CHAPTER 4 : Dark

1.1K 165 33
                                    

Sangat penting bagi kita untuk menghargai karya orang lain

Jangan mencopy, itu sangat tidak berakhlak.

(。・ω・。)

TYPO
Share
Tinggalkan jejak kalian
Vote please

Thank uu sayangnya boom

~♥~


.
.
.
.

"Sasuke-kun."

"Sakura." mata kelam itu terbuka.

__________

Masih terlalu pagi bagi siapapun membuka mata mereka. Matahari belum muncul. Sisa-sisa dingin dari hujan kemarin masih kental terasa.

Maaga menuangakan teh pada cangkir Idate. Petang tidak membuat mereka kembali lelap dalam tidur.

"Ada apa tuan." Idate membuka pembicaraan mereka. Sekalian bertanya apa sebab ia dibangunkan tidak pada waktunya.

"Aku hanya ingin bicara sebentar." pria itu terdengar misterius. Seperti penuh tekanan.

"Sepagi ini?"

Maaga terlihat tenang wajahnya. Tapi duduknya gelisah. Idate merasa tak nyaman dalam situasi seperti ini.

"Katakanlah, tuan."

Mata tua itu melirik jam meja yang terletak di atas undakan. Jam 3 pagi. Lalu melihat Sakura masih tertidur tenang di sebelah anak-anak desa Taki yang masih pemulihan.

"Apa wanita itu murid Hokage kelima?"

Idate mengikuti arah pandang pria itu. Sakura. Ia masih lelap. Tapi tetap siaga.

"Ya." senyum tipis ia keluarkan.

"Apakah kalian yakin?" perkataan Maaga membuat Idate kembali menatap pria itu.

"Apa maksud anda?"

"Dia kemungkinan tidak akan selamat dari misi ini."

Mereka bertatapan. Suara Maaga memicu kemarahan pada dirinya. Sakura adalah Tsunade kedua. Mustahil bagi ninja rendahan seperti Ami Rokushō membuatnya celaka.

"Sebenarnya apa yang anda bicarakan?" suara Idate meninggi.

Maaga hanya diam. Bergeming. Larut dalam pikirannya sendiri. Urusannya hanya ada pada desa. Bukan hidup dan mati shinobi yang ia sewa.

"Pria itu. Umurnya berada agak jauh di bawah mu. Tubuhnya tinggi, ramping dan rambutnya hijau gelap."

"Ami?"

"Namanya Ami?. Seperti perempuan." oh. Maaga ternyata sedang lupa. Atau ia memang tidak tahu namanya?.

"Kami sudah mempekerjakan shinobi sebelum kalian. Mulai dari ninja resmi hingga pelarian. Chūnin dan Jounin."

"Lalu kenapa?"

"Kami kehabisan cara. Shibuki-sama tidak pernah mendapat ancaman seperti ini."

Mata pria itu menatap cahaya lilin di antara mereka. Menyiapkan diri untuk bercerita dan menerima bentakan kemudian. Saat dirasa kondisi sudah tenang. Ia mengeluarkan suaranya lagi.

"Aku beri tahu."
"Ami Rokushō memiliki rencana yang sulit di prediksi. Dia dengan mudah mengubah haluannya karena tidak memiliki rekan."

Untuk saat ini otak Idate masih menangkap apa yang dibicarakan paruh baya itu. Mendengar dan mengolahnya untuk dimengerti.

MISSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang