Bagian 4

181 44 167
                                    

THE ENCHANTED GARDEN
" I don't understand"

THE ENCHANTED GARDEN" I don't understand"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•---•

Cahaya matahari telah runtuh ditelan zenit, hawa hangat musim panas masih terasa bersama serenade yang disenandungkan dari langkah ribuan tungkai umat manusia yang masih menyesaki jalanan. Lampu-lampu dari gedung-gedung tua klasik mulai di hidupkan. Jalanan semakin ramai oleh turis, Oxford lebih indah ketika malam hari sebab dihiasi oleh sinar dari lampu-lampu temaram yang menyajikan sensasi tersendiri. Terkecuali untuk rumah yang Tae Halbert sewa, bangunan besar itu terlihat begitu gelap, sunyi dan seolah-olah tak berpenghuni.

"Jeon Darren," tangan itu menyentuh bahu Jeon yang masih terlelap. Sedang kini Jeon tertidur sendirian, bebarapa teman Jeon yang lain telah terlebih dahulu bangun dan memilih pergi meninggalkan Jeon begitu saja, mereka lelah membangunkan Jeon yang seperti kerbau. Bisa dibilang hampir seharian penuh Jeon tertidur, mungkin efek kelelahan dan pengar dari mabuknya membuat Jeon betah untuk berhibernasi di musim panas.

"Bangunlah, Sayang ...." sebuah bisikan menyapa rungu Jeon, awalnya pria itu masih ingin tertidur, namun merasakan sentuhan dingin di pipinya, Jeon sedikit terusik. Tetes-tetes air jatuh ke wajah Jeon, membuatnya mengernyit dan mengusap wajahnya. Nyaris ketika netranya terbuka, nyawa Jeon seperti tersentak masuk, matanya membulat tegang bersamaan dengan degup jantungnya yang mendadak kacau. Tepat di atasnya seorang wanita mengungkungnya, surai panjangnya menjulur hingga menutupi sebagian wajah Jeon, air menetes-netes dari kepalanya, wanita tanpa rupa yang jelas menyeringai menatap Jeon. Sontak membuat napas Jeon tercekat detik itu juga, berteriak ketakutan.

"Hwaaaaaaaa! Menyingkirlah! Berengsek! Jangan ganggu aku hantu sialan!" pekik Jeon berusaha menyingkirkan si wanita, yang mendadak raib.

"Sial!" Netra Jeon terbelalak, dengan napas yang tersengal ia mendadak bangun. Hanyalah sebuah mimpi? Berengsek. Kengerian mimpi itu begitu nyata, bahkan Jeon mengusap dahinya dan mendapati tetesan-tetesan air itu masih membasahi wajahnya. Sungguh, Jeon benar-benar sangat takut hantu, apa pun alasannya, Jeon bisa dibuat mati jika ia menemukan setan dimana-mana.

Masih dengan napas memburu, rupa Jeon menjadi begitu pucat pasi. Melirik ke sekitaran yang tampak gelap, hanya ia sendiri yang berada di sofa ruang tamu rumah Tae. Tunggu dulu, Jeon menepuk dahinya terkejut. Segera bangkit bersama dengan ketakutan yang masih merayapi hatinya, menjadikannya segera menekan saklar lampu dengan sedikit gemetaran.

"Yang benar saja?! Aku tertidur seharian?! Oh damn it!" Menyorot sekitaran yang sunyi, Jeon benar-benar ditinggalkan seorang diri. Menelan salivanya, dengan sedikit pusing ia melangkahkan tungkainya ke dapur. Bermaksud hendak minum dan mencuci wajahnya di westafel, pun berharap setidaknya Tae ada di rumah dan kini tengah membuat makanan. Jujur, cacing-cacing di di perut Jeon tengah memberontak, meminta untuk diberikan makanan.

Mengambil gelas, pria Darren itu sedikit mengernyit, menyadari bahwa di dalam dapur begitu berantakan, seolah ada angin topan yang masuk dan memporak-porandakan seisi dapur milik Tae. Bahkan sampah-sampah sisa pesta semalam belum di bersihkan, ceceran saus-saus, karton kerdus bekas makanan dan botol-botol beer yang berserakan di pantry dan lantai. Pun tak mendapati sosok Tae, masih berhati-hati melangkah, Jeon hendak menuju dispenser, namun mendadak langkahnya terhenti begitu saja. Melebarkan netranya begitu terkejut, nyaris saja Jeon menjatuhkan gelas di tangannya andai ia tak mampu menahan diri.

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐜𝐡𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐆𝐚𝐫𝐝𝐞𝐧 : 𝐊𝐓𝐇 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang