Chapter satu

1.1K 74 7
                                    

"Koo bisa tidak hari ini kau pulang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Koo bisa tidak hari ini kau pulang?"

"Tidak bisa aku sibuk. Aku akan pergi bersama kak Jin."

.

"Koo kapan kau tidur denganku? Aku ingin merasakan tidur di peluk. Kamu."

"Jangan bermimpi itu tidak akan terjadi."

.

"Koo kau tidak mencintaiku? Sedikitpun?"

"Sama sekali tidak."

.

Namaku Anh Hyejin , tapi orang-orang biasa memanggilku Hyejin. Usiaku menginjak dua puluh tahun. Namun aku tidak seperti gadis di luar sana, yang setiap hari bangun pagi bersiap untuk berangkat kuliah. Tidak. Tugasku setiap hari adalah menyiapkan segala kebutuhan suamiku.

Ya—aku sudah menikah, tiga bulan yang lalu dengan pria yang amat aku kenal. Jung, orang biasa memanggilnya seperti itu, tapi aku lebih suka memanggilnya Koos, atau Koo. Dia pria yang baik, bertanggung jawab, mapan juga royal. Namun sayang dia tidak mencintaiku.

Sial bukan? Kadang aku merasa brengsek saat menerima kenyataan bahwa dunia ini menempatkanku di garis cinta bertepuk sebelah tangan. Kenapa hanya aku yang mencintai Koo? Atau kenapa juga aku harus mencintai Koo?

Pernikahanku bukan seperti cerita yang biasa kalian baca. Misalnya kawin kontrak karena orang tuaku memiliki hutang dengan keluarga Koo? Tidak, bukan seperti itu. Orang tua ku kaya raya.

Atau Koo memaksaku menikah untuk menghindari perjodohan orangtuanya? Tidak juga. Koo yatim piatu.

Cerita apa lagi yang biasa kalian baca? Ah, atau mungkin Koo menikahiku hanya untuk balas dendam? Tepatnya menyiksaku karena kesalahan yang aku atau keluargaku buat? Sayang sekali itu juga tidak. Dia sama sekali tidak memperdulikan ku. Boro-boro menyiksa, bicara hanya seperlunya saja.

Oke, aku akan memulai dengan satu fakta ini. Pernikahanku dengan Koo sudah lama di rencanakan, sejak aku duduk di bangku sekolah dasar mungkin.

Sore itu aku pulang sekolah dan melihat kakaku, Jin, bermain dengan temannya. Dia Koo. Seingatku saat itu Koo baru saja pindah dari luar negeri. Dia pindah ke SMA Jin, menjadi teman sebangku, menjadi sahabat, menjadi saudara bahkan lebih. Dan mulai saat itu juga aku menyukai Koo.

Mungkin menggelikan, anak kecil sepertiku dulu menyukai laki-laki yang jauh lebih tua di atas umurku. Tapi aku berani taruhan, jika kalian melihat Koo waktu itu, kalian pasti akan melalang buana.

Tubuh Koo bagus sekali, tinggi, postur yang besar juga wajah yang tampan. Saat itu masih SMA, ku kira dia pemain basket, ternyata bukan. Koo adalah pelukis dengan wajah seorang IDOL.

Sampai sekarang tidak berubah. Tubuhnya semakin bagus karena setiap minggu dia pergi Gym bersama Jin. Dada Koo semakin bidang, wajahnya juga semakin rupawan. Aku suka bibirnya, kecil, tipis juga manis. Itu yang aku ingat saat ciuman di hari pernikahan kami. Dan itu yang terakhir. Sampai saat ini.

Ko'Koos ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang