Chapter Lima

438 66 10
                                    

Hallo. Ini chapter lima ya wkwk. Yang baca banya gak sih? 

Kalian suka ga sama ceritanya? btw ini alur cerita yang paling gampang banget buat di pikir. Gak ada konspirasinya malahan wkwk. Semoga kalian suka ya. 

makasih yang sudah baca. Jangan lupa Vote dan Komen ya sayang. Baik-baik kan?

Sudah tiga hari semenjak pertengkaran pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari semenjak pertengkaran pagi itu. Jung tidak peduli dengan ku lagi. Ah, kenapa aku memanggilnya seperti itu. Entahlah semua menjadi sangat canggung.

Tapi aku tidak bisa lepas begitu saja. Aku masih menyiapkan sarapan dan makan malam untuknya sekalipun tidak pernah di sentuh sama sekali. Aku juga masih mencuci pakaian dan memastikan tertata rapi di dalam lemari. Aku hanya tidak bicara dengannya, tapi dia. Dia benar-benar tidak memperdulikanku.

Malam ini kedai ku cukup ramai. Beruntung Sam dan yang lainya sudah kembali dari kompetisi mereka. Aku harap hasilnya memuaskan.

"Wah. Bagaimana bisa seramai ini," aku memandangi semua customer yang terlihat nyaman dan menikmati malam ini.

Biasanya para mahasiswa akan datang sekitar jam lima sore sampai jam tuju malam. Selesai kuliah mereka akan menghabiskan waktu di sini sampai petang menjemput. Namun, malam ini sudah hampir jam sembilan, dan kedai ku masih sangat ramai. Bukan mahasiswa tapi kebanyakan orang-orang yang pulang dari kantor.

"Itu berarti kedai Nona sudah terkenal," ujar Sam datang membawa satu nampan kookies gandum yang baru saja di angkat dari oven.

Harumnya menyeruak sampai para antrian menyerbu begitu saja, dan dalam waktu satu menit nampan itu kembali kosong.

"Sam. Kamu masternya," aku melonggo sambil memberi anak itu dua jempol.

Pipinya langsung memerah, "Ah, Nona. Jangan begitu. Aku selalu mendengarkan semua saran dari Nona. Ini berkat Nona yang bekerja sangat keras."

"Semua bekerja keras Sam." Aku menepuk pundaknya, "Sampaikan pada Subin juga, aku berterima kasih karena dia juga menjadi team marketing kita. Sekalipun aku tidak memintanya."

Sam mengangguk, "Benar. Dia setiap hari selalu membawa kue atau roti dari kedai dan membagikan kepada teman-temannya. Itu alasan kenapa banyak mahasiswa kampus Subin yang menjadi pelanggan setia kita."

"Eih... sudah ku bilang. Kau dan para koki adalah masternya."

"Benar," sahut salah satu pelayanku kembali dari belakang. "Nona mempunyai koki andalan," kemudian dia megambil alih lagi mesin kasir.

Aku menyenggol lengannya, "Kau juga hebat Somi."

"Uh, dia kembali lagi," ujar Somi dengan tatapan mata lurus ke arah luar kedai.

"Siapa?"

Beberpa kali Somi mengedipkan mata. "Dia. Pria itu sejak dua hari yang lalu selalu datang kehujanan dan tidak pernah masuk. Dia hanya berdiri di bawah pohon, beberapa menit kemudian pergi," tunjuknya ke sebrang jalan.

Ko'Koos ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang