni Den?!" tanya Bi Idah dengan sedikit terkejut, karena baru kali ini Ia melihat majikannya membawa perempuan kerumahnya.

Bi Idah sudah lama bekerja di rumah Azka, sejak Azka berumur 5 tahun. Jadi Azka sudah bisa dibilang sangat dekat dengan Bi Idah.

"Ini teman Azka tadi pingsan di jalan.  Sekarang Bi Idah ambil air hangat sama handuk terus bawa ke kamar Azka aja" jawab Azka.

Azka langsung membawa Clarita ke kamarnya yang berada dilantai atas. Setibanya dikamar, Azka menidurkan Clarita di kasurnya. Tidak lama kemudian, Bi Idah datang dengan membawa air hangat dengan sebuah handuk.

CLARA✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang