Sejatinya arti rumah yang sesungguhnya adalah keluarga. Benar bukan? Mereka akan selalu menerima kita apapun keadaannya, mereka akan ikut merasakan apa yang kita rasa meski tidak bersuara, tanpa perlu menjelaskan apapun mereka senantiasa selalu paham apapun yang tengah kita hadapi. Hangat, pelukan, saling menghargai, berbagi tawa, penuh ceria, selalu ada saja cerita disetiap harinya, itu yang dinamakan keluarga bukan?
Maaf, tapi bukankah tidak semua orang mengalami lingkup yang seperti itu? Tidak semua anak mengalami hangatnya keluarga yang penuh cinta. Ada yang setiap harinya dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik, ada yang dituntut untuk membalas jasa orang tua nya sendiri yang bahkan anak itupun tidak diminta untuk dilahirkan, mengapa harus membalas jasa? Alih-alih menjadi orang tua yang baik dan menjadi contoh teladan bagi anaknya, justru malah jadi musuh bagi anaknya sendiri.
Betul, tidak semua orang tua seperti itu, hanya segelintir orang tua yang memang belum siap untuk mengemban amanahnya menjadi ‘Orang Tua’.
Sama halnya seperti yang dialami gadis bernama, Samaira Medina. Panggil saja dia, Sara.Ia dibesarkan dari keluarga yang bercerai. Memiliki dua ayah, sebetulnya bisa dibilang menjadi anugerah bagi Sara. Ayah kandungnya begitu tegas, sedari kecil Sara selalu dituntut untuk menjdi yang terbaik. Sara mengalami banyak tekanan dari ayah kandungnya sendiri. Lalu, kenapa ibunya tidak membela Sara? Ibu Sara menjadi tulang punggung keluarga saat Sara kecil. Ibunya bekerja siang dan malam untuk menghidupi suami dan anak satu-satunya.
“Jadi anak itu harus berguna, kalo nggak berguna di tenaga ya minimal pake otaknya supaya tidak membebani orang tua. Meskipun kamu anak perempuan, tunjukkan kalo kamu bisa dan berguna.”
Sara kecil hanya tertunduk diam mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahnya.
“Kamu harus jadi yang paling terbaik dikelas, ingat?”
Sara mengangguk lesu, “Iya, Yah.”Sara disekolah dikenal sebagai anak yang berprestasi, selalu mengikuti segala macam ekstrakurikuler disekolahnya. Selalu mengikuti segala macam perlombaan disekolahnya. Dikenal sebagai anak yang pemberani dan cerdas. Nilainya selalu bagus dan selalu bertahan sebagai juara umum disekolahnya.
“Udahlah ibu-ibu yang ranking 1 juga pasti si Sara lagi, anak-anak kita udah pasti ngga bakal kebagian ranking.” Di setiap pembagian raport, selalu ada kalimat seperti itu darri obrolan ibu-ibu disekolah Sara.
Selama 6 tahun di sekolah dasar, Sara begitu tertekan dengan ayahnya sendiri. Pernah suatu ketika nilainya turun, Sara tidak lagi mendapat peringkat 1 melainkan peringkat 2. Ia ketakutan dan bersembunyi didalam lemari milik neneknya. Kebetulan rumah Sara berdekatan dengan rumah neneknya, sedari siang setelah mendapat kabar bahwa anaknya mendapat peringkat 2, ayah Sara terus berteriak memanggil Sara.
Ia marah mendengar kabar anaknya tidak lagi mendapat peringkat 1 pun kini anaknya menghilang, ia bingung mencari keberadaan anaknya. Ibu dan nenek Sara juga terus mencari dimana anak kecil itu. Hingga maghrib tiba, mereka semua menyerah mencari Sara, neneknya pergi mandi dan berwudhu. Saat akan mengambil mukena didalam lemarinya, ia terkejut karna cucu yang sudah setengah hari ia cari ternyata ada didalam lemarinya sendiri. Sara tertidur sambil memeluk lutut dan raportnya. Banyak nyamuk yang hinggap dipipinya hingga banyak bercak bentok dipipinya.
Neneknya menjerit tak kuasa melihat keadaan cucunya, “YaAllah!”
Tak hanya itu ayahnya juga sering kali melakukan KDRT kepada ibunya, pun itu yang membuat Sara memiliki trauma hingga saat dewasa.
Sara hanya ingin mencari kebahagiaan yang sesungguhnya dalam hidup. Ingin mencari orang yang mampu menghargai dirinya, dan mengajarkan bahwa hidup tak sepahit yang di asumsikan.
-------
Happy Reading!
19-08-22
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyf
RomanceTentang seorang gadis yang mencari jati dirinya, melepas kepenatan hidup, mencari labuan hati yang tepat pun mencari arti bahagia yang sesungguhnya. lahir dari keluarga Broken Home, dituntut untuk selalu tabah, tangguh, dan kuat. membuat Sara untuk...