CHAPTER 15 : Hide Up

1K 138 25
                                    

WARNING!
Bahasa little bit 18+ (merayakan author yang telah 18 tahun-hehe :D)
Typo dan bahasa acak-acakan, jelek.
Cuplikan adegan Sasuke Retsuden dan adaptasi Sakura Hiden
.
.
.

"Sasuke."

Naruto meminta agar cepat. Sasuke merasakan salah satu dentuman jantungnya terasa menyakitkan setiap Tsunade menghubunginya.

__________

Perjalanan siang hari ini terasa mendebarkan bagi Naruto dan Sasuke. Melompat ke berbagai jenis pohon. Banyak dari mereka sekarang masih gundul. Tak nampak sinar matahari, melainkan partikel dingin awan yang belum berkenan menghentikan tangis.

Naruto melirik punggung Sasuke di depannya. Ia tahu disana terdapat berbagai beban yang tersembunyi. Sasuke mulai turun ke tanah karena ribuan pohon telah terlewati. Menyisakan hamparan luas putih dengan beberapa es licin di atas tanah.
Perbatasan Konoha dan Oto.

"Sasuke, berhentilah dulu!"
Naruto mengkhawatirkan stamina rekannya. Meskipun jarak yang mereka tempuh tak jauh seperti pergi ke Taki, bulan Desember adalah musim dingin.

"Sedikit lagi."

Benar. Berkisar tujuh menit berlari tanpa henti, mereka melihat lubang di kaki batu besar, hampir menyerupai tebing namun lebih memanjang. Sasuke menolak istirahat, beralasan suhu dingin akan makin terasa jika mereka berhenti dari aktivitas fisik.

"Mugino." Pria itu mengangguk kepada sang Hokage. Menyapa sebentar penjaga Orochimaru, menjadikan Naruto sedikit tertinggal di belakang.

"Brengsek!"

Berlari cepat menyusul Sasuke. Melewati beberapa cabang lorong, sampai akhirnya menemukan ruang lab yang digunakan untuk merawat Sakura. Dibatasi dinding bercorak sisik. Sasuke tiba-tiba berhenti membuat benak Naruto bertanya.

"Tunggu saja di sini." Kepala Sasuke menoleh. Cukup sedikit sampai dirasa Naruto bisa mendengar suaranya dengan baik.

"Jangan bercanda. Kau menawariku untuk ikut, dan ini?" mengacak pinggang sambil menghela napas. Tak lupa menatap Sasuke dengan pandangan tidak percaya.

"Apa maksudnya?" sekali lagi Naruto mendesak.
Sasuke memejamkan mata. Tingkah sang hokage sangat menyebalkan.

"Bahkan jika aku tidak bertanya kau pasti akan memaksa pergi kedalam. Lihat saja nanti."

Naruto melebarkan mata, merasa Sasuke selalu mengucapkan fakta. Semua kalimatnya selalu benar dengan keadaan. Namun, ia masih belum mengerti apa sebab Sasuke begitu kekeh dengan hal ini.

"Aku ingin melihat Sakura-chan juga. Dia temanku"

Keduanya saling beradu mata. Mempertahankan ego masing-masing selama beberapa menit sampai Tsunade menemukan mereka sedang berdebat . Ia berteriak kesal.

"Kenapa lama sekali?!"

Sia-sia wanita itu menegur. Tidak ada penjelasan dan pengakuan dari satu belah pihak. Sasuke hanya meliriknya malas. Sedangkan Naruto, mencoba mengikuti sampul seorang Sasuke dan berhasil. Tsunade pergi tanpa mengetuk kepala Naruto.

"Jangan melihat yang aneh-aneh."
Kernyitan dalam pada dahi Naruto menunjukkan ia masih belum mengerti benar apa yang dimaksud Sasuke. Dan memilih ikut berjalan membuntuti Tsunade.

"Astaga!"
Naruto seketika mengalihkan pandangan setelah melihat sebagian besar tubuh Sakura di dalam tabung. Ia tak sebejat gurunya, meskipun ada rasa aneh berdesir tapi perasaan bersalah Naruto lebih besar.

Sang Hokage memilih mengedarkan pandangan melihat dekorasi ruangan. Cukup bersih karena dominan warna putih dan biru. Lantainya marmer.
Sasuke menelan ludah, kesal karena Naruto sulit diberi pengertian. Sekarang, ia bahkan lebih dongkol daripada sebelumnya.

MISSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang