04

1.2K 271 12
                                    

PILIHAN Ten jatuh pada satu warna yang mencolok.

"Blonde?" gumam Lisa setelah melihat pilihan Ten.

Ten mendongak. Ia sedang duduk di kursi dan Lisa berdiri di belakangnya.

"Iya, bukankah nanti diriku terlihat baru?"

Lisa mengangguk setuju, lalu memberitahu pada karyawan salonnya. Diam-diam ia mengimajinasikan wujud Ten berambut blonde.

Mungkin tidak baik untuk kesehatan jantung.

"Kau sendiri?"

"Aku ingin mencoba mild brown,"

Lisa tersenyum lebar, membayangkan warna rambutnya berubah. Ia memiliki ekspetasi tinggi untuk warna yang satu ini.

"Padahal rambut hitam cocok untukmu."

Diam-diam Lisa setuju. Rambut hitamnya memang bagus. Bukannya sombong, tetapi sudah banyak teman Lisa yang berkata demikian.

"Kenapa tidak potong sekalian?" tanya Ten agak penasaran.

Lisa memegang helaian rambutnya yang sepanjang punggung.

Setelah menimbang saran Ten, Lisa tersenyum lebar. "Oke, aku akan potong rambut sekalian!"

Ten tertawa dan kelepasan mengusap kepala Lisa. Keduanya langsung berpandangan dan dengan cepat Ten menjauhkan tangannya.

Lisa mengambil napas dalam berkali-kali. Batinnya berkata untuk tetap tenang walau jantungnya sudah akan meledak.

"Sekalian singkirkan ponimu, Lice. Pasti lucu."

Wajahnya langsung cemberut.

Melupakan kecanggungan yang sempat terjadi, Lisa memekik kesal dan mencubit lengan Ten.

"Aw, aw, sakit!"

"Makanya jangan singgung poniku!" Lisa berkata ketus.

Ten tak mampu menahan senyuman, wajah cemberut Lisa terlihat imut dan menggemaskan.

Lagi pula perkataannya tadi sungguhan. Ia sangat ingin melihat Lisa tanpa poni. Kalau pun Lisa tidak percaya diri, maka tugas Ten adalah meyakinkan gadis tersebut.

Sayangnya Ten belum bisa melewati batas semudah itu.

"Ah, bisakah aku memotong rambut juga? Terima kasih."

Suara Lisa ketika berbicara dengan pegawai salon menyadarkan lamunan Ten.

Setelahnya ia mencoba menyamankan diri di kursi dengan mata tertutup rapat. Di saat yang sama pegawai salon mulai melakukan tugasnya.

Beberapa menit kemudian Lisa tertarik untuk mengamati wajah Ten dari pantulan cermin.

Teman kecilnya yang sangat cerewet kini sudah berubah menjadi pria dewasa. Rasanya ini cuma khayalan, melihat Ten dari jarak sedekat ini lagi.

Padahal Lisa tidak pernah menduga ia akan bertemu dengan Ten setelah berpisah. Lisa kira kenangan masa kecil cukup diingat, tidak perlu diulang.

Ia sendiri juga tidak mau mengingat masa kanak-kanaknya.

Dulu Lisa sangat ... memalukan.

Lisa menutup mata mengenang kejadian tersebut. Mereka masih kecil, tidak takut atau malu dengan hal apa pun.

Ah, Lisa tidak bisa memikirkannya.

"Puberty hits you hard,"

Ten langsung membuka mata dan terbahak. Pegawai di belakangnya bahkan berhenti melakukan tugas karena kaget.

Lisa menggigit bibir. Ia bermaksud membatin tapi ternyata keluar lewat mulut.

Tak berselang lama, keheningan kembali datang. 

Ten menatap Lisa lewat pantulan cermin, sedangkan Lisa mengalihkan pandangan.

"Lice,"

Ia tidak ingin menoleh, masih merasa malu mengingat kejadian tadi.

"Lalice, look at me."

Lisa menahan napas. Suara berat Ten selalu berhasil membuatnya menurut.

Ketika ia menoleh perlahan, ia menemukan mata Ten yang menatapnya lekat, lagi.

Mereka berpandangan cukup lama, saling menyelami netra masing-masing. Pikiran mereka hanya berisi bahwa mata lawan jenisnya terlihat sangat menarik.

Lisa mengukir betapa indahnya manik Ten di ingatan dan tidak akan ia lupakan.

Begitu pula dengan Ten.

"You too, you look beautiful."

Ten tersenyum tipis, tapi mampu membuat Lisa merasakan kembang api di perutnya.

Perubahan yang terjadi di antara mereka berdua cukup besar.

Tak hanya fisik tapi juga mental.

Mereka kini telah dewasa, menjadi manusia yang mengerti lebih banyak. Menjadi dewasa berarti juga mulai memahami makna perasaan pada orang lain.

Lisa tidak ingin berharap tinggi, tapi Ten memperlakukannya dengan sangat manis.

[tbc.]

03/07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03/07

nanaourbunny

[2] Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang