Azalea terbangun dari tidurnya yang lelap. Matanya menelisik seluruh penjuru ruangan yang tidak dia kenali. Beranjak bangun dengan tergesa namun pergerakannya terhenti ketika kepalanya berdenyut nyeri. Dia kembali mengingat dirinya yang jatuh pingsan karena pusing berlebihan. Sekarang Azalea yakin bahwa hari sudah gelap. Azalea pun telah sadar dirinya masih berada di rumah Louis. Lantas dia pun segera keluar dari kamar milik pria itu.
Langkahnya terburu-buru, tiba-tiba menjadi lambat setelah menyaksikan gerakan tangan yang terlihat begitu indah telah menghasilkan karya yang dirinya sendiri tidak bisa mengetahui makna dari karyanya. Azalea memperhatikan Louis yang sedang melukis, dirinya tak ingin mengeluarkan suara sebelum pria itu yang terlebih dahulu menyadari kehadirannya. Namun ternyata Louis sudah tahu bahwa Azalea di belakangnya karena dia bisa melihat siluet wanita itu dari kaca jendela yang sedikit terbuka.
"Setahun yang lalu aku melihat seorang wanita di pemakaman, dia menangis tanpa suara. Orang-orang mengatakan bahwa dia adalah anak dari seorang ibu yang sudah dimakamkan. Tapi aku tidak mengerti, mengapa dia berdiam diri di kejauhan sampai aku yakin dia tidak jelas menyaksikan pemakaman ibunya."
"Jadi kau melukis wanita itu?" Azalea mendekat pada Louis.
"Entahlah aku tak yakin, apa aku melukis dirinya? Tapi sepertinya aku hanya membuang waktuku. Wanita itu tak akan mengetahuinya." Louis menyimpan kuasnya, dia mengalihkan perhatiannya hanya untuk Azalea.
"Namun bila aku kembali bertemu dengannya, aku ingin menariknya pada rengkuhan milikku. Aku ingin memberikan kehangatan padanya. Aku ingin dia mendengarkan betapa aku sangat memujanya hingga aku tak peduli bahwa dia menolakku karena dia sangat menawan, aku ingin memilikinya."
"Lalu, apa waktu itu kau berusaha menyapanya?" Azalea melangkah mundur ketika Louis beranjak berdiri.
"Tidak, aku tidak diberi kesempatan. Wanita itu terlalu setia memandangi nisan yang bertuliskan nama ibunya. Bahkan dia tak peduli pada hujan yang mengguyur tubuhnya dan aku sangat ingin memeluknya."
Sekali lagi Azalea bertanya, "Mengapa kau tidak menghampirinya? Bukankah itu adalah kesempatan untukmu."
"Karena wanita itu mengharapkan hujan. Dia pergi mendekati makam ibunya setelah hujan mengguyur makamnya dan menghilangkan bunga yang menumpuk di sana. Rupanya dia tak menyukai bunga, sementara aku sangat menyukainya."
Louis meraih tangan Azalea, "Apa kau sudah membaik? Tadi kau demam."
Tentu saja Azalea melepaskan tangannya dari genggaman Louis, "Aku baik-baik saja. Mengapa kau tidak membangunkan aku?"
"Aku sudah berusaha tapi kau tak kunjung bangun. Jadi aku menidurkanmu di kamarku."
Azalea melirik jam dinding yang tak jauh dari pandangannya, dia memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie yang dia pakai, "Kau menemukan ponselku? Sepertinya ponselku terjatuh."
"Oh yaa, di meja di sana!" Louis menunjukkannya.
Lantas Azalea segera mengambilnya, menyalakan ponselnya yang terdapat banyak notifikasi, "Sepertinya aku harus cepat pulang. Maafkan aku bila kehadiranku membuatmu tak nyaman."
"Ingin aku antarkan? Mobil milikku sudah selesai diperbaiki. Jadi aku bisa mengantarmu, katakan di mana rumahmu?"
"Tidak perlu Louis! Rumahku tak terlalu jauh dari sini, jadi aku bisa berjalan kaki!" Azalea sangat ingin cepat pulang sebelum Rivan menghubungi ayahnya bahwa dirinya hilang kabar.
"Oh, rumah besar di sana? Aku sering melewatinya. Jadi sepertinya tak masalah jika aku mengantarmu. Lea, bolehkah??" Louis perlahan kembali mendekati Azalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea My Flower { ON GOING }
Romance#Dark Romance Story. Menceritakan seorang wanita bernama Azalea Qishella Arthania, dia mengalami sebuah kecelakaan mobil yang diselamatkan oleh pria bernama Louis Cornelius. Awalnya pria itu begitu baik, senyumnya ramah, matanya sangat indah berwar...