Bagian 6

118 39 150
                                    

THE ENCHANTED GARDEN
"The Devil"


•----•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•----•

Bulan menggantung di gelap langit, desau angin menerpa surai jelaga Jeon Darren. Sudah seminggu Jeon jarang pulang ke flat-nya, setelah berusaha menghubungi Tae namun gagal, sebab ternyata ponsel Tae Halbert masih berada di rumahnya, Jeon mencoba mencari sendirian ke seluruh tempat dimana Tae selalu berkunjung, entah di gereja, panti asuhan, kampus, kantor redaksi majalah tempat tae bekerja ataupun ke rumah beberapa teman Tae hanya untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan temannya, namun hasilnya nihil. Tae menghilang seperti ditelan bumi, Jeon tidak menemukan tanda-tanda apapun selain genangan dan bercak darah yang telah mengering di westafel dapur Tae. Dan sejak seminggu yang lalu pula Jeon memutuskan meminta bantuan seorang cenayang wanita untuk ikut mencari Tae, Jeon mulai curiga bahwa Tae hilang diculik hantu. Oh, kolot sekali, namun tidak untuk Jeon yang mempercayai mitos-mitos seperti itu.

Sementara saat ini Jeon masih duduk memaku di teras rumah Tae. Ditemani seorang cenayang, Jeon masih merasakan tremor tersisa ditubuhnya, mengerjakan seluruh bagian ritual yang cenayang wanita  itu perintahkan. Setelah mengelilingi rumah Tae Halbert, mereka sempat berhenti di halaman belakang rumah Tae, mencoba membuka sebuah pintu kuno yang ternyata digembok.

Si cenayang berusaha mengucapkan mantra-mantra aneh, menitah Jeon untuk menyiram seluruh bagian pintu dan dinding-dinding tua berlumut dengan air suci yang sudah dibacakan mantra sihir, namun seperti yang sudah-sudah sejak minggu kemarin mereka lakukan. Air sucinya tidak berpengaruh. Sebenarnya mereka menemukan satu kejanggalan, menyadari seluruh sisi rumah Tae seperti tampak baru dan telah direnovasi, namun bagian belakang tidak sama sekali. Seperti sengaja dibiarkan menjadi lapuk dan mungkin dalam waktu dekat dinding ini bisa saja roboh teramakan usia.

Namun semua yang mereka lakukan sia-sia, Jeon yang amat mempercayai kekuatan-kekuatan magis itu menggerutu kesal. Keberadaan Tae masih menjadi teka teki, para hantu milik si cenayang wanita pun tak memberikan jawaban pasti, membuat si cenayang menggeleng, namun ia yakin ada sesuatu di balik tembok tinggi dan pintu lapuk itu. Mencoba mengintip dari celah-celahnya, hanya hitam dan gelap yang di dapat. Hingga mereka akhirnya kembali dan duduk di teras rumah Tae.

"Aku masih mencurigai tempat itu," si cenayang, atau panggil saja Margaretha, mulai mengeluarkan cerutunya, membakar ujungnya, menghisap nikotin di dalamnya dan mengembuskannya ke udara malam.

Jeon menyandarkan kepalanya ke dinding. "Percuma, kita tidak akan bisa masuk. Kecuali menemui si pemilik rumah dan meminta kunci untuk membuka pintu tua itu," sahut Jeon. Memandang keluar dengan perasaan resah. Sebagai teman yang sudah lama bersama Tae, bahkan sejak mereka sekolah dasar, Jeon selalu bersama Tae. Kerap curi-curi waktu tidur siang untuk berlari dan bermain di panti asuhan bersama Tae, hingga detik ini. Jeon telah begitu menganggap Tae sebagai kakaknya sendiri.

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐜𝐡𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐆𝐚𝐫𝐝𝐞𝐧 : 𝐊𝐓𝐇 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang