Chapter Tuju (M)

882 64 19
                                    

Hallo aku update lagi 😍 kalo kalian suka vote dong. Dan komen. 😭 jan diem2 baeeeeee

Pukul sebelas malam aku baru tiba di rumah. Ternyata Jung tidak main-main dengan ancamanya menjebloskan Nyonya Jeon ke penjara. Meski aku menolak tetap saja Jung menyangkal. Keinginannya dari dulu adalah memberikan pelajaran kepada ibunya. Orang yang telah merenggut ayahnya dari hidup di usia yang masih sangat muda.

Wanita itu juga yang membuat Jung menjadi benci kepada semua wanita di dunia ini. Setelah mengalami kekerasan sejak kecil, hati pria itu menjadi sangat dingin. Tiada ampun untuk apapun yang bertolak belakang dengan keinginannya. Aku sudah merasakan itu sendiri.

Di kamarnya, Jung menuntunku untuk duduk di sofa. Pria itu juga memakaikan jaket yang semula menempel di tubuhnya kepadaku. Entahlah, sejak tadi kami tidak banyak bicara, tapi perlakuannya hari ini berbeda.

"Apa kau kedinginan?" tanya pria itu membawa sebuah selimut berukuran seratus lima  puluh senti meter yang baru saja ia ambil dari lemari.

Pira itu duduk di sampingku dan menggelar selimut itu untuk menutupi bagian bawah tubuhku.

Rasanya semakin canggung. Sorot matanya berbeda. Biasanya kedua manik itu menatapku tajam, tapi kali ini berbeda.  Terlihat sangat teduh. Apa lagi saat tanganya mengusap pipiku yang tadi sempat mendapat tamparan. Matanya seketika berubah menjadi sayu, seolah-olah merasa kasihan karena aku telah mendapat kekerasan.

Apa dia tidak ingat apa yang dia lakukan selama ini? Bagiku di bentak juga sebuah kekerasan.

Namun rupanya Jung bukanlah satu-satunya orang yang lupa. Aku. Aku lupa jika telah menarik perasaanku kepadanya. Aku lupa jika telah berhenti mencintainya karena jantungku kembali berdegup kencang.

"Sakit?" tanyanya dengan nada halus yang membuatku sepontan menggeleng.

Jung tersenyum. Awalnya tangan itu berpindah ke kepalaku, mengusapnya beberapa kali lalu ada sedikit gaya tarik sampai membuat kepalaku membentur dadanya. Aku sepontan membelalak. Rasanya sulit, seperti menelan ludah yang terasa membeku. Aku tidak pecaya apa yang telah terjadi.

"Aku bangga padamu. Kau menganalisa dan bertindak dengan baik dan sangat tepat. Aku meliha semuanya, kau menakjubkan."

Kini kedua tanganya sudah berada di punggungku setelah menarikku untuk semakin mendekat dengannya. Aku masih belum mengerti. Bagaimana bisa orang sedingin Jung berubah menjadi pria yang sangat hangat.

Berkali-kali Jung mengusap punggungku seperti menenangkan, sejujurnya aku tidak takut sama sekali. Ketegangan ini hanya karena sikapnya yang tiba-tiba berubah. Berubah drastis.

"Jung..." lirihku.

Jung menjatuhkan dagunya di kepalaku, "Panggil aku yang benar."

"Ta-tapi?"

Ko'Koos ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang