TIGA

31 7 0
                                    

Happy reading

Denial melemparkan tas ranselnya dengan kesal saat masuk ke kelas. Bagaimana tidak, hampir seluruh siswa dan siswi SMA Tanuwijaya School membicarakan tentangnya saat lewat, karena masalah kemarin yang mengunggah foto ke instagram.

Sebagian dari mereka ada yang mengatakan jika Denial sudah frustasi sebab tak memiliki kekasih, oleh karena itu katak pun jadi incaran. Dan ada sebagian juga yang mengatakan kalau sebenarnya Denial tidak menyukai perempuan alias gay.

Cowok bertubuh tegap itu memang paling dikenal sebagai biang gosip di sekolahnya. Ada masalah sedikit, dia langsung memberitahu teman-temannya. Tetapi, yang terjadi sekarang justru berbanding terbalik. Semua orang memberikan rumor tidak benar.

Kalau saja dalam permainan truth or dare kemarin dia memilih truth, mungkin hidup Denial akan tenang-tenang saja seperti dulu. Suka mencari informasi dari berbagai sumber untuk dijadikan bahan gosip terbaru dan terhot setiap harinya.

"Kenapa lo, PMS?" Putra menahan tawanya agar tidak meledak saat itu juga.

"Ini salah kalian, kenapa sih ngasih tantangan begitu. Semua orang pada gosipin gue tau!" Denial berkata dengan nada suaranya yang kesal.

"Oh," kata mereka dengan kompak.

"Kok oh doang?"

"Terus mau begimane?" kata Putra.

"Minta maaf ke gue," kata Denial dengan angkuhnya.

"Idih ogah, lagian kita gak salah 'kan Tar," kata Putra yang dibalas anggukan kepala.

"Pokoknya gue duluan!"

Mereka menolehkan kepala ke sumber suara dan mendapati dua orang yang tengah berlomba-lomba untuk masuk. Mulai dari Elvan yang menarik tas ransel Deandra dan cewek itu membalas dengan hal yang sama pula. Bahkan Deandra berani menggigit tangan Elvan.

"Curang lo," kata Elvan sambil melihat tangannya yang berbekas. Gigi Deandra ternyata gede-gede ya, pikirnya setelah mengamati.

"Gue menang," kata Deandra. Dia menjulurkan lidahnya.

Kemudian mereka menjatuhkan bokongnya pada kursi. Keringat sudah membasahi kening mereka dengan nafas yang tersenggal-senggal. Masih pagi saja baju yang dikenakan mereka sudah lepek oleh keringat bagaimana nanti siang.

Sekilas Elvan melihat cewek yang duduk di sebelahnya. Entah niat dan keberanian dari mana kini tangannya terulur untuk mengusap keringat di kening sahabatnya, lalu tersenyum. Bahkan gula saja sepertinya mengalahkan senyum manis itu.

Sedangkan orang yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa menampilkan wajah keterkejutan dengan dada berdegub kencang. Sepertinya Deandra harus ke dokter spesialis jantung untuk memeriksa dirinya yang tidak baik-baik saja.

Putra berdeham cukup keras. "Ingat ini sekolah tempat buat belajar bukan pacaran," katanya dengan sinis.

"Iri bilang bos," balas Elvan tak kalah sinis.

"Kalian pada kenapa deh segala rebutan, gak biasanya," kata Mentari

Deandra menarik nafasnya. "Jadi gini..." Dia mulai menceritakan taruhan kemarin sore pada teman-temannya. Saat pagi harinya, dia sudah bersiap untuk ke rumah Elvan sesuai dengan kesepakatan mereka. Namun, ketika dia mereka keluar dari pintu pagar secara bersamaan.

Berhubung poin mereka seimbang dan tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah, Elvan dan Deandra setuju kalau siapapun dari mereka tiba di kelas duluan dialah orang yang jadi pemenangnya. Akan tetapi, Deandra melakukan banyak kecurangan.

I Still love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang