BAB 17

129 27 2
                                    

~

Mark dan teman-temannya termasuk Mina sudah sampai di rooftop kastil.

"Ruangan itu masih bercahaya"

Jeno, Hendry dan Renjun kebingungan mencari ruangan yang dimaksud Mina. Alangkah anehnya bagi ketiga laki-laki tersebut, melihat ekspresi bahagia Mina dan Mark yang tengah memandangi ruangan di balik lonceng raksasa didepan mereka.

"Gelap begitu, dari mana cahaya nya?"

"Benar, bahkan aku tidak bisa melihat dengan jelas disini."

Hendry dan Renjun saling menyahuti, diikuti anggukan setuju Lee Jeno. "Memang cahayanya warna apa Mark?" tanya wakil presiden ORLES itu kepada sohibnya.

"Aku juga gak tau"

"Lohh? Trus ngapain senyam-senyum?"

"Ikutan saja"

Hendry dan Jeno sudah menahan lengan Renjun lebih dulu. Mereka tau bahwa kembaran tak sedarah Kim Doyoung ini punya kesabaran setipis tisu.

"Tahan Njun, tahan. Baru mau mulai"

Jeno terkekeh melihat ekspresi Renjun yang sudah kalut emosi namun masih terlihat imut. Coba kalau Jeno yang begitu, bisa-bisa orang lain sudah menciut duluan.

"Sudah jangan bertengkar. Ayo"

Mina memimpin jalan menuju ruangan tersebut. "Tolong tutup mata kalian, dan ikuti apa yang aku katakan. Harus jelas, jika tidak kita akan terpisah oleh dimensi dalam ruangan ini."

"Oke"

Mark, Jeno, Hendry dan Renjun langsung mengikuti titah Mina. Ke-empat laki-laki ini menutup mata mereka secara perlahan, mereka mulai merasakan ada sesuatu yang terang di depan sana.

"Apa ini? Kenapa aku merasa sangat silau??"

Hendry terus berusaha membuka matanya yang sudah lengket tak bisa dibuka. Jangan tanya kenapa, karena Hendry pun juga tak paham.

"Ikuti kata ku sekarang. Sata alages asod."

"Sata alages asod"

ZREBBBB!

Mereka seperti di hisap kuat oleh cahaya itu. Dan detik berikutnya, kelima murid Lenzburg ini sudah berada di dimensi yang berbeda.

"Kita dimana?"

Renjun mengamati sekitar. Dilihatnya mobil bersayap, dan kereta listrik gantung yang tengah melihat bebas di atas langit. Semua orang kecuali Mark benar-benar merasa asing dengan hal terssebut.

"Benda apa yang menempel di tangan mereka? Apa mereka semua manusia?" Tanya Hendry bingung.

Lantas, Mark semakin menerka dalam diam hingga akhirnya dia bersuara. "Sepertinya kita pergi ke bumi yang berisi manusia murni. Tapi...."

"Tapi apa?"

"Tapi kita pergi ke masa depan manusia biasa"

"2321?" Jeno membaca iklan digital yang menampilkan gambar manusia robot disana.

"Mungkin sekarang aku sudah menjadi fosil purba bagi mereka"

Mark terkekeh puas mendengar tutur kata dari mulut Hendry yang terdengar pasrah.

"Apa maksudnya kita dibawa kesini?"

"Mark Lee, cepat nak. Kamu terlambat!"

Ke lima manusia normal itu menoleh ke sumber suara. Dipandangnya cyborg berkulit manusia dengan penuh kebingungan.

The N: 7 secret room's [Mark Lee] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang