Toko sedang tidak ramai pengunjung, Sara memilih untuk memeriksa laporan harian di ruang belakang. Sudah jam 4 sore, tampak masih sepi, belum terlihat tanda-tanda datangnya pengunjung.
"Di cek juga laporan penjualannya, Sar. Kemarin yang ngerjain laporannya si Kania. Tau sendiri lah dia kayak gimana, salah-salah mulu." Ujar Didin, salah seorang staf disini.
"Ya kenapa nggak lo aja yang ngerjain? Kan lo lebih paham."
"Ya.. minta tolong, Sar. Lo kenapa sih, sentimental bener hari ini. Lagi dapet?"
"Kaga."
"Ketus banget tumben."
"Ya, kan gue emang kayak gini."
Didin mulai membujuk Sara. "Gue pesenin mi ayam bakso deh, mau nggak?"
"Nggak mau kalo gue yang bayar. Percuma."
"Gue yang bayar. Janji. Tapi periksain laporan, sama muka lo jangan asem begitu. Cukup ketek Bang Alip yang asem. Muka lo jangan."
Bang Alip, tukang gado-gado disamping kafe. Gado-gado nya super enak. Hanya saja, bau keringat penjual nya cukup menyengat.
Sara yang mendengar itu tak kuasa menahan tawa. Ia terbahak-bahak sejadi-jadinya.
"Sialan! Gue bilangin Bang Alip, nih." Sara terus tertawa.
Ya.. sedikitnya menghilangkan perasaan sakit hati nya pada Arion.
"Ya, kan, emang bau. Nggak pernah mandi apa ya sebelum dagang?"
"Ya, mandi lah. Namanya orang mau usaha pasti mandi."
"Ya.. kalo mandi nggak akan bau ketek, Sar."
"Ya, namanya juga jualan pinggir jalan, panas, keringetan. Bau mah wajar kali."
"Ya nggak wajar, lah. Bau nya asem kadang pait ke tenggorokan."
"Ya, kita bego apa gimana? Pagi-pagi ngebahas ketek Bang Alip." Seru Sara.
Didin tertawa, matanya tertuju pada mata Sara yang sembab. "Sar, lo abis nangis?"
Sara menggeleng. "Kaga."
"Tuh, mata. Udah sipit makin sipit." Sahut Didin.
"Kaga, ih. Siapa yang nangis sih." Kekeh Sara.
"Di kira gue bego, kali. Bisa bedain lah, mana orang abis nangis, sama mana orang sipit. Nah, elo. Udah sipit, nangis pula. Makin segaris aja tuh mata."
"Ya bagus lah, makin keliatan oriental." Balas Sara.
"Nangisin apa sih?" Tanya Didin penasaran.
"Abis nonton film Si Doel The Movie, semalem. Sedih banget gue, nyesek nontonnya."
Didin ber-Oh ria. "Iya, ya. Malah milih si Zaenab. Padahal bagusnya kan ama si atun."
"Sarah! Atun mah adeknya."
"Oh, iyaya.." Didin tertawa, mereka tertawa.
Terima kasih Didin, berkatmu, hari ini tidak terlalu berat bagi Sara. Ya, setidaknya selama jam kerja. Celotehan konyol Didin mampu membuat Sara seperti naik Roller Coaster, kadang marah, kadang kesal, dan kadang tertawa.
****
Di kost.
Sara kembali melamun, setengah hari nya terisi, karena tertawa mendengar celotehan konyol, Didin. Kembali nya ke kost, membuat suasana hati nya kembali kelabu.
Ada perasaan lega dan sedih.
Lega, akhirnya dia mengetahui bahwa Arion memang mempunyai seorang kekasih di kampungnya. Pun, Arion mengakui itu. Dia tidak mengelak pun menutupi. Tapi, kenapa selama ini dia harus memperlakukan Sara seperti bukan seorang teman semata? Perlakuannya kepada Sara seolah mengatakan dengan halus bahwa, Sara.. Kak Rion suka sama Sara.
![](https://img.wattpad.com/cover/256891018-288-k964836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyf
RomanceTentang seorang gadis yang mencari jati dirinya, melepas kepenatan hidup, mencari labuan hati yang tepat pun mencari arti bahagia yang sesungguhnya. lahir dari keluarga Broken Home, dituntut untuk selalu tabah, tangguh, dan kuat. membuat Sara untuk...