04. he wants

1.6K 199 37
                                    

Jungkook melakukan suatu kesalahan.

Ia lupa bahwasannya istrinya adalah seorang model. Membuat tanda yang cukup kentara di cekungan leher Hwayoung membuatnya panik sendiri. Ia yakin itu tidak akan hilang hanya sehari. Karena itu terlihat seperti memar yang membengkak. Padahal ia tahu saat itu istrinya berusaha menolak, namun Jungkook berpikir bahwa istrinya menolak karena dia, bukan karena hal ini.

"Aku minta maaf." Jungkook mengucapkan hal itu kesekian kalinya. Ia sedang menenggelamkan wajahnya di bantal dengan posisi telungkup di atas ranjang. Merasa bersalah. Hwayoung yang berada di sisinya mau tak mau terkekeh geli. Ia tak tahu bahwa Jungkook bisa berubah 180° seperti anak kecil ketika merengek. Entah kenapa membuatnya teringat Namjoon yang kadang bertingkah seperti anak kecil tanpa disadari pria itu.

Hwayoung meletakkan telapak tangannya di atas kepala Jungkook, mengusaknya dengan pelan. Kepalanya sedikit menunduk untuk menyejajarkan bibirnya dengan telinga Jungkook, lalu berbisik pelan. "Aku tidak tahu kenapa kau seperti ini, tapi aku benar-benar tidak apa-apa, Jeon."

Jungkook langsung bangkit dari kasur mendengar hembusan napas hangat Hwayoung yang menggelitik di telinganya serta ucapan yang terdengar halus namun tegas itu. Wajahnya yang lucu dengan mata yang membulat mencerna perkataan Hwayoung yang membuatnya berdesir pun ia hanya mengangguk-angguk sembari mengucapkan kata oke dengan agak terbata. Perihal seperti ini pun Jungkook kalah telak menghadapi pesona Hwayoung yang sangat tidak aman bagi hati dan jantung Jungkook. Padahal, niat awalnya dia hanya ingin membahagiakan istri dari mendiang kakaknya namun secepat itu ia melupakan masa lalunya? Yang benar saja? Itu pasti hanya pesona sesaat, dewa batinnya menjerit.

"K-kalau begitu," Jungkook mengusap bagian leher belakangnya. "Malam ini kita langsung tidur?"

Jungkook bertanya hal bodoh kembali. Lalu, mereka akan melakukan apa memangnya? Terkadang ucapan memang tidak sinkron dengan pikiran hingga mengucapkan hal yang sebaliknya. Tentu serta merta Hwayoung hanya menyunggingkan senyum tipis lalu membawa tangan Jungkook dan mengisyaratkan dirinya untuk berbaring di sampingnya. "Ya, langsung tidur. Hanya tidur, ya."

Mungkin, keesokan paginya Jungkook tak akan bisa menampakkan wajahnya karena terlalu malu pada Hwayoung.

---oOo---

"Apa kau ingin menawarkan makan siang lagi denganku? Oh, aku tidak habis pikir mengapa aku harus makan siang dengan wanita sepertimu."

Hwayoung mungkin sudah terbiasa dengan kepercayaan diri dan mulut pedas Heewon, model arogan yang lebih muda darinya itu. Padahal, dirinya menghampiri Heewon karena perempuan itu meninggalkan kacamata di meja kafetaria ketika pergi duluan tanpanya kemarin.

"Jika kau mau makan siang lagi denganku aku menerimanya dengan senang hati, Heewon. Tapi, jangan lagi meninggalkan barang dengan sembarangan." Hwayoung meraih tangan Heewon lalu memberikan kacamata bermerek Diork tersebut sambil tersenyum sebelum meninggalkan tempat itu. Ia masih bisa mendengar teriakan Heewon yang menggema, mungkin untuk menutupi rasa malunya.

"Hei, aku tidak akan mengatakan terima kasih tapi kau harus mengirim pesan padaku jika ingin pergi makan siang."

Hwayoung hanya mengangkat tangan membentuk pola oke sebagai jawaban. Dari lawan arah, Asisten Lee berjalan tampak menghampirinya dengan tergesa-gesa. Hwayoung baru melihatnya setelah wanita itu izin untuk dua hari.

"Oh, kau sudah masuk, asisten Lee? Ada apa dengan raut wajahmu?"

Asisten Lee mengangguk. "Oh, Hwayoung-ssi. CEO Kang mengatakan ada seseorang yang ingin menemuimu. Namanya, Kim Taehyung. Ia ingin membuat appointment denganmu untuk konsultasi."

Sacred Promise isn't A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang