𝐢𝐢𝐢

2.2K 431 47
                                    

My eyes are caught in your gaze all over again

· · ────── ♪ ♫ ♪ ────── · ·

Gadis itu menyempatkan diri untuk mampir ke toko buku Thomas atau menunggu lama di bangku biasanya setiap hari. Sapu tangan merah selalu berada di saku mantelnya. Ia benar-benar berharap bertemu lelaki itu.

"Dulu—mungkin hingga sekarang—jika ada seseorang yang memberi sapu tangan putih berarti tanda cinta," kata teman sekantor gadis itu didramatisir.

"Ini bewarna merah."

"Berarti cinta yang membara!"

Setiap malam Sirius selalu duduk di meja kerja dengan perkamen dan tinta di hadapannya. Niat hati ingin menyurat untuk sang gadis. Ia masih ingat betul alamat tempat tinggal gadis itu, namun Sirius tak memiliki bahan untuk dituliskan. Alasan lain mengapa ia tak menulis surat, karena Sirius tidak tahu nama gadis itu.

Sore ini Sirius memutuskan untuk kembali menuju dunia muggle. Ia berjalan ke bangku itu dan duduk. Hatinya berharap bertemu kembali dengan sang gadis. Ia meninggalkan sapu tangannya, mereka pasti bertemu lagi di hari baik ataupun tidak.

Orang-orang mulai berlalu-lalang saat jam pulang kerja mulai. Dan saat itu pula Sirius melihat sang gadis tengah berjalan mendekatinya. Sirius sempat lupa betapa indah mata cokelat muda gadis itu.

"Halo!" tegur Sirius.

"Hai!" balas gadis itu.

Sirius tak pernah melihat gadis ini berpakaian rapi dengan kemeja, rok selutut, dan stocking hitam, serta sepatu hak yang tidak begitu tinggi. Rambutnya terlihat lebih bergelombang dari sebelumnya karena terlalu lama dikuncir.

"Aku baru pulang kerja dan kebetulan sekali kau ada di sini." Gadis itu berusaha agar suaranya tidak terdengar terlalu gembira.

"Kau ingin bertemu denganku?" Tanya Sirius sedikit menggoda gadis ini.

"Ya," jawab gadis itu polos sambil merogoh saku mantelnya.

Tersentaklah Sirius. Ia menduga reaksi yang kocak dan menghibur seperti pipinya memerah dan senyum malu-malu. Justru reaksi itu yang melandanya.

"Sapu tanganmu, Tuan S.O.B."

Di hadapannya tersodor sapu tangan merah. Baunya tidak familiar, bau tubuh Sirius sudah luntur dari sapu tangannya sendiri. Sirius tebak ini adalah harum gadis ini sendiri. Daun mint.

"Panggil saja Sirius." Pemuda ini berdiri lalu menerima sapu tangannya kembali dari tangan gadis itu.

Gadis itu tertawa. Sirius tidak terkejut jika ia menertawakan namanya.

"Namamu unik," katanya.

"Sebenarnya nama ini dari nama bintang dan para leluhurku," jelas Sirius.

"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menertawakan namamu," ucap gadis itu tersadar dengan perbuatannya.

"Aku sering membuat lelucon dari namaku. Tenang saja." Sirius menggeleng. Dirasa waktunya tepat untuk berkenalan, ia bertanya, "Maaf, tapi siapa namamu?"

[✓] 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑𝐆𝐋𝐎𝐖 | Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang