Ding dong, Ibu membunyikan bel. Jum'at sore, Ibu mengantar El untuk dititipkan sementara di rumah Nenek
"Bu..Ibu...halo ada orang dirumah ?!"
Seru Ibu memanggil Nenek yang tidak merespon bunyi bel"Ah ternyata kalian, halo El" Nenek tiba-tiba muncul dari samping rumah, dengan sekop dan penyiram bunga di tangannya
"Bu aku titip El dua hari ya ? Ayahnya ada kerjaan di luar kota, aku juga harus keluar kota, temanku butuh rekan untuk perjalanan bisnisnya"
tanpa basa-basi Ibu menyampaikan keperluannya mengantar El ke rumah NenekNenek hanya bisa tersenyum dan mengelus kepala El. Ibu bergegas pergi tidak bisa berlama-lama, karena temannya sudah menunggu.
"Nenek menyiram apa ?"
tiba-tiba El bertanya setelah memperhatikan sekeliling rumah Nenek tidak ada bunga, hanya semak-semak."Tanaman tentu saja, kamu pasti lapar, Ayo masuk ! Nenek punya kue kesukaanmu" Nenek dan El masuk rumah
Waktu berlalu begitu cepat, hari sudah larut. El sudah berada di ranjangnya bersiap untuk tidur.
Dengan sandal selopnya nenek menghampiri El membawakan segelas susu hangat."Minumlah, ini akan membantumu segera tidur" kata Nenek pada El
El meminum susu hangatnya. Nenek duduk setengah berbaring di samping kiri el, sesekali mengusap kepala El.
"Kalung Nenek bagus, Aku tidak pernah melihat nenek pake kalung sebelumnya" kata El sambil memperhatikan kalung pendulum yang dipakai Nenek
"Hahaha tentu saja kau pernah melihatnya" sahut Nenek sedikit tertawa
"Ehm... benarkah ? Aku tidak begitu ingat" El coba mengingat-ingat
"Dongeng sebelum tidur ?" Nenek menawarkan coba untuk mengalihkan pembicaraan disambut dengan El yang tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Beberapa dari kita mempercayai bahkan tau bahwa di alam semesta ini, waktu dan kenyataan tidak hanya ada satu. Bagaikan buku-buku yang berisi berlembar-lembar kertas, dimana setiap kertas mempunyai cerita masing-masing. Layaknya buku yang bisa usang dan rusak jika tidak dijaga. Begitu pula dengan waktu dan kenyataan, memerlukan sesosok "Penjaga"".
Nenek tersenyum mengakhiri ceritanya."Bukankah cerita itu terlalu berat untuku ?" El bertanya untuk berusaha memahami.
"Ehm...mungkin saja, tapi kurasa kamu akan paham suatu saat nanti. Waktunya tidur, semoga mimpi indah" sambung nenek ditutup dengan ucapan selamat tidur dan kecupan didahi El.
Bulan malam ini begitu indah. ini sudah tengah malam, apa yang dilakukan nenek malam-malam begini di kebunnya ?. Dia hanya berdiri memandangi semak-semak seperti terlihat ragu. Nenek menggenggam kalung pendulum dengan kedua tangannya, menciumnya dengan penuh arti, entah apa yang dia pikirkan. Lalu dia terlihat meminum sesuatu, perlahan berjalan menuju semak-semak. Sekejap langkah Nenek terhenti di suatu sore tepatnya di sebuah halaman dimana sedang ada beberapa anak bermain petak umpet.