Bagian 8

114 36 99
                                    

THE ENCHANTED GARDEN
"Fairytale"

THE ENCHANTED GARDEN"Fairytale"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•----•

Kaca-kaca berkeretik dan memuai, pagi terbit ketika kegelapan tersingkir oleh cahaya sumber kehidupan. Embun berkilauan di dedaunan, burung-burung bangun dan mulai terbang bebas, mencari dimana suatu tempat mampu memberikan mereka rasa kenyang untuk melanjutkan hidup. Namun berbeda dengan Margaretha yang terdiam, wanita itu berdiri dan sesekali mondar mandir sejak dua jam yang lalu, seolah resah menunggu kabar yang tak kunjung tersampaikan.

Jeon sendiri menyandar lesu, mengamati Margaretha yang tampak gelisah. Sejenak wanita itu berkacak pinggang, membalikkan badan dan mendadak menatap Jeon dengan tajam setelah mengamati cukup lama langit yang mulai membiru cerah.

Jeon hendak memanggil, "Margaretha—" namun terpotong.

"Mereka menghabisinya, Jeon. Rencana besar kita telah digagalkan," Margaretha menyugar surai sebahunya, kendati merasa begitu kesal ia tak mampu untuk memberontak ataupun menggertak. Margaretha memang seorang cenayang yang sudah terkenal dengan kemampuannya, namun Margaretha akan tetap kalah jika apa yang telah ia lakukan tertolak oleh alam, Margaretha tak ingin ambil risiko jika nantinya seluruh mantra dan ritual yang ia lakukan akan terbang berbalik menyerang dirinya, sudah menjadi klise bagi para cenayang yang masih hendak melawan hukum alam, mereka akan dijatuhi hukuman oleh alam itu sendiri.

Jeon seketika bangkit, melotot frustasi. Setelah semalaman suntuk ia tidak tidur, namun pagi ini anak-anak Margaretha tak kunjung kembali, yang dalam artian mereka telah mati. Setidaknya itulah perjanjian yang Margaretha buat dengan budak-budak magisnya semalam.

"J-jadi?! K-kita kalah oleh hantu-hantu sialan itu?!" pekik Jeon, merasa ingin gila detik itu juga. Matanya yang kelewat berat sanggup membuat Jeon detik itu juga menyandar pada tiang teras rumah Tae, menguap dan sesekali terpejam. Mendesah lelah, jika saja boleh memutar ulang waktu rasanya Jeon tidak ingin mengadakan pesta di rumah berhantu milik Tae ini.

Margaretha juga kecewa dengan usahanya yang sia-sia, tiga puluh iblis yang ia kirim harus lenyap dan hangus sia-sia oleh sesuatu, sesuatu yang jelas-jelas mampu dengan mudah membunuh para iblis. "Sebaiknya kau membuat laporan tentang hilangnya Tae hari ini juga, aku harus kembali. Akan kuhubungi jika staminaku sudah kembali, aku akan tetap memberikan kabar padamu tentang apa yang kutahu," putus Margaretha dengan wajah sedatar batu. Melirik Jeon yang hendak merengek kelelahan, namun Margaretha tetap pada pada pendiriannya. Jeon harus segera melapor pada polisi, sebelum terlambat. Karena Margaretha benar-benar tahu, bahwa selain jiwa yang dicuri oleh para bajingan kecil itu, raga Tae bisa saja menjadi sasarannya. Hanya saja, saat ini Margaretha tak mampu mendeteksi dimana tubuh Tae yang asli kini berada.

"Eumh, baiklah. Hoaahh .... bisakah aku ikut menumpang pulang? Aku sangat mengantuk," tanya Jeon, menatap memelas pada Margaretha yang hendak bersiap melangkah seraya mengeluarkan kunci mobilnya.

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐜𝐡𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐆𝐚𝐫𝐝𝐞𝐧 : 𝐊𝐓𝐇 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang