worry about?

3.5K 317 13
                                    

“Maksud mu??” Sejak awal Tay sudah menduga-duga tentang hal ini. Tapi saat Off bicara seperti itu ia masih merasa terkejut.

“Maksud ku, aneh saja jika sebelum demam new histeris, kalau hanya menangis atau mengigau itu masih wajar”
Off menerangkan tentang dugaan nya.

“Hm.. kemarin aku sempat berpikir seperti itu” ekspresi wajah Tay serius memikirkan apa yang terjadi kepada new.

“Kalau kau tidak tau, lebih baik kau tanyakan langsung ke orang nya” solusi Off sama sekali tidak membantu, sudah bisa di tebak New tidak akan buka mulut.

Tay menghela nafas.
“Akan ku coba”

“Kalau begitu aku pergi dulu” Off bangkit dari duduknya lalu menepuk bahu Tay.

Oke, thanks bro” ia mengantar off sampai ke depan pintu.

“Hm, sampai jumpa” off melambai kan tangan.

Setelah off tidak lagi terlihat dari pandangan nya, Tay bergegas masuk menemui new.

“Tay?” Panggil new saat Tay baru membuka pintu.

“Ya... Ada apa?” Jawab Tay dengan suara yang sangat lembut.

“Ku kira kau pulang” new kembali menatap layar ponselnya.

“Tidak”

“New makan dulu setelah itu minum obat” ia kembali keluar kamar.

Ternyata Tay sudah memesan makanan untuk new dan diri nya sendiri.

“New boleh aku bertanya?” Tay bicara di sela-sela makan.

“Hm” gumam new menandakan Tay boleh bertanya.

You know psychology ?” Tanya Tay hati-hati.

Yes, why?” New Menjawab dengan santai, tidak gugup sama sekali.

Do you have any trauma?” Tay bicara sangat lirih, dengan mimik wajah yang tidak tega untuk bertanya tentang hal ini.

New yang mendengar sedikit terkejut, manik matanya melirik kearah Tay sekilas lalu kembali menatap makanan.

No, why?” Jawab new datar.

Entah ini hanya perasaan Tay atau memang lirikan dan ekspresi wajah New berupa sesaat setelah Tay menanyakan hal itu.

It's okay, I'm just asking” Tay semakin di buat penasaran tentang psikologi new, anak itu tidak akan mudah menceritakan sesuatu di dalam diri nya kepada orang lain.

“Oh” new hanya ber ‘oh’.

Suasana kembali hening, tidak ada pembicaraan setelah itu, karena mereka larut dalam pikirannya masing-masing.

“Ingin ke suatu tempat?” Tanya Tay.

“Tidak” balas new singkat.

“Baiklah, seperti nya aku harus ke kantor” sebenarnya Tay tidak tega meninggalkan new, tapi mau bagaimana lagi tumpukan berkas berkas sudah menunggu di tandatangani oleh bos besar.

“Hm, pergilah” sekarang new sedang duduk di ruang tamu sambil bermain game di ponsel.

“Aku sudah menelfon Krist untuk menemani mu” Tay mendudukkan dirinya di sebelah new, telapak tangan nya ia tempelkan di kening dan leher new .

“Sudah tidak panas” ucap Tay.

Pemuda manis itu agak menjauhkan kepalanya agar telapak tangan tay terlepas dari kening nya.

It's Our Destiny -TAYNEW- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang