10

1K 248 35
                                    

SENTUHAN Ten terasa lembut dan hati-hati saat menggiring Lisa ke pinggir ruangan yang lebih lengang.

Namun pikiran Lisa tidak berfokus pada perlakuan Ten, melainkan apa yang baru saja terjadi. Lisa memaksa otaknya untuk bekerja keras tapi ia tak dapat mengerti apa pun.

"Tunggu sebentar, aku ambilkan minum."

Lisa mengangguk. Ia mengambil napas sedalam mungkin setelah Ten pergi. Gadis itu ingin menenangkan diri sebelum mendengar alasan terburuk.

Bisa saja Ten melihat kekasihnya selingkuh di sini, makanya pria itu mengakui Lisa sebagai kekasihnya. Bisa dibilang sebuah balas dendam.

Iya, mungkin begitu, batin Lisa yakin.

Tak butuh waktu lama sampai Ten kembali. Ia menyerahkan segelas cola dingin.

"Jadi, di mana kekasihmu?" tanya Lisa setelah meminum setengah isi gelas.

"Hum?"

"Apa dia di sini?"

Ten mengangguk santai.

"Apa dia selingkuh?" tanya Lisa lagi.

"Hah?" Ten menatap teman kecilnya kebingungan.

"Ayo, jawab!" desak Lisa dengan kening berkerut.

"Tidak, bukankah seharusnya kau tahu?"

Lisa menggigit bibir. Sejujurnya ia tidak paham maksud Ten. Namun semua sudah terlanjur terjadi, kalau tidak diluruskan masalah ini akan menjadi besar.

"Ayo datangi dia, phi harus menjelaskan banyak hal."

"Ada apa, sih?"

Lisa ingin berteriak melihat raut bingung Ten. Bukankah seharusnya Lisa yang bertanya seperti itu sejak tadi?!

"Kekasihmu bisa salah paham karena tadi." Ucap Lisa bernada serius. "Jadi ayo jelaskan padanya, phi bisa terkena masalah."

Ten terdiam beberapa saat, lalu mendengkus geli.

"Dia memang sudah salah paham," ujar Ten santai.

Wajah panik Lisa terlihat jelas. Ia melotot dan hampir menampar paha Ten.

"Kalau begitu cepat jelaskan!"

"Iya, iya," Ten tertawa geli.

Melihatnya, Lisa semakin gemas. Ayolah, di saat sang kekasih salah paham Ten justru bersikap sangat santai.

Tapi ada rasa sakit saat Lisa membayangkan wajah kekasih Ten.

Oke, ini bukan waktu yang tepat untuk galau. Lisa harus memaksa Ten menjelaskan kejadian tadi pada kekasihnya, sekarang juga.

Lisa melihat sekitar. "Di mana dia?"

"Di depanku."

Kepalanya mengangguk paham.

"Oh, di depanmu. Kalau begitu ayo-"

Lisa berhenti bergerak. Sadar bahwa ia sendiri yang ada di depan Ten.

"A-Apa?"

Ten tertawa puas. Wajah Lisa begitu menggemaskan saat menoleh tadi.

Ia segera mencubit kedua pipi Lisa, hal yang Ten tahan sejak bertatapan mata dengan Lisa di bandara.

Astaga, sampai sekarang Lisa masih sangat imut.

"Phi Ten, j-jangan bercanda." Cicit Lisa dengan mulut maju.

"Aku tidak bercanda, Lice."

Ten mengusap rambut Lisa lembut. Kalau ia menuruti rasa gemasnya, nanti tatanan rambut Lisa bisa berantakan.

"Mulai hari ini kau tahu, kau itu kekasihku."

"Sejak kapan? Phi Ten tidak pernah mengajakku kencan."

"Sejak kecil. Kita sudah dijodohkan sejak bayi, loh. Tanyakan pada orang tuamu, kemarin kami mengobrol lama karena membahas perjodohan kita."

Mulut Lisa membuka sebentar lalu terkatup rapat, tidak tahu harus bereaksi apa terhadap kabar satu ini.

"Wajar kalau kau terkejut dan bingung." Ucap Ten yang jelas mewakili perasaan Lisa.

"Phi Ten tahu sejak kapan?"

Hanya pertanyaan itu yang bisa Lisa suarakan.

"Sejak kecil," jawab Ten.

"Kenapa aku tidak diberi tahu?!" seru Lisa tak terima.

"Tapi mulai malam ini kau tahu kan?"

Ten menatap Lisa dalam. Sontak membuat pipi gadis itu memerah.

Lisa mengangguk pasrah, padahal perutnya terasa aneh dengan berbagai letupan tak wajar dan jantungnya berdetak semakin kencang.

Ia enggan mengaku kalau dirinya bahagia mendengar kabar ini, jadi Lisa mencoba menahan senyuman sebisa mungkin. Tapi bibirnya tidak mau diajak kerja sama, sehingga Lisa tersenyum malu di depan Ten.

Ten terkekeh, kemudian menarik Lisa ke dalam pelukan erat. Pria itu semakin bahagia merasakan Lisa membalas pelukannya.

"Taeyong hyung, usir Ten dari acara ini!"

Mulut pedas Doyoung memang tidak bisa dihentikan.

[end.]

03/19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03/19

nanaourbunny

[2] Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang