TUOV : #09. The Darkness from the Past.

101 15 0
                                    

"Selama aku masih ada, tak akan kubiarkan suara kalian tidak didengar"

- Kang Kwon Joo -

"Kegelapan selalu ada bersisian dengan jalan terang. Counters ada untuk membasmi para iblis tersebut. Itu sebabnya kami berjuang".
- Ga Mo Tak-

*************

Ada yang berbeda dari kasus Cheon Bong Il, bukan sekedar seorang lelaki dikejar-kejar oleh 'diduga' orang yang ingin membunuhnya, akan tetapi, lebih dari itu.

Kwon Joo tahu, instingnya berkata demikian.

Kemudian, alasan yang membuat wanita itu nekad untuk turun (lagi) ke lapangan adalah. Suara itu....

Dari sela-sela rengekan serta tangis Cheon Bong Il yang nyaris pecah, Kwon Joo dapat mendengarkan suara sarung tangan lateks digesek serta dimainkan pada permukaan punggung tangan.

Memori Kwon Joo seketika kembali pada kejadian nyaris dua tahun lalu.

"Tolong saya...tolong saya..dia ingin membunuh saya dengan benda tersebut. Tolong saya" pinta Bong Il.

Disertai bunyi senar pancing dimainkan.

Kwon Joo berusaha keras menepiskan kecemasannya. Meyakinkan diri sendiri jika semua hanya kebetulan semata. Akan tetapi kegelisahan juga rasa takut seperti dua tahun lalu kembali memenuhi dirinya.

Mendadak, wanita itu sedikit kesulitan untuk bernafas. Ia membuang muka, berusaha menghindari tatapan Kapten tim barunya yang kini sedang mengebut secepat ia bisa.

Namun.

"Kang Center, aku rasa kamu tidak baik-baik. Apa kamu yakin bisa turun ke lapangan?" Ga Mo Tak terdengar cemas.

Kwon Joo mengangguk. "Aku hanya sedikit panik" ia jelas berbohong.

"Sebentar lagi kita akan sampai".

Mo Tak memacu lebih kencang lagi. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah tiba di lokasi. Mo Tak mengerem terlalu mendadak hingga bunyi ban Kwon Joo berdecit sangat kencang. Sesudahnya mereka bergegas turun.

Kwon Joo serta Mo Tak sama-sama menyiapkan senjata. Tepat saat itulah trio Detektif bersama tim bantuan lapangan lain datang.

Eun Soo mengirim denah lokasi pada Kwon Joo, wanita itu segera membagi tim menjadi empat. Ia dan Mo Tak akan masuk lewat jalur samping kanan gudang.

"Keselamatan korban adalah yang utama. Kalian paham" tukas Kwon Joo setelah selesai memakai rompi anti pelurunya.

Semua orang mengangguk.

Kemudian mereka mulai bergerak.

Kwon Joo memasang kupingnya baik-baik, mencoba menangkap suara sekecil apapun yang dapat ia jangkau. Mo Tak berjalan mendahuluinya, menyiapkan pistol di atas kepala.

Udara dalam gudang amat lembab, aroma debu bercampur sisa lumut memenuhi indra penciuman Kwon Joo.

Tepat saat itulah, Kwon Joo menangkap suara benda berat di geser di atas tanah. Mo Tak sepertinya juga menyadarinya, langkahnya terhenti, ia menoleh pelan, memberi isyarat melalui matanya. Kwon Joo mengangguk.
Tak jauh di depan mereka ada pintu kayu bercat merah. Keduanya sudah mencapai ambang pintu saat.

Sebuah suara jeritan laki-laki yang lantang.

Panik.

Kwon Joo dan Mo Tak menghambur masuk. Rupanya ini gudang penyimpanan makanan basah dan kering yang dibekukan. Ada sangat banyak kamar-kamar kecil diberi sekat serta tertutup plastik.

Keduanya berpencar. Mencari di setiap lorong dan kamar. Kwon Joo sudah tiba di ujung kamar lorong pertama sewaktu Mo Tak berbicara lewat panggilan komunikasi. "Dia ada di sini! Terluka parah. Namun masih hidup!" setengah memekik, meski masih lirih.

Kwon Joo bergegas berlari ke tempat Mo Tak berada namun....

Akan tetapi....

Suara sarung tangan lateks itu lagi.

Arahnya berasal dari sisi lorong sebrang tempat Kwon Joo sekarang berdiri. Di sana tampak gelap juga pekat.

Kemudian, Kwon Joo mendengar suara lagi.

Amat pelan. Tapi itu jelas-jelas suara seorang pria.
Dan dia bernyanyi.

Kwon Joo menekan ear piercenya dan berbicara lirih pada Kaptennya. "Panggil tim lain untuk ke sana. Suruh juga mereka menelpon ambulans. Aku rasa aku menemukan jejak pelakunya. Aku akan mengejar dia lebih dulu".

" Kang Center jangan bertindak bodoh!".

Kwon Joo tidak menanggapi. Seluruh atensinya hanya tertuju pada lorong gelap dan panjang di depannya.

"Ya! Nona Kang!" .

Kali ini Kwon Joo sengaja mematikan sambungan agar dia bisa fokus. Mengarahkan pistol ke depan wajah, Kwon Joo mulai menyusuri lorong tersebut hanya berdasarkan semua panca indra nya.

Gelap. Pekat. Tak ada secercah sinar mentari masuk. Lalu suara langkah itu terdengar lagi. Kini seakan hanya beberapa meter di depannya.

Sosok itu, siapapun dia tampak berjalan santai. Seakan tidak sadar atau tak peduli kalau ada Polisi tengah mengejarnya. Meski insting Kwon Joo berkata kalau orang misterius tersebut sudah tahu jika dia tengah diikuti.

Kwon Joo mempercepat langkahnya. Tepat saat itu juga sosok yang ia kejar berhenti. Refleks, Kwon Joo juga melakukan hal serupa.

Sepasang netra Kwon Joo menyipit. Matanya sudah terbiasa dengan kegelapan, sehingga ia mampu melihat sebuah sosok terbentuk di depan sana.

Tinggi. Tampak kokoh. Dan mengenakan sesuatu seperti setelan jas hujan?.

Kwon Joo bisa merasakan kalau sosok itu juga tengah menatap lurus kepadanya. Sederetan gigi-gigi putih nan tajam tampak berkilauan sewaktu manusia itu menyeringai licik ke arah Kwon Joo. Dan detik berikutnya, ia berkata.

" Olaenmanieyo. Kang Kwon Joo Isajangnim".

Deg....deg...deg...

Suara maskulin tenor itu.

Desahan nafas tersebut.

Kwon Joo mengenalinya.

Suara yang selalu muncul dan menghantuinya dalam mimpi buruk selama 9 bulan pasca ledakan, satu setengah tahun lalu.

Amarah menggelegak dalam diri Kwon Joo. Kepanikannya telah berubah menjadi kebencian. Dan ketakutannya mampu menjadi kekuatan.

Kwon Joo kini berlari, mengarahkan senjatanya ke depan. Sambil membidik targetnya, ia setengah memekik.

"Kali ini aku tak akan membiarkanmu lolos. Bang Je Soo!"
.

#############

 ( COMPLETED) The Uncanny Of Voice : ( The Uncanny Counter  x Voice Kdrama) . Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang