03

1.3K 290 18
                                    

SETELAH makan siang yang agak ramai--karena ibunya sangat heboh begitu melihat Ten, Lisa mengistirahatkan diri di kamar.

"Lisa, keluar!"

Ia mengerucutkan bibir. Ini kan kamarnya sendiri.

"Kenapa, Mom?"

"Temani Ten pergi sebentar, nak!"

Diam-diam Lisa mencibir. Ia bagai pesuruh begitu Ten datang.

Sejujurnya Lisa tidak membenci hal tersebut.

Karena kedatangan Ten, ibunya lebih banyak tertawa. Terlihat jelas raut bahagia ibunya ketika mereka mengobrol.

Sedangkan Lisa sendiri lebih dekat dengan ayahnya.

Ah, ya, Ten dipaksa menginap untuk satu malam. Tentu saja perintah itu datang dari sang ratu rumah ini.

"Pergi ke mana, phi?"

"Keluar. Eh, sebentar, tunggu, aduh-"

Ten lari ke dalam rumah. Karena kurang hati-hati pria tersebut hampir tersandung kaki sendiri. Beruntung tidak jatuh, nanti sakit dan malu.

Sementara Lisa yang ditinggal sendirian justru tertawa kecil. Ternyata tingkah Ten cukup lucu dilihat.

"Loh, Lisa?"

Sontak Lisa berbalik. Ia memekik begitu melihat Jennie, tetangganya yang baru kembali dari honeymoon.

"Eonnie? Kapan tiba di Korea?"

Lisa dan Jennie berpelukan erat. Seperti anak kecil, tubuh mereka berdua bergerak ke kanan-kiri.

"Baru tadi pagi, ini eonnie mau ke taman."

Senyuman Lisa terukir semakin lebar saat bertukar pandangan dengan Johnny, suami Jennie.

Lisa melepaskan pelukan mereka. "Oleh-oleh?"

Jennie dan Johnny kompak tertawa lepas melihat raut antusias Lisa.

Di mata mereka berdua, Lisa adalah wujud nyata jiwa anak kecil yang terperangkap di badan perempuan dewasa.

"Ada di rumah, mau ambil sekarang?"

Lisa hampir mengangguk. Tapi mengingat dirinya akan pergi dengan Ten, Lisa menolak.

"Kau mau pergi?" tanya Johnny setelah melihat penampilan Lisa.

Namun sebelum sepatah kata keluar, Jennie berseru heboh. "Kau mau pergi?! Dengan siapa?!"

"Dengan-"

"Oh, annyeonghaseyo." Ten membungkukkan badan.

Johnny membalas salam Ten. Sedangkan Jennie melotot dan mulutnya terbuka lebar, terkejut melihat keberadaan Ten.

"Eonnie, oppa, ini Ten. Teman kecilku dulu di Thailand."

Kemudian Lisa beralih ke Ten.

"Phi Ten, they're my neighbors. Jennie eonnie and her husband, Johnny oppa."

Johnny mengangguk paham.

"Hello, nice to meet you."

Ten berjabat tangan dengan Johnny. "Yeah, nice to meet you too."

Jennie menarik lengan kaos Johnny sambil menatap Ten bingung.

"Um, ini?"

Johnny melirik Jennie sekilas, lalu beralih ke Lisa. "Oh, ya, kami harus ke taman."

Lisa hanya mengangguk mengiakan. Ia juga harus pergi dengan Ten setelah ini.

"See you two soon," ucap Johnny sambil bertukar senyuman dengan Ten, lalu menyeret Jennie pergi.

"Sudah siap?" tanya Lisa dalam bahasa thailand.

Ten mengangguk, kemudian memasuki mobil diikuti Lisa.

"Sebentar," ucap Ten saat mendengar dering telepon dari ponselnya.

Lisa tidak menaruh perhatian pada percakapan Ten. Yang ia tahu, Ten berbicara menggunakan bahasa inggris di sana.

"Kita mau ke mana?" tanya Lisa setelah Ten mengakhiri panggilan.

"Ke salon, aku mau mewarnai rambutku."

"Wuah, kebetulan sekali!" seru Lisa semangat. "Aku juga mau mewarnai rambutku, tapi belum ada waktu pergi ke salon."

Ten mulai maklum dengan kehebohan Lisa. Sebenarnya Lisa dan ibunya tidak jauh beda. Cuma Lisa lebih sering menahan diri, jadi terlihat tenang.

Padahal kan sebaliknya.

"Belum ada waktu atau malas pergi?"

"Hehehe," Lisa terkekeh.

Karena Lisa, Ten tertawa lepas. Masih sama seperti dahulu, di matanya Lisa tetaplah seorang adik kecil yang lucu.

Di lain sisi, Jennie mengejar langkah kaki Johnny yang lebar. Setelah diseret tanpa alasan, suaminya malah berjalan lebih dulu.

"Ish, tunggu!"

Johnny membalikkan badan, lalu tertawa melihat raut kesusahan Jennie.

"Jangan ditinggal, sudah tahu panjang kaki kita beda jauh!" Jennie merengut kesal.

Lagi-lagi Johnny tertawa. Ia mengulurkan tangan dan diterima baik oleh Jennie. Kemudian mereka berjalan dengan lebih pelan.

"Itu Ten?"

"Iya,"

"Bukannya dia temanmu?"

Jennie menatap wajah Johnny.

"Dia datang di pernikahan kita." tambahnya.

Seingat Jennie, Ten datang di pernikahannya. Johnny juga sempat mengenalkan mereka berdua.

Makanya ia sangat terkejut melihat Ten dari dalam rumah Lisa.

"Iya, benar kok."

Karena Johnny menanggapi seadanya, Jennie masih belum puas.

"Tapi kenapa Lisa-"

"Ssttt, itu urusan mereka." Johnny mencubit pipi tembam milik istrinya.

Jennie pun patuh. Ia diam, tapi pikirannya terus mengarah pada Lisa dan Ten.

"Apa hubungan Lisa dengan Ten?"

Pertanyaan Jennie tidak dijawab oleh Johnny. Pria itu tersenyum manis lalu mengalihkan topik.

[tbc.]

03/05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03/05

nanaourbunny

[2] Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang