CHAPTER 20 : Mama

1K 112 10
                                    

"Apa maksudmu?" Bertanya sambil tetap memandang sang pemuda asing , dengan matanya mengarah ke gumpal padat awan.

"Aku kawaki, dasar bodoh."

__________

"Aku tidak bisa menolak jika ayahku bertindak. Jadi bersikaplah baik dasar tukang numpang!" Boruto melepaskan cengkeramannya.

Ia berbalik ke arah pintu keluar. Meninggalkan rumah. Menjauhi segala situasi yang membuatnya tidak nyaman dan kesal. Sadar tidak memiliki tujuan, namun satu tempat yang akan ia kunjungi. Thunder Burger.

Boruto mempercepat langkah ketika mulai melihat tulisan besar restoran. Memasuki tempat favoritnya setelah sampai. Tak lupa memesan sebuah burger ekstra pedas dan beberapa makanan ringan. Pertarungan kemarin membuat dirinya dan tim tujuh mendapat komisi cukup lumayan. Bertepatan pada di saat yang sama,

"Hoi! Boruto!"
Sebuah kebetulan yang sempurna. Shikadai, Sarada dan Chocho ada di sana. Dua gadis ninja duduk berhadapan dengan Shikadai.

"Wah. Kalian disini." Boruto meletakkan nampannya di meja dan duduk di sebelah Shikadai.

"Begitulah." Nara itu hanya bertumpu dagu dan mendesah. Boruto bisa melihat makanan mereka telah tandas, terkecuali Chocho. Dia masih sibuk menikmati Super Thunder Burger. Menu kesukaan Boruto telah habis olehnya disaat ia kelaparan, menyebabkan Boruto memesan yang berukuran biasa.

"Oh. Bagaimana anak itu?" Shikadai mengangkat dagu m dan menatapnya terlalu dekat. Boruto tidak nyaman. Ia bergeser hingga ke ujung, lalu mengeluarkan kakinya dari batas meja.

"Hm?" Sarada.
"Dia sudah di rumah?" Gadis itu tidak tahu menahu soal ini. Boruto dibuat sadar, dari mana Shikadai tahu jika anak baru itu sudah di rumah. Mudah. Ayahnya asisten Hokage.

"Salahmu jika tidak cepat-cepat ke rumah." Boruto menegur Sarada.

"Ternyata, berkumpul dengan teman lebih penting, ya?" ia memicingkan mata. Menyindir.

"Aku sudah sampai rumah. Tapi aku kembali lagi karena itu privasi keluargamu, Boruto."

"Sudahlah. Jadi, bagaimana?" kedua tangan Shikadai terangkat. Ia lelah mendengar perdebatan ini setiap mereka bertukar pendapat.

"Dia seperti penjahat." Mulai bercerita dengan meminum soda sedikit demi sedikit. Kakinya telah masuk dan tidak menghalangi jalan. Boruto juga meninggalkan sementara burger miliknya di tengah meja.

"Ah, penampilannya itu membuat mataku sakit."

"Wajahnya, banyak sekali tindikan di sana. Ada di telinga dan juga alisnya. Benar-benar jelek. Dan tahukah kalian? aku punya kabar yang paling buruk!"

Shikadai dan lainnya mulai mendekatkan wajah karena Boruto mulai berbisik. Sarada mengaku untuk selamanya, wajah anak di depannya ini benar-benar menyebalkan jika sedang drama.

"Dia sekarang diangkat menjadi saudaraku!" mengebrak meja.
" Karma macam apa ini?!"

Malu. Itu yang mereka bertiga rasakan saat Boruto mengatakan itu dengan lantang. Sia-sia mereka berbisik.

"Hai tampan." Chocho menumpu dagu melihat seseorang di samping belakang Boruto.
Sarada mengangkat alis, mengenali wajah pemuda seumuran mereka di sana. Tubuhnya tinggi dan tanpa ekspresi. Familiar.

"Apa?" kepalanya terangkat saat Chocho dengan tampang meleleh bertumpu dagu melirik ke arah kanannya. Boruto menoleh cepat ke arah belakang, dimana Kawaki sudah berdiri tegak disana.

"Kau?"

"Orang itu menyuruhku keluar rumah bersamamu." Suara yang besar. Mereka berpikir bahwa Kawaki seusia Iwabe.

MISSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang