Hati New sangat berat, ingin rasanya membagi keluh kesah kepada seseorang, tapi ia tak sanggup menceritakan semua ini.
New takut,
Sangat takut!!
Takut mengingat hal yang bisa membuat nya histeris.
"ke psikiater?" Krist benar-benar terlihat khawatir, padahal yang ia tau New sudah terlepas dari trauma yang selama ini menjadi rantai di kehidupan nya, namun ternyata New masih di bawah bayang-bayang masa lalu.
"Hm" New bergumam pelan, sangat pelan hingga Krist semakin menatap nya khawatir.
"Kau baik-baik saja?" Krist berdiri memeriksa suhu tubuh New, namun tidak ada tanda-tanda jika New kembali demam.
"I'm fine, Please don't talk about this anymore" ucap nya lirih,
"Baiklah, kita tidak akan membahas hal ini lagi karena kenyataan nya kau dalam keadaan baik"
Krist berbohong. New tidak dalam keadaan baik-baik saja, di berucap seperti itu hanya untuk mengikuti kemauan New.
"Terimakasih sudah menjadi teman ku" ucap New tulus, entah apa yang terjadi jika dia tidak memiliki seorang teman sepeti Krist,
"Until whenever you are my best friend" balas Krist tak kalah tulus.
"I'm so lucky to have friends who are always there for me" New menyeka kristal bening yang berada di pelupuk mata, bibir nya tak sanggup menahan lengkungan samar. Dia beruntung bisa di pertemukan dengan Krist,
"Anytime" krist tertawa untuk menutupi rasa haru.
Adegan ini sangat menguras hati, teman nya yang tidak pernah bicara setulus ini, tiba tiba mengeluarkan kalimat mengharukan yang siap memporak porandakan hati kecil nya.
Krist ingin menangis seperti anak kecil tapi dia masih memiliki rasa malu, maka dia mengurungkan niat nya.
"Kita pergi?" Krist membuka suara setelah kejadian mengharukan tadi.
"Bisakah aku memeluk mu?" Tanya New yang di hadiahi tatapan bingung dari sang teman.
Tapi sedetik kemudian Krist merentangkan tangan, memberi akses untuk New memeluk tubuh nya.
"Ku mohon ganti merek parfum mu, ini sangat menyengat" keluh New kepada Krist. Selang beberapa detik memeluk Krist, Hidung New menggeryit merasakan wangi tajam yang berasal dari pakaian Krist.
"Tidak akan." jawab nya datar, tidak berniat beradu mulut.
"Terlalu menyengat!" New kembali mengeluh, kemudian melepas pelukannya dengan cepat.
"aku tidak perduli." Krist bicara dengan nada ketus, lebih tepatnya sedang bicara pada diri sendiri.
Meninggal kan kesan haru yang sempat terjadi, Krist memilih berjalan keluar dari apartemen, di ikuti oleh New.
Mobil Krist melaju membelah jalan beraspal menuju rumah sakit yang biasa New datangi jika psikis nya kambuh.
"Jika seperti ini aku ingin tinggal di mars" keluh Krist karena jalanan yang macet, bahkan mobil nya sudah tidak bergerak dalam kurun waktu 10 menit.
"Ya sudah, ayo kita pergi." ajak New, ia menoleh menatap Krist dan menemukan ekspresi kesal teman nya.
"Aku akan memesan tiket, dan kau harus menyiapkan keperluan untuk bertahan hidup" gumam Krist, terus menatap mobil di depan nya yang terlihat akan bergerak maju.
Akhirnya mobil mereka bisa bergerak meskipun hanya berjarak beberapa meter dari tempat awal,
"Apa kau menyukai kakak ku?" Tanya Krist sembari menyipitkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Our Destiny -TAYNEW-
FanficTakdir pemilik perusahaan terkemuka di Thailand, Tay Tawan vihokratana bersama anak kuliahan bernama new thitipoom techaapaikhun. Kejadian tak terduga yang terjadi diantara mereka. Niat new awal nya hanya ingin menerima tantangan temannya dan sekali...