TIGA BELAS

15 6 0
                                    

Happy reading

"Putra cucu nenek paling jelek sedunia, tolong antarkan kue ini ke warung yang ada di persimpangan jalan ya. Jangan lupa ambil uang hasil penjualan kemarin."

Cowok itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perkataan neneknya yang bisa dibilang melunjak. Bagaimana tidak bisa dikatakan seperti itu, beliau meminta tolong padanya dan beliau juga menjelekkan wajah tampannya.

Terlahir dari keluarga sederhana yang bermodalkan kue buatan neneknya sebagai mata percarian rezeki dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, tak sedikit pun dia mengeluh atau merasa malu dengan keadaan yang sekarang ini.

Tidak perlu bertanya kemana ayah dan ibunya, karena dia sendiri tidak tahu mengenai mereka. Sejak kecil dia sudah dirawat neneknya, bahkan sampai detik ini pun dia tidak tahu mengenai wajah kedua orangtuanya.

Putra pernah bertanya pada neneknya saat berumur delapan tahuan mengenai keberadaan ayah dan ibunya, namun nenek selalu menjawab dengan perkataan yang sama jika orangtuanya sedang bekerja di negara orang.

Lambat-laun dia mulai mengetahui alasan yang sebenarnya. Ayah dan ibunya tega menyerahkan Putra begitu saja dalam kondisi baru lahir kepada neneknya tanpa ada rasa salah serta tanggung jawab sedikit pun.

Jika dikatakan benci, tidak. Hanya saja rasa kecewa dalam diri seseorang pasti selalu ada. Dia kecewa sebab ayah dan ibunya tidak pernah menanyakan kabarnya selama ini, bahkan memunculkan batang hidungnya pun tidak.

Selama tujuh belas tahun tinggal bersama neneknya membuat dia mengetahui arti kehidupan yang sebenarnya. Dimana, kehidupan setiap manusia tidak hanya terletak pada sisi putih maupun hitam saja.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan neneknya dia selalu keluar malam untuk bekerja di kafe sebagai pelayan. Dia bekerja di kafe itu sekitar dua tahun lebih, karena tujuan dari dia bekerja adalah memberi ruko untuk neneknya berjualan.

Tidak terasa motor yang dikendarai Putra sudah tiba di persimpangan jalan. Dia turun dari motornya membawa keranjang kue. "Assalamualaikum bu, Putra bawa kue lagi nih sekalian mau ambil uang yang kemarin," kata Putra.

"Waalaikumsalam, kamu taroh aja di meja ya." Putra menganggukkan kepala.

"Kenapa bu? Muka udah kayak pakaian kusut aja," kata Putra sambil mengambil uang dari si ibu pemilik warung.

Terdengar hela nafas dari ibu warung itu. "Gimana ya Put, udah beberapa hari ini warung lagi sepi banget gak kayak biasanya.

"Oalah, pantes aja kuenya masih ada sisa. Jadi ini penyebabnya."

"Menurut kamu ibu kena guna-guna gak? Barang kali aja ada yang sirik gitu sama usaha ibu yang lagi laris-larisnya ini."

"Astagfirullah bu, ini bukan zaman baheula atuh mainnya ilmu hitam segala, mending juga main bola sama grup. Lebih jelas."

"Aneh aja Put."

"Belom rezeki, bu. Gak usah mikir yang aneh-aneh."

"Namanya juga manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dosa."

"Ya udah kalo gitu Putra permisi ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan Put."

*

Minah mengernyitkan dahi bingung kala pintu terbuka dari luar hingga menampilkan sosok Putra yang tiba-tiba masuk tanpa mengucapkan salam lebih dulu dan mengabaikan panggilan serta pertanyaan dari beliau.

Berhubung Minah sedang melakukan aktivitasnya, yakni memotong bawang serta cabai, beliau pun tidak mempedulikan sikap cucunya yang kelewat tidak sopan. Mungkin saja Putra lelah, makannya bersikap seperti tadi.

I Still love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang