Makan siang bersama bukanlah suatu hal yang krusial hingga hal tersebut dianggap lumrah karena banyak orang pun yang melakukannya. Namun makan siang bersama Jeon Jungkook, CEO dari Tencent Games ini yang menjadi perbincangan beberapa staf di luar restoran terbuka tak jauh dari perusahaan tersebut. Mereka saling berbisik melihat bagaimana Jungkook menggandeng si wanita dengan memeluk pinggangnya dan mengobrol sambil memasuki area restoran itu. Melihat gelagat orang-orang yang banyak menatapnya, Hwayoung berbisik pelan di telinga Jungkook. Otomatis pria itu pun mendekat. Si wanita mengulum senyum.
“Ini berlebihan, Jungkook.”
Jungkook lantas mengusap pipi Hwayoung dengan lembut. “Kau kan istriku.” Hwayoung merona merah padam. Ia menyugar surai hitamnya yang panjang, lalu berdeham. Mereka kemudian menduduki meja yang jauh dari keramaian. Mereka ternyata sama-sama menyukai ketenangan.
Jungkook memanggil pelayan lalu memesan makanan apa yang ingin mereka pesan. Hingga beberapa menit berlalu, setelah pelayan itu pergi. Keduanya tak berinteraksi lagi.
“Kau.” Jungkook menjeda sebentar, “apakah selalu kaku seperti ini? Dengan Namjoon hyung juga?”
Hwayoung lantas terdiam. Mulutnya terbungkam, hingga membuat Jungkook penasaran. Hwayoung terlihat misterius, bahkan ketika mereka bercinta. Oke, lupakan. Itu adalah konteks yang berbeda.
“Tidak.” Hwayoung memandang Jungkook dengan senyuman tipis. “Aku sangat mencintainya jadi aku selalu berbicara dan bertanya padanya apa yang ia inginkan agar ia tidak merasa dia bisa melakukan apapun sendiri.”
Jungkook menukik alis. “Oh. Impresif.”
“Tapi kau barusan menolak memberikan bibirmu padaku. Suamimu.” Jungkook tersenyum miring. Ia lalu menopang dagu memandangi si puan yang mengalihkan atensi. Jelas raut wajah itu terlihat cemas kendati wajahnya selalu menampilkan raut datar.
“Itu, hal yang berbeda.”
“Berbeda? Coba jelaskan mengapa itu hal yang berbeda. Dengan kedua mata menatapku. Aku bukan patung, Youngie.”
Lagi-lagi Hwayoung bersemu. Panas menjalar langsung kedua pipi hingga kedua telinganya. Pun ia menggapai tangan Jungkook yang berada di atas meja. Dengan tatapan serius, Hwayoung memberi senyum tipis namun tetap terlihat menawan. “Jika kau menyukainya, aku akan memberikannya tanpa kau minta. Aku juga akan melakukannya ketika aku menginginkannya.”
---oOo---
Aku juga akan melakukannya ketika aku menginginkannya.
Sial. Berulang kali kalimat itu terngiang-ngiang di pikiran Jungkook. Membuat pipinya tak kalah merah padam karena terkejut akan reaksi sang istri. Jungkook sepertinya tak bisa menolak pesona istri barunya, padahal dalam lubuk hatinya, ia hanya ingin menjaga wanita itu kendati mengorbankan perasaan. Sudah terlanjur seperti ini, Jungkook mungkin bisa saja jatuh hati lebih cepat.
“Makan malam sudah siap, Jeon.”
Interupsi sang istri membuyarkan lamunan. Ia masih menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil, bahkan ia belum memakai atasan. Pria itu berdeham ketika sang istri mulai mendekati.
“S-sebentar. Aku belum selesai.”
Hwayoung mengernyit. “Ingin kuambilkan? Mau pakai piyama?”
Jungkook malah membuang wajah. Wajahnya masih memanas akibat melamunkan perkataan sang istri. “A-aku bisa ambil sendiri. Tunggu saja dibawah.”
“Tidak.” Hwayoung menggeleng tak setuju. “Kubantu keringkan rambutmu, agar kita bisa makan bersama.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacred Promise isn't A Game
Fanfiction[AFFAIR SERIES #2] [Slow Update] Jung Hwayoung menikahi Jeon Jungkook bukan tanpa sebab. Yang ia sesali, bahwa pernikahannya yang kedua kali ini justru membuat ia merasa tersakiti lagi. Karena Jeon Jungkook yang mengkhianati. Padahal, pria itu yang...