TUJUH BELAS

5 4 0
                                    

Happy reading

Pagi menjelang siang, Maya dan Pram bersiap-siap untuk menghadiri acara wisuda yang diadakan SMA Brawijaya School. Ini pertama kalinya mereka datang bersama, secara Pram selalu disibukkan dengan dunia pekerjaannya. Walaupun begitu, perhatian dan kasih sayang dari pria itu tak pernah luntur.

Seperti pasangan suami-istri pada umumnya, Maya dan Pram selalu menyetel lagu yang menjadi favorit mereka semasa sekolah dulu. Maya masih mengingat dengan jelas, bagaimana mereka dipertemukan untuk pertama kalinya di lapangan sekolah, di mana pria itu sedang dihukum oleh guru.

"Dea kalo didandanin gitu tambah cantik ya," kata Maya membuka suara untuk mengawali pembicaraan, namun matanya itu tak melirik suaminya yang tengah menyetir.

"Iya dong, namanya juga bibit unggul. Kamu cantik, aku juga ganteng," balas Pram dengan percaya diri yang tinggi.

Meskipun usia mereka sudah menginjak genap 28 tahun, namun mereka masih bertingkah selayaknya anak remaja. Contohnya saja saat Deandra dan Elvan ingin keluar bersama di malam terkutuk bagi para jomblo, tapi mereka tidak diberikan ijin oleh Maya dan Pram sebab mereka ingin berduaan.

Bagi Pram, awet muda hanya dengan satu cara yaitu bersenang-senang dengan pasangan hidup yang bisa menghabiskan waktu bersama tanpa ada yang mengganggu, karena baik Deandra maupun Elvan kerap kali bekerja sama untuk menggagalkan segala rencana yang sudah disusun mereka.

"Dea pacaran."

Pernyataan dari Maya membuat Pram terkejut. Bagaimana tidak, Deandra sama sekali tidak pernah menunjukkan kalau dia sedang jatuh cinta. Selama ini, Deandra tidak pernah mengenalkan cowok pada mereka, kecuali Elvan dan Putra. Itupun mereka berstatus sebagai teman-temannya.

"Sama siapa?" tanya Pram.

"Elvan sih kayaknya, soalnya gelagat mereka tuh aneh banget. Elvan yang biasanya nyelonong masuk, tiba-tiba ngucapin salam. Terus dia kadang suka manggil aku dengan embel-embel ibu mertua," jelas Maya.

"Masa kamu gak tau Elvan anaknya gimana sih, yang lain manggil aku dengan sebutan om, lah tuh bocah malah manggil aku bapak. Mungkin dia sengaja manggil kamu ibu mertua biar pantes sama panggilan aku," kata Pram.

"Ya iya sih, tapi aku yakin kalo mereka pacaran," balas Maya keukeh.

"Tapi ya, aku juga ngerasa an-"

Pram tidak melanjutkan perkataannya, kala Maya memotong perkataannya, "Pram, awas!"

Perempuan itu berteriak begitu lantang ketika melihat sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi mengarah kearah mobil mereka. Pram pun tidak bisa berbuat banyak selain melempar stir ke kanan tapi berujung sia-sia. Pada akhirnya kecelakaan mobil itu tidak bisa dihindari oleh Pram.

Mobil yang berisikan dua orang di dalamnya berguling-guling karena hantaman yang diberikan truk tersebut sangat keras. Maya membuka matanya dengan berat dan melihat jika suaminya sudah berlumuran darah di bangku supir. Maya yang tidak bisa mencium bau darah, dia pun ikut tidak sadarkan diri.

Beralih pada Deandra yang kini tengah menatap cemas Maya. Bahkan dia sudah menepuk-nepuk pelan kedua pipi Maya, namun perempuan itu tidak memberikan respon. Deandra semakin panik kala Maya meracau tidak jelas, ditambah lagi Maya terus mengeluarkan keringat seolah sedang bermimpi buruk.

"Bun, bunda bangun!" katanya.

"Bun." Deandra terus memanggil, sampai akhirnya Maya terbangun dan mengendarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.

"Bunda kenapa?" kata Deandra bertanya.

Maya membungkam suaranya dan menatap wajah putri semata wayangnya. Ada rasa takut jika dia harus kehilangan orang yang berharga dalam hidupnya untuk kedua kali. Sudah beberapa hari di rumah sakit, Maya tidak pernah menceritakan penyebab kecelakaan pada siapapun terkecuali pihak berwajib.

I Still love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang