CHAPTER 21 : Family's fact

1.1K 104 21
                                    

TYPO SANGAT JELAS. BAIK TYPO ADEGAN ATAU TULISAN.
🙏

BELUM CUKUP UMUR?

WAJIB BALIK!

WARNING!
18+

.
..
...
....
...
..
.

Meja makan dengan empat buah cangkir yang masih mengepul. Sunyi memeluk seluruh manusia yang duduk saling berhadapan di meja makan dapur kediaman Uchiha. Naruto membisu tidak mengetahui dari mana ia akan mulai bicara, Hinata menyentuh sikunya. Menguatkan dalam senyum lirih.

"Sasuke,"

"Ini sebabnya Orochimaru itu memberitahu semuanya. Secara jelas."
Memotong kalimat Naruto sebelum pria itu selesai berbicara.

"Secara harfiah, dia juga anakku."

"Baiklah. Itu bagus karena aku tidak bisa menerimanya."
Sasuke tanpa beban mengangkat cangkir. Meminum isinya dengan tenang.

Kawaki menguping di balik tembok. Sesaat setelah Sakura sampai, ia memaksa melihat bagaimana rupa wanita yang merupakan ibu kandungnya. Sempat Sasuke merasa heran, orang asing yang tak pernah sekalipun ia temui meminta agar Sakura bisa bicara dengannya. Ia sempat menolak. Naruto membabarkan apa yang terjadi. Bahkan kembali ke masa lalu setelah perang usai. Sasuke mengakui apa yang dikatakan Orochimaru tentang anak kedua memang benar adanya. Sedikit menyakitkan, karena memiliki putra selain mendiang Itachi dan DNA Naruto juga ada dalam diri anak itu.

"Hei."

Sakura dengan tenaga yang belum pulih memanggil Kawaki. Pupil kelamnya membesar. Wanita Uchiha itu membuat ia merasa tenang. Dengan wajah cantik polos sedikit pucat, awet muda dan bibir hati yang ia turunkan pada Sarada. Tak seorangpun di dunia ini menolak untuk berkata 'cantik'. Meski tidak seanggun Uzumaki Hinata dan feminim seperti Ino Yamanaka, Kawaki merasa senang wanita dihadapannya ini adalah sang ibu.

"Hei."
Kawaki mengerjap ketika Sakura mengibaskan tangan di depan wajahnya.

"Iya?"

"Kau tidak bergabung?"

Canggung. Memang itu yang mereka rasakan, meski hubungan ibu dan anak membuat mereka lebih mudah untuk dekat. Percakapan di dalam kamar utama sejak Sakura sampai bisa di katakan penjang, tapi mendengar Sasuke tidak menerimanya beberapa menit lalu membuat ia diselimuti rasa kecewa.

"Kau tidak perlu takut."
Sakura mendekat, memeluk pemuda yang sedikit berkaca pada mata kelamnya. Kawaki adalah remaja labil. Sifat Sasuke yang lebih dominan daripada Naruto, mendorong Sakura agar menerima Kawaki dengan tangan terbuka. Dan ia tidak keberatan sama sekali.
"Ada ibu disini."
Ia akan bicara dengan Sasuke.

Tangan Kawaki balas memeluk Sakura. Benar. Ibu kandungnya ada di sini dan salah satu ayahnya sudah menerima ia untuk tinggal dalam perlindungan desa. Para monster itu masih mengincar 'wadah'. Naruto tidak mungkin mengasuh tiga anak dan memberikan perlindungan ekstra kepada Kawaki. Ingat, ia punya seorang putri dan seorang gadis lebih mudah tersinggung. Maka pilihan terakhir jatuh kepada orang tua kandung Kawaki yang lain. Keluarga Uchiha.

"Aku akan bicara pada papamu."

'Papa.'

Wanita itu melangkah. Meminta Kawaki agar menyusul Sarada beserta Boruto di ruang tengah dan membuat dirinya nyaman.

Sakura menduduki kursi yang kosong dengan teh yang mulai mendingin di atas meja. Naruto mengalihkan pandangan kepada istrinya. Memberi isyarat.

"Bagaimana menurutmu, Sakura-chan?"

Sasuke berharap istrinya menolak. Orang asing benar-benar tidak diterima di kediaman Uchiha. Dan ia yakin Sakura sangat paham akan hal itu. Sasuke terus menyeruput teh hitam tanpa gula miliknya dengan hikmat,

MISSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang