Yellow Hyacinth

64 8 6
                                    

Gimana rasanya punya sahabat yang selalu ada dan mendukungmu selalu? Seperti Jimin dan Taehyung yang sudah bersahabat sejak mereka sekolah. Begitupun juga dengan aku. Kami bersahabat sejak memasuki sekolah menengah pertama. Saat itu, Freesia datang dengan rambut tergerai, mata indah dengan netra hazelnya, datang menghampiriku yang duduk sendiri di bangku taman. Dia menawarkan pertemanan paling indah yang pernah aku rasakan, bahkan persahabatan kami masih bertahan sampai masa putih abu. Oh iya, namaku Flora, dan aku seorang Army dan Hacin.

***

Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Adikku dua-duanya ada di pondok dan kedua orang tuaku sudah lama bercerai. Aku tinggal dengan Mama. Dulu, sewaktu aku masih kecil, Mama adalah sosok yang paling sering mendengar ceritaku, sekecil apapun. Tapi semenjak aku mendapat nilai jelek, sikap Mama mulai berubah. Mama sering menentang hobiku yang baru, yaitu fangirling. Bersyukur aku punya sahabat seperti Freesia. Dia sudah seperti saudara untukku. Setiap hari, aku selalu berangkat sekolah dengannya, rumah kami yang lumayan berdekatan memudahkan kami untuk berangkat bersama. Seperti saat ini, aku dan Freesia asyik mengobrol sambil menunggu angkot yang kami tumpangi sampai ke sekolah.

"Ra, tau ga Kak Asa katanya mau open PO e-book How Hard loh?"

"Hah? Serius? Tau darimana?"

"Nih, barusan Kak Asa bikin tweet katanya mau buka PO."

"Kak Asa kalo buka PO suka banget mendadak, mana belum ada uang, hikss." Rasanya aku ingin hujan duit aja.

"Gakpapa, Ra. Nanti kita nabung bareng yaa. Masih lama kok."

Salah satu alasan juga kenapa aku dan Freesia bisa berteman lama, kami memiliki hobi yang sama. Dia juga Army, kita suka makanan pedas, suka baca buku, dan suka liburan. Bahkan kami sudah merencanakan liburan bersama ke Korea.

Sampai di kelas, sudah ada beberapa teman kelas yang sudah tiba lebih dulu. Ada juga yang sudah pergi ke kantin untuk mencari sarapan. Tetapi, ada satu hal yang membuatku sedikit kurang nyaman berada di kelas ini. Ada beberapa orang yang sering mengolok-olok postur tubuhku yang sedikit lebih berisi. Aku sering dikatakan tidak cocok berteman dengan Freesia, karena Freesia cantik dan banyak yang menyukai nya. Namun, Freesia selalu menyakinku bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal lain yang membuatku sering diolok-olok juga karena aku suka K-Pop, mereka sering bilang aku terlalu banyak hidup di dunia mimpi, terlalu berharap, sok banyak uang karena selalu beli merchandise BTS, tidak sadar diri dan merasa bisa berjodoh dengan bias. Hal-hal tersebut yang membuatku sering menjauhkan diri dari mereka, namun selalu ada saja celah bagi mereka untuk mengolok.

Freesia pernah bilang, "Ra, kamu cantik dengan cara kamu sendiri, cukup dengan kamu terus bersyukur dan terus mencintai diri kamu sendiri, kamu hebat bahkan disaat orang lain mengolok-olok kamu, kamu terus berkembang dengan prestasi yang semakin banyak kamu raih. Dan mereka juga tidak akan paham seberapa Bangtan bisa influence kamu hingga bisa jadi wanita kuat seperti sekarang. Mereka hanya belum mengenal kamu dengan baik." Saat itu, aku langsung memeluk Freesia dan merasa bersyukur bisa berteman dengannya.

"Selamat pagi, tukang halu." Tawa anak-anak kelas yang sering mengolok-olok ku bermunculan setelah Dyka si ketua geng datang setelah dari kantin. Dyka ini yang menjadi penyebab mengapa aku sering diolok-olok. Hampir setiap hari ada saja yang dia katakan untuk mengolok-olok ku sehingga teman-teman yang lain ikutan.

Aku hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan membaca buku How to be Yuhn Jimin's Wife yang baru kubeli akhir tahun kemarin. Aku berusaha untuk tidak menggubris orang-orang yang sering mengatakan aku suka K-Pop, suka plastik, tukang halu. Aku berusaha untuk selalu tutup telinga, walau kadang sampai rumah aku masih terus kepikiran. Kata-kata mereka yang sering menghina penampilan dan hal yang aku suka membuat ku hampir mengalami depresi. Aku bukan tipe orang yang mudah menceritakan masalah ku kepada orang tua, bahkan aku lebih sering memendamnya. Jika aku merasa tertekan, aku lebih memilih bercerita ke teman terdekat atau pergi ke kamar mandi hanya untuk menangis. Aku akan menjadi lebih pendiam dan mengurung diri di kamar. Pelarian ku saat menghadapi hal itu adalah Bangtan, bahkan jika Kak Asa live instagram juga sudah sangat membantu mengembalikan mood ku.

Yellow HyacinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang