TUJUH

24 8 0
                                    

Happy reading

Hari ini adalah hari dimana seluruh siswa maupun siswi kelas dua belas akan melaksanakan ujian nasional. Ujian kali ini akan menentukan apakah mereka lulus dan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mengulang pelajaran di SMA Tanuwijaya School.

Sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah, tidak ada dari mereka yang diperkenankan untuk membawa barang selain alat tulis dan nomor peserta ujian. Dan bila diantara mereka ada yang melanggar, maka siap-siap untuk mendapatkan sanksi.

Deandra mengerjapkan matanya berulang kali saat melihat seorang pria dengan balutan kemeja merah, kumis tebal, kacamata bulat, serta perut buncitnya memasuki ruang kelas yang ditempatinya. Guru itu menaruh map cokelat di atas meja yang diyakini lembar soal.

Kenapa komplit banget tuh guru, kata Deandra dalam hatinya. Dan dia baru sadar jika guru tersebut ternyata bukan berasal dari sekolah ini, melainkan sekolah lain.

Suasana di ruang kelasnya tiba-tiba hening saat guru tersebut membuka suaranya yang terdengar jauh lebih tegas dari penampilannya. Beliau memberitahu hal apa yang tidak boleh dilakukan selama ujian berlangsung dan mata elang mengarah kearah mereka.

Anak mereka bentukannya kayak begimana ya, pikirnya.

Deandra merutuki kesalahannya yang berpikir aneh-aneh, gak mungkin kan pak guru punya anak bentukannya kuda nil. Memang otaknya sudah agak geser sejak bersahabat dengan Elvan, tapi mengapa dia harus menyalahkan orang lain kalau nyatanya dia salah.

"Kenapa, pak?" tanyanya dengan wajah beo.

"Kamu sedang berpikir apa tentang saya?"

Deandra menelan air liurnya dengan susah payah. Selain berprofesi sebagai guru, ternyata beliau juga seorang cenayang. Pantas saja pihak sekolah memilih beliau, kelebihan itu dapat digunakannya untuk menangkap pemikiran murid-murid yang akan bertindak curang.

"Eng-enggak kok pak, tadi saya lagi mengingat dimana saya naruh uang," katanya yang dengan jelas sangat berbohong.

"Ya sudah, lanjutkan!"

Fyuh! Akhirnya dia bisa bernafas lega sebab guru tersebut sudah menghilang dari hadapannya. Sekarang yang harus Deandra lakukan adalah fokus pada soal dan memikirkan jawabannya supaya bisa mendapatkan nilai yang begitu memuaskan.

Satu jam sudah berlalu, Deandra selesai menjawab soal-soal ujian. Gadis berambut lurus itu menundukkan kepala saat guru menatapnya. Tatapannya itulah yang membuat dia bergidik ngeri, sebab seperti harimau yang akan memangsa tubuhnya dalam sekejap.

Deandra merasa gugup setengah mati, takut jikalau pak guru bertanya sesuatu padanya, terlebih lagi hanya dialah seorang yang sudah selesai mengerjakan soal dan teman-teman yang lain terlihat masih sibuk berkutat dengan pensil dan lembar-lembar soal.

Saat dia keluar tidak sengaja Deandra bertemu Andreas, cowok yang akhir-akhir ini selalu mendekatinya. Namun, Deandra jarang menanggapinya. Bahkan ketika cowok itu mengirim pesan, jarang dia balas karena menurutnya tidak terlalu penting.

"Baru selesai?" Deandra mengganggukkan kepala membenarkan pertanyaan dari Andreas.

"Gue duluan ya." Ketika dia melewati Andreas, kepalanya sedikit ditundukkan dengan bibir yang melengkung ke atas. Bukan bermaksud mencari perhatian, tapi Deandra paham betul etika yang harus dilakukannya ketika berpapasan dengan orang lain.

Tibanya di kantin, dia cukup terkejut ketika melihat teman-temannya sudah duduk santai sambil berbincang-bincang. Tetapi, bukan itu alasan yang sebenarnya mengapa dia terkejut. Pasalnya dia melihat Elvan duduk bersebelah dengan cewek, bukan Mentari.

I Still love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang