Jungkook tidak tahu harus berbuat apa.
Sampai Hwayoung tertidur, ia masih merenungkan hal lain. Ia tidak akan bertanya lebih lanjut jika Hwayoung masih membungkam mulut. Hwayoung pun tidak berbicara sedikitpun mengenai hal apa yang membuatnya menangis setelah pergi dari balkon hotel. Wanita itu hanya mengatakan bahwa dirinya boleh menginap karena tidak ada alasan untuk menolak, apalagi dia adalah suaminya.
Wajah damai Hwayoung membuatnya tak sadar untuk memandanginya terus. Ia tak bisa tak mengelus wajah sang puan, menikmati bingkai wajah cantiknya yang coba ia sentuh ini. Kedua mata sang puan tiba-tiba mengerjap, lantas membuat dirinya langsung berganti posisi menghadap ke atas. Berpura-pura mengamati langit-langit kamar agar tak tertangkap basah sedang mengamati wajah sang istri. Membuat pipinya bersemu ketika mengingatnya.
“Kau belum tidur?” Suara serak Hwayoung mengudara. Jungkook menolehkan kepala, lantas berpura-pura berdeham. “Hm. Karena memikirkanmu.”
Hwayoung mengatupkan bibir, mengalihkan pandangan ketika ditatap intens oleh Jungkook. Harusnya, ia tidak terbangun tadi. Ia bangun karena ia merasakan hembusan napas hangat menerpa wajahnya. Ia terganggu dengan sentuhan lembut Jungkook, membuat debaran jantungnya meningkat. Hwayoung harusnya menahan, namun ia merasa jantungnya tak aman.
Apalagi dengan perkataan yang membuatnya merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Lantas menyadari satu hal, yang membuat Jungkook memikirkannya, adalah tentang ia menangis. Bukankah itu memang yang hal pasti? Hwayoung bodoh, karena ia tersipu akan hal lain. Seharusnya, ia tak merasa kecewa hanya karena hal tersebut.
“Tidak ada yang perlu kukatakan. Aku terlalu membawa emosiku dengan berlebihan. Jika mungkin ada yang kusembunyikan, aku pasti akan mengatakannya padamu.”
Perkataan yang cepat dan tak menatap mata lawan bicara sedikitpun, membuat Jungkook yakin bahwa memang ada sesuatu yang disembunyikan Hwayoung. Jungkook meraih dagu Hwayoung, untuk menatap ke arahnya.
“Apa yang kau maksud? Aku benar-benar memikirkanmu.” Wajahmu yang terus menghantuiku adalah alasannya. “Aku mengkhawatirkanmu.”
Ia memang penasaran dengan sikap Hwayoung sebelumnya, namun Jungkook tak bohong kalau dia sedang memikirkan Hwayoung yang membuatnya tak karuan. “Lagipula, apapun yang kau punya, pasti jadi milikku juga. Untuk sekarang, aku memang tidak menuntut penjelasan apapun, jika bukan kau sendiri yang menjelaskannya. Hubungan kita sekarang adalah teman. Suatu saat nanti ketika kau mulai percaya denganku, tolong terbukalah padaku. Aku akan menjaga kepercayaanmu itu.”
Hwayoung menatap Jungkook dengan lamat, lalu mengangguk ragu. Hal itu dimengerti oleh Jungkook. Jungkook sangat maklum dengan keraguan Hwayoung, karena dirinya juga semestinya tak berbicara seperti itu mengingat dirinya bisa saja merusak kepercayaan wanitanya. Namun, bukan tanpa sebab ia ingin Hwayoung mempercayainya. Ia ingin sebagai seseorang yang nantinya akan melangkah ke masa depan bersama, bukan tak mungkin kan hubungan mereka hanya seperti ini saja? Apalagi mengingat hubungan mereka bukan dilandasi dengan perasaan cinta.
“Kalau begitu, tidurlah lagi.” Jungkook meraih sisi wajah Hwayoung, lalu mengecup keningnya sekilas. Menerbitkan senyuman kecil lalu mengelus pipi Hwayoung dengan lembut. “Kau harus bangun pagi untuk syuting besok.”
Hwayoung tak lama mengubah ekspresi menjadi geli, ia mendengkus. Ia memandang wajah Jungkook dengan intens. “Aku tidak apa jika harus tidur larut malam.”
Lantas Jungkook yang tidak mengerti menukikkan alis. “Kenapa? Ada yang ingin kau lakukan?”
Sekali lagi, dia mendengkus. Ia mendekat ke tubuh Jungkook, meletakkan telapak tangannya di pipi kanan sang suami. “Kau pura-pura tidak tahu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacred Promise isn't A Game
Fanfiction[AFFAIR SERIES #2] [Slow Update] Jung Hwayoung menikahi Jeon Jungkook bukan tanpa sebab. Yang ia sesali, bahwa pernikahannya yang kedua kali ini justru membuat ia merasa tersakiti lagi. Karena Jeon Jungkook yang mengkhianati. Padahal, pria itu yang...