𝐢

3.3K 518 37
                                    

You should see the way the light dances off your head

· · ────── ♪ ♫ ♪ ────── · ·

Sudah lama bagi Sirius tidak keluar dari dunia sihir. Ia berjalan ke tempat biasa ia kunjungi dulu. Melewati Grimmauld Place dan terkekeh pelan karena teringat masa kecilnya terutama sang adik. Lalu ia ke trotoar yang sangat familiar tapi sekarang terasa asing. Dan betapa terkejutnya Sirius ketika toko buku yang dulu Sirius pikir akan bangkrut justru ramai pengunjung.

Kakinya masuk ke dalam toko karena penasaran. Thomas masih berdiri di balik meja kasir, wajahnya tetap sama tapi nada putus asa sudah tak terdengar lagi dari sosoknya. Sirius mendapati seorang wanita yang berdiri tak jauh dari kassa. Ia memiliki pin yang kembar dengan Thomas bertuliskan Brenda. Melihat interaksi keduanya yang tak biasa, Sirius langsung menatap jari manis mereka lalu tersenyum. Ia sudah mengetahui alasan mengapa Thomas berubah. Sirius senang walau rindu Thomas yang suram.

Sirius berkeliling. Rak dan etalase di sini sudah tidak berdebu lagi. Brenda benar-benar merubah hidup Thomas, eh? Pikir Sirius.

Pria ini melihat-lihat buku bekas dan baru yang judulnya begitu ganjil. Tidak ada dongeng sihir atau buku mantera disini. Sirius tidak paham satupun.

Sirius tidak begitu suka membaca, berbeda dengan Remus atau Lily. Ia tak tertarik bahkan satu buku pun yang ada di sini, apalagi tidak ada hubungannya sihir. Jadi ia melangkah pergi dari toko. Dan melempar senyum simpul pada Thomas.

Buk!

"I'm sorry, Miss."

Tapi Sirius tertarik dengan yang satu ini.

Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan gadis ini lagi walau dalam mimpinya. Sirius merasa senang meskipun pertemuan mereka sedikit kacau. Ia menabraknya dan membuat minumannya tumpah.

"Tidak apa-apa, Tuan."

Sirius merogoh saku jaket kulitnya. Ia mengeluarkan sapu tangan merah dan diberikannya pada gadis itu. Sirius tak mungkin membiarkan seorang wanita kesulitan begitu saja. Apalagi dia.

"Oh, terimakasih banyak."

Gadis itu menerima bantuan Sirius dengan sukacita. Sirius tersenyum dan langsung pergi. Gadis itu memanggilnya bahkan sempat mengejarnya, tapi Sirius menghilang diantara pekerja kantor yang berduyun-duyun datang dari arah berlawanan.

Sirius kembali ke trotoar tempat dimana ia dan gadis itu menghabiskan waktu bersama. Menggigil, namun tetap menikmati salju pertama yang turun. Dulu memang ramai, sekarang lebih ramai lagi.

Kehidupan Sirius sudah berubah sekarang. Ia lulus dari Hogwarts, sudah mendapatkan penghasilan sendiri karena bantuan Paman Alphard, dan Sirius tinggal menunggu waktu sampai James dan Lily menikah.

Dunia muggle begitu tenang di mata Sirius yang kerap melihat atau mendengar rencana mengalahkan Pangeran Kegelapan di dunia sihir.

Sekarang Sirius ingin melupakan segala beban tentang dunia sihir dan kehidupannya yang kacau. Ia berada di tempat tenang ini, bernostalgia. Yang lebih penting lagi, ia bertemu dengan gadis itu, yang sempat membuat James uring-uringan karena sahabatnya, Sirius, tak pernah fokus.

"Ternyata benar itu kau."

"Hai!" Sapa Sirius dengan cengiran lebar.

Gadis itu terkekeh dan duduk di sebelahnya, ia memangku buku seperti dulu. Sirius merasakan presensi gadis ini bukan sebagai orang asing, namun kawan lama yang Sirius dambakan untuk bertemu.

Konyol bagi Sirius untuk langsung tertarik pada hari pertama mereka bertemu. Karena Sirius tak tahu bahwa ia bisa merasakan hal seperti itu.

Gadis itu mengamati Sirius. Ia terlihat seperti pria daripada dulu lelaki yang bagi gadis ini "sok nakal". Pemudi itu baru tersadar jika wajah pemuda di sebelahnya luar biasa tampan. Ia memakai jaket kulit sama seperti dulu, rambutnya tetap gondrong, dan ia masih tersenyum-senyum sendiri bak orang gila. Perubahan yang paling kentara adalah, tak ada majalah dewasa edisi lama di pangkuannya.

"Are you checking me out?" Tanya Sirius dengan kekehan.

Gadis itu memerah. "No! Just wondering..."

"My magazine?" Tanya Sirius dengan seringaian. Ia tahu pasti gadis ini akan bertanya. Karena Sirius baru kembali dari toko tadi bukan berarti dia membeli barangnya.

"Ya," tutur gadis itu tanpa ragu. Ia memang betul penasaran.

"Aku sudah bertaubat."

Gadis itu terkekeh pelan. "Syukurlah." Gadis itu melanjutkan, "Kau tidak cocok menjadi cowok nakal."

Sirius tertawa. Penampilannya saja sudah mumpuni untuk dikategorikan nakal. Sirius berharap gadis manis disampingnya ini bergurau.

Lagi-lagi mereka menatap keramaian trotoar dan butiran putih salju yang turun. Cuaca memang dingin akhir-akhir ini.

Sirius mengamati rupa sang gadis. Lama tak berjumpa membuatnya sedikit lupa. Kulit gadis di hadapannya zaitun bersih. Ia memiliki beberapa bekas jerawat. Matanya cokelat. Tapi yang paling Sirius suka adalah rambutnya yang bewarna cokelat gelap, mereka terlihat begitu halus. Saat cahaya surya menerpa helaian mahkotanya, warna-warni pelangi menari di atasnya. Sirius sampai tak sadar jika ia menahan nafas.

"Aku tidak ingin pulang," gumam gadis itu menyadarkan Sirius.

Kebiasaan lama tak berubah.

"Bagaimana dengan makan siang? Sebagai ganti minumanmu."

[✓] 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑𝐆𝐋𝐎𝐖 | Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang