CLARA 15

15 4 2
                                    

Budayakan Vote⭐
Sebelum baca

H A P P Y   R E A D I N G

"Az-ka" gugup Berliana

Clarita membuka matanya dan melihat Azka berdiri di depannya dengan tangannya menahan tangan Berliana yang hendak menamparnya. Azka memandang tajam ke arah Berliana, membuat Berliana jadi takut.

"Apa-apaan ini? Lo mau nampar anak orang?!!" tanya Azka dengan suara tegas.

Berliana terkejut karena tiba-tiba Azka sudah ada di depannya. Dan tidak hanya dia, semua murid yang berada di kantin pun terkejut dan heran karena baru kali ini mereka melihat Azka yang spek nya orang dingin, tiba-tiba membela seseorang apalagi itu cewe.

"Maaf Azka,  gue gak bermaksud buat nampar kok. Gue cuman...." Berliana bingung ingin berkata apa.

Azka memandang tajam Berliana,
"Kalau gak bermaksud buat nampar, terus kenapa Lo ngangkat tangan lo? Emangnya Lo pikir bisa ngelakuin apa aja hanya karna Lo Queen SMA Garuda?" ujarnya dengan nada tegas.

Berliana merasa terpojok. Dia tidak suka dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia salah dan akhirnya memanggil Azka dengan nada yang agak bergetar,

"Az....Azka, gu...guee minta maaf. Gak seharusnya gue bertindak impuls kaya tadi"

"Jangan minta maaf ke gue tapi ke Clarita". Azka menatap Berliana dengan tatapan yang kurang bersemangat.

Dengan sedikit ogah-ogahan Berliana menatap Clarita untuk meminta maaf,
"Maafin gue", kata Berliana dan langsung beranjak pergi dari situ.

"Lo gapapa?" Tanya Azka sembali menatap Clarita.

Clarita acuh tak acuh, "Gue gak butuh bantuan Lo!' Dan satu hal lagi, gak usah nunggu terimakasih dari gue" Clarita langsung berlalu keluar kantin.

Azka? Dia hanya menatap kepergian Clarita. Sebenarnya dia sedikit sedih dan kecewa dengan sikap Clarita. Namun, semua itu memang karena gara-gara dia sendiri. Setelah itu Azka langsung memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Ravael dan Deva juga langsung mengikuti Azka yang hendak pergi itu. Jeane? Jangan tanya lagii, dia sedari tadi sudah langsung mengekori Clarita pergi.

•••

Setibanya di toilet, "Clar, lo gapapa kan?" Tanya Jeane dengan sedikit khawatir sambil  mencoba membersihkan seragam Clarita yang kotor.

"Gue nya gapapa, cuman lihat nih, seragam gue jadi kotor gini" jawab Clarita malas.

"Duh...gimana ya', Oh iya! ganti aja sama baju olahraga kita. Lo punya kan?" Seru Jeane dengan senang.

"Nahh bener tuh, tapi kan gue gak punya. Belum dikasih sama pihak sekolah"

"Yahhh", Jeane yang tadi sudah senang langsung memelas.

Jeane menghela nafas panjang. "Gimana dong? Masa' lo mau ke kelas pake seragam yang kotor kayak gini?"

Clarita menatap ke arah cermin, melihat dirinya yang kusut dan kotor. Dia merasa malu untuk kembali ke kelas dengan keadaan seperti ini.

"Gue...gue ke UKS aja deh. Minta baju ganti disana," kata Clarita.

Jeane mengangguk setuju. "Ya udah, yuk. Gue temenin."

Clarita dan Jeane berjalan menuju UKS. Sepanjang perjalanan, pikiran Clarita berkecamuk dengan kejadian tadi, dimana Azka yang menolongnya itu. Namun cepat-cepat Ia alihkan pikirannya ke yang lain. Clarita masih belum bisa memaafkan Azka. 

"Clar, lo kenapa?," kata Jeane selepas melihat raut wajah Clarita yang memelas.

Clarita tersenyum tipis. "Gapapa kok Jeane."

•••

Sesampainya di UKS, Clarita bertemu dengan Bu Ana, petugas UKS yang baik hati. Bu Ana memberikan baju ganti kepada Clarita dan membantunya membersihkan diri.

Setelah selesai, Clarita merasa sedikit lebih baik. Dia berterimakasih kepada Bu Ana dan Jeane, kemudian kembali ke kelas.

•••

Ketika Clarita memasuki kelas, semua mata tertuju padanya. Dengan acuh Clarita langsung menuju tempat duduknya.

Bel pelajaran berbunyi. Guru masuk ke kelas dan pelajaran dimulai. Clarita mencoba untuk fokus pada pelajaran, namun dia tidak bisa berhenti memikirkan kejadian yang menimpanya.

Dia merasa sedih, kecewa, dan marah. Dia marah kepada Berliana yang telah menamparnya, dan dia juga marah kepada Azka.

Jam pelajaran pun berlalu. Bel pulang sekolah berbunyi. Clarita ingin cepat pulang ke rumah. Jeane pun sudah dijemput sopirnya. 

"Clar, tunggu bentar," kata Azka.

Clarita yang hendak berjalan ke halte pun berhenti dan berbalik. "Apa?!" jawab Clarita malas. Sebenarnya Clarita sadar kalau sedari kelasnya itu Azka sudah mengikutinya. 

Azka menatap Clarita dengan tatapan serius. "Gue mau ngomong sesuatu."

Clarita mengerutkan keningnya "Emangnya ada yang perlu diomongin? seingat gue, lo yang ga mau lagi ngomong sama gua!"

Azka menghela nafas. "Gue tau gue salah."

"Terus?"

"Makanya gue mau jelasin semua ke lo, kenapa gue suruh lo jauhin gue" Jawab Azka dengan tatapan serius, berharap Clarita mau mendengarkan dia. "kalau lo bersedia dengerin penjelasan gue" Azka mengulurkan tangannya.

Clarita hanya menatap tangan Azka. Clarita berpikir, tidak salah juga Dia mendengarkan penjelasan dari Azka. Saat hendak mengangkat tangannya untuk menerima uluran dari Azka, tiba-tiba

"Clarita.."

Clarita dan Azka berbalik ke sumber suara, dan ternyata itu Ayah Clarita. "Ayo kita pulang" seru ayahnya sambil menatap tajam ke arah Azka. Clarita pun cepat-cepat beranjak ke Ayahnya yang sudah menunggu disamping mobil. Azka menatap mobil itu yang semakin menghilang dari pandangannya dengan kosong.

 Azka menatap mobil itu yang semakin menghilang dari pandangannya dengan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks ya buat kalian yang masih mau mampir buat baca cerita ini❤️.

Sorry banget karna selaama 2 tahun terakhir ini belum bisa up, karnaa emang lagi buntu banget sama persiapan masuk kuliah. 

Dan sekarang lagi kosong dan udah mulai muncul lagi ide-ide buat kelanjutannya. 

Di tunggu ya👊😘


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLARA✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang