02

1.6K 308 9
                                    

JARUM jam baru menunjukkan pukul tujuh. Tapi Lisa sudah selesai mandi, sudah memakai make up, dan tinggal memakai pakaian yang bagus.

Namun di mata Lisa, semua pakaiannya tampak biasa saja. Ia mengeluh di dalam hati karena tidak menemukan baju yang cocok.

Tiba-tiba dahi Lisa menekuk.

"Kenapa aku seantusias ini untuk bertemu dengan phi Ten?!" geram Lisa pada dirinya sendiri.

Gadis itu kembali mengacak-acak isi lemari, tetapi batinnya terus menggerutu.

"Lis- astaga! Apa kamarmu baru kena badai?!"

"Mom, kau berlebihan!" keluh Lisa.

"Cepat rapikan!" suruh beliau dengan nada tak mau dibantah.

Lisa merengut, lalu mengambil beberapa potong kaos yang tergeletak di lantai.

Kalau diamati, kamarnya memang tampak terkena badai. Banyak pakaian berserakan di kasur dan lantai. Ucapan ibunya kini tak lagi terdengar berlebihan.

"Mau ke mana?"

"Jemput phi Ten."

Sedetik kemudian Lisa menoleh dengan wajah horor. Ia keceplosan!

Senyuman jahil muncul di wajah ibunya. "Pakai baju yang cantik, lalu jangan lupa pakai parfum. Setelah itu ajak Ten mampir ke sini, oke?"

Lisa memutar bola matanya, tapi berdeham mengiakan. Yang penting ibunya tak lagi banyak bicara.

"Memang pesawat Ten tiba jam berapa?"

"Jam sembilan."

"Lalu kenapa repot begini!? Masih dua jam lagi, Lalisa!"

Matanya terpejam begitu mendengar seruan sang ibu. Disusul omelan mengenai banyak hal.

Lisa rasa ia sendiri yang berlebihan di sini.

Sesudah banyak omelan ia terima--tentu saja dari ibu tercinta, Lisa berangkat ke bandara.

Tenang, ini sudah mendekati jam sembilan.

Begitu pemberitahuan pesawat dari Thailand terdengar, jantung Lisa mulai berdegup kencang. Ia sangat penasaran dengan penampilan Ten saat ini.

Lisa mengeluarkan ponsel dari tas. Ia tidak mau berdesak-desakan dengan jemputan orang lain.
Saat sibuk mengetik pesan, bahu Lisa ditepuk.

"Hai, Lice."

Lisa diam sejenak.

"Phi Ten?"

Ten mengangguk semangat sambil tertawa pelan. Alhasil Lisa ikut tertawa pelan walau terkesan kaku.

Sumpah, Ten memang tampan!

Seingat Lisa, Ten dahulu tidak setampan ini--tapi ia masih ingat semua aib Ten. Mungkin yang diingat hanya hal buruk saja.

Lalu kulitnya juga tidak sebagus sekarang, karena dahulu mereka suka bermain di bawah terik matahari.

Suara Ten juga berat, walau tidak berubah banyak.

Ditambah penampilan Ten yang di luar dugaan. Karena pakaiannya serba hitam, kadar tampan Ten justru meningkat.

"Ke sini naik apa?"

Suara Ten membuyarkan lamunan Lisa.

"Mobil,"

"Mana kuncinya?"

Ia menggoyangkan kunci mobil di depan wajah Ten. Dengan cepat Ten merebut kuncinya lalu merangkul Lisa.

"Ke apartemenku sebentar, mau kan?"

Lisa hanya mengangguk. Ia gagal fokus karena Ten merangkulnya dengan sangat erat, melewati puluhan manusia yang sibuk bergerak.

Walau ramai begitu, beberapa pengunjung menyempatkan diri melihat ke arah Ten. Dan Lisa sadar akan hal tersebut.

Ten dewasa memang sangat menarik perhatian.

Tidak berhenti di sana, Lisa kembali merasa gugup di dalam mobil. Ia tak sengaja melirik Ten dan langsung mengalihkan pandangan.

Pria itu berkali-kali lipat lebih tampan waktu fokus menyetir, sungguh!

Apartemen Ten terletak di lantai sembilan. Lisa tidak terkejut saat melihat gedung apartemen Ten yang mewah, karena pria itu memang berasal dari keluarga kaya.

Begitu membuka pintu, Lisa dituntun agar duduk di sofa. Kemudian Ten berlalu ke dapur, mengambilkan segelas teh dan camilan.

Entah kenapa Lisa terus memperhatikan Ten.

"Setelah ini kita pergi ke rumahmu."

Lisa menaikkan alis bingung.

"Rumahku?"

Ten menatapnya lekat. "Ibumu mengajakku makan siang bersama, kau tidak diberi tahu?"

Dahi Lisa berkerut halus. Ia rasa ibunya tidak mengatakan apa pun mengenai makan siang.

"Dan lusa malam aku ada acara. Tapi aku mengajakmu ke sana, mau kan?"

Lisa mengangguk singkat. "Iya."

Karena Lisa yakin, ibunya akan terus memaksa ia agar menemani Ten. Bahkan ia juga sangat yakin kalau ibunya tak menerima alasan apa pun.

Mungkin karena Ten adalah teman kecilnya.

[tbc.]

03/03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03/03

nanaourbunny

[2] Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang