02

504 95 22
                                    

Tas Mike sedikit lebih berat karena membawa sebuah buku tentang dewa olimpus yang dipinjam Arsen dari perpustakaan sekolah.

Ia sendiri sudah berbelok menuju rumahnya, sedangkan keenam temannya sudah berpencar menuju rumah masing-masing.

"Mike!" Yang dipanggil menoleh kebelakang.

"Oh, rupanya kau Daniel. Ada apa?"

Daniel berlari sembari menutupi kepalanya dari salju yang baru saja turun.

"Apa ya?" Monolognya sambil bergerak gelisah, kemudian menjentikkan jarinya. "Oh iya aku baru ingat! Kau ada dirumah malam ini?"

"Iya, mungkin aku akan begadang malam ini. Kenapa?"

"Aku boleh menginap? Ibuku ada urusan dipusat kota, sedangkan ayahku masih bergelut dengan setumpuk berkasnya."

"Ayo kerumahku!" Mike mendekat lalu meraih bahu Daniel dan memgajaknya menginap.

"Apa kau tidak merasa dingin, Mike? Salju turun lebat kali ini." Ucap Daniel saat mereka berhenti sebentar di sebuah cafe untuk menghindari salju yang turun sangat lebat.

"Tidak terlalu, memangnya sedingin itu?" Tanya Mike lalu menyeruput cokelat panas yang baru saja datang.

Daniel mengangguk, "Benarkah kau tidak dingin?"

"Tidak, mungkin karena cokelat panas ini. Coba minum agar tubuhmu hangat," ucap Mike.

Pandangan Mike menerawang jauh ke luar jendela dan menembus awan salju diatas sana. Hingga Daniel menepuk pundak Mike, membuat Mike terlonjak kaget.

"Apa aku mengagetkan mu?" Tanya Daniel dan Mike menggeleng. "Salju sudah tidak terlalu lebat, apa mau pulang sekarang?"

"O-oh ya ayo pulang."

***

Tok. Tok. Tok.

"Arsen! Bukakan pintu depan! Ada tamu!" Teriak ibu Arsen dari dapur, ia sedang membuat muffin.

Arsen melangkah malas menuju pintu depan rumahnya, ia tadi sudah hampir terlelap dibalik selimut hangatnya saat tiba-tiba pintu rumahnya diketok tak sabaran.

"Aihh, kenapa lama sekali?" Gerutu Dave saat Arsen baru membukakan pintu, dan ia langsung masuk seolah rumah Arsen rumahnya juga.

"Dave, bisa kau tidak menaikkan kaki di sofa? Ibuku bisa marah jika sofanya kotor oleh kakimu," ucap Arsen kemudian berlalu menuju dapur dan kembali dengan tiga gelas cokelat panas.

"Dimana ibumu?" Tanya Rio sambil memegang gelas itu. "Aih, panas."

"Membuat muffin."

"Apakah muffin cokelat dengan tambahan kacang mete?" Tanya Dave semangat. "Aku kira kita bisa menginap, Rio."

Arsen berdecak, "Tidak ada kamar untuk menampung kalian berdua."

"Iya-iya, aku juga tidak mau tidur dirumahmu. Kami kesini karena ada urusan." Ucap Rio membuat Dave kembali fokus pada tujuannya.

"Urusan apa?"

"Ayo kita kerumah Mike!" Ajak Dave semangat.

"Memangnya ada apa dirumah Mike?" Tanya Arsen.

"Ibunya selalu membuat berbagai cemilan dan minuman cokelat panas yang enak saat salju turun lebat seperti ini, ayo kita kesana!"

"Kau punya rumah sendiri, Dave. Mengapa tidak kau suruh ibumu untuk membuatkan camilan serta cokelat hangat?"

"Mungkin kau lupa, rumah Mike adalah tempat paling hangat saat salju turun lebat. Lagipula, banyak sekali permainan yang bisa kita mainkan disana." Ucap Dave.

"Baiklah, tunggu aku akan mengambil pakaian hangat serta membawa beberapa muffin ibuku yang telah matang."

***

"Bukankah kita harus kerumah Leon dulu baru kerumah Axel?" Tanya Rio saat perjalanan menuju rumah Mike dengan melewati sebuah gang yang menuju rumah Axel.

"Aku sudah meminta ketiga orang itu untuk berkumpul di rumah Axel, jadi kita bisa langsung kerumah Mike tanpa mampir ke rumah Leon."

Keheningan menyelimuti mereka dengan suara langkah mereka yang mengisi keheningan yang ada.

"Axel! Main yuk!" Teriak Dave saat sampai dirumah Axel.

"Telinga ku bisa pecah karena mendengar suaramu, Dave." Ucap Arsen.

Suara kenop pintu yang diputar, kemudian menampilkan ketiga pemuda dengan pakaian hangat.

"Yeay! Kerumah Mike!" Teriak Leon.

"Kalau seandainya aku bisa menukar dua manusia dengan sebuah kelinci, mungkin aku akan menukar kalian berdua, Dave, Leon." Ucap Arsen.

"Jahat sekali, lagipula mana ada orang selucu aku akan ditukar dengan kelinci?" Tanya Leon yang berjalan dibelakang, disebelah Vinn.

"Ya karena kau kelincinya! Mereka akan membunuhmu dan menjadikanmu sate kelinci."

"Axel! Apa kau mau aku kutuk menjadi sebuah batu?"

"Uuu...takut," Axel malah mengejek.

"Yak! Aww!" Teriak Dave saat sebuah benda tepat mengenai belakang kepalanya. Ia yang berjalan paling depan bersama Rio pun menoleh kebelakang.

"Siapa yang melemparku dengan sepatu jelek ini?!"

÷÷÷ TO BE CONTINUED ÷÷÷

The Reincarnation of the God OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang