CHAPTER 1 : Beginning

2.8K 212 31
                                    

WARNING! : Typo

.
.
.
.
.
.

"Bagaimana, Sakura-chan ?"

Naruto mengetukkan tangannya di meja hokage gelisah disaat melihat mantan rekan setimnya hanya diam. Takut dipukul. Atau yang lebih parah, Tuan Uchiha akan datang dan menghilangkan statusnya sebagai manusia berjiwa.

Saking gelisahnya Naruto terkinjat dari tempat duduknya saat Sakura sedikit memukul meja dan menimpuk kepala kuningnya dengan sebuah perkamen tua. Wanita itu mendekatkan wajahnya ke arah Naruto yang terpaku. Entah itu dengan wajah istri Sasuke atau sesuatu yang lain.

"Kau konyol, Naruto. Apa kau sakit?. Butuh obat?"

Suara Sakura bahkan lebih mengerikan daripada Kouhihana milik Momoshiki. Tubuhnya dingin, keringat deras bercucuran, dan suaranya tercekat di tenggorokan. Naruto mencoba mengendalikan diri, dia memperbaiki posisi duduknya agar tegak dan mencoba untuk bicara.

"Dengarkan aku Sakura-chan. Pertama, aku juga keberatan menugaskanmu dalam misi ini. Kau tahu Teme bagaimana. Kedua, kau sahabatku. Ketiga, aku mencintai diriku. Keempat, aku sayang nyawa. Dan seterusnya."

Sakura menutup mulutnya yang tak sadar telah terbuka mendengar rangkaian kata Naruto. Memundurkan tubuh menjauhi meja dan menyelipkan rambutnya yang terurai kedepan.

"Kenapa tidak yang lain saja?"

"Kau pandai membaca strategi."

"Apa gunanya Shikamaru?"

"Dia seorang pria"

"Ino."

"Dia bersuami."

Wanita Uchiha itu mulai geram. Apakah ini yang namanya Hokage?. Dan, sejak kapan Naruto bisa lancar mencari alasan?.

"Naruto..." Sakura berpikir bahwa lebih baik bicara pelan-pelan saja.

"Aku sudah bersuami." Senyum terpaksa terbit di wajah Sakura.

Naruto bergeming ria dengan pemikirannya. Apa yang harus dia lakukan?. Baiklah, ini pembelaan terakhir.

"Yah. Karena kau sendirian." Naruto meneleng ke arah kiri.

"Sendiri?." Sakura mengernyitkan dahinya. Mencoba memahami.

"Ha?" Oke. Otak Naruto mulai lambat.

"Aku punya Sarada. Apa maksudmu aku sendiri?" Suara Sakura kembali naik.

Naruto yang sudah kehabisan kata merasa hampa. Hal yang dia inginkan hanya Sakura mau menerima misi yang tadi sudah dirundingkan bersama. Tapi nyatanya, tidak semudah menyeduh ramen instan.

"Harapanku hanya ada padamu Sakura-chan. " Naruto menghela napas putus asa.

"Bagaimana jika Sasuke-kun tahu?. Aku pasti habis. Apalagi Sarada, dia akan kutinggal dirumah sendirian jika aku menerima misi konyolmu ini." Sakura menjambak rambutnya frustasi.

"Aku akan mencari alasan. Menurut analisisku dan Shikamaru, tidak ada yang cocok untuk menjalankan misi ini kecuali kau. Siapa lagi yang memiliki ilmu medis, kecerdasan dan kemampuan sebagai Kunoichi seperti Godaime. Dan, ini bukan misi konyol Sakura." Nada Naruto berubah lebih serius. Apalagi tanpa mengimbuhi -chan dibelakang nama Sakura.

"Dengan memintaku memasuki rumah itu?. Bagaimana jika mereka mengenalku? Kau tahu, aku..."

"Desa itu tertutup. Meski secara geografis sangat dekat dengan desa kita. Tapi, teknologi disana hampir tidak ada. Jelas sekali bahwa informasi sangat terbatas untuk masuk. Sulit bagi mereka mengenalmu." Naruto menjelaskan untuk mengurangi rasa takut Sakura.

MISSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang