Sudah dua hari berlalu, pesan yang di kirim Sara belum juga mendapat balasan. Pertanyaan-pertanyaan pelik terus bermunculan di kepala Sara. Rasanya dua hari ini begitu hambar, tidak siap menjalani hari-hari seperti biasanya.
"Manyun mulu, belum makan?" Itu Kak Wayan, membuyarkan lamunan Sara.
Kak Wayan seorang Leader yang baik dan pengertian. Badannya tinggi tegap, besar. Tapi selera humor nya mampu membuat Sara terbahak-bahak setiap detik. Ada saja kelakuan aneh di setiap hari nya. Suka makan dengan porsi yang banyak. Setiap makan dia akan bilang, 'Portugal', alias Porsi Tukang Gali. Memang sebanyak itu makannya.
Percaya tidak? Dia pernah cerita, katanya dia pernah merasa sangat lapar sekali sampai terburu-buru memesan nasi goreng di stasiun. Nasi goreng yang panas, dan perut yang sudah keroncongan menjadi perpaduan yang kurang membuat nyaman. Katanya benar-benar lapar, tapi panas, dan suara pemberitahuan kereta yang datang sudah mulai menggema, inisiatif yang entah dari mana, dia menuangkan sisa es batu dari minumannya ke nasi gorengnya.
"Terus makan nasi goreng pake es batu?" Kak Wayan mengangguk saat dulu menceritakan itu pada Sara.
"Samaira Medina."
Sara langsung menoleh.
"Pagi-pagi jangan manyun. Nanti manis nya hilang. Ada apa sih? Siapa nih yang bikin adeknya Kak Wayan manyun pagi-pagi begini?" Kak Wayan datang menghampiri Sara seraya memberi Sara apron untuk di pakai.
"Makasih, Kak." Sara menerima apron yang diberikan pun segera di pakai nya.
"Menurut Kak Wayan, cowok itu kalo suka sama cewek, ciri-ciri nya apa?"
Wayan menggumam, "Mmm.. apa ya. Ya, dia akan berusaha deketin cewek incarannya. Berusaha untuk chat setiap hari, pastinya. Pokoknya selalu berusaha untuk terus komunikasi sih." Jawab Wayan.
"Emang kenapa sih?" Tanya nya.
"Mmm lagi ada yang deketin aku."
Wayan sedikit terkejut, tapi tidak kaget. Malah tertawa. "Siapa? Kecil-kecil udah berani deket-deket sama cowok. Siapa cowoknya? Sini biar ngomong dulu sama Kak Wayan."
"Mmm.. ada deh."
"Siapa sih? Dani?"
Sara yang mendengar itu langsung menggeleng penuh penolakan. "Bukan, ih."
"Siapa sih? Wira?"
Sara mengernyit, sebab tidak mengenal siapa pemilik nama itu. "Ih, bukan. Kenal aja enggak."
"Siapa dong? Oh, kamu kan dari cabang tangerang. Mmm.. jangan-jangan Arion ya?"
Sial! Tebakannya benar.
Sara tertegun mendengarnya, Wayan melihat Sara membatu. "Nah, kan, bener. Pasti si Rion nih. Udah berapa lama kamu deket sama Rion?"
"Mmm.. Kalo dibilang deket banget sih, ya, enggak. Kalo dibilang temen biasa aja, juga enggak. Sejak aku mulai training."
"Wah, gilak. Kalo Rion mah, Kak Wayan juga kenal. Dia baik kok, tapi bukannya dia udah punya pacar?"
Deg!
Benarkah?
Sara membatu, mematung tak bergumam. Seperti hancur mendengarnya. Seperti ada yang hilang sebagian dari hidupnya. Seperti ada yang mencelos dari dada nya.
"Sara, jangan syok gitu dong. Ya.. ini sih baru kira-kira aja. Setau Kak Wayan sih gitu. Tapi, ya, nggak tau juga kan kalo sekarang."
Sara mengangguk paham, tapi badannya seperti lemas saat ini. "Yaudah lah. Kak Wayan, jangan bilang siapa-siapa ya soal aku sama Kak Rion."
Wayan mengangguk, "Tenang aja." Mengusap puncak kepala dengan senyum.
Wayan memang benar-benar seperti seorang Kakak bagi Sara. Wayan memperlakukan Sara seperti seorang adik, sebab Wayan memang anak tunggal.
****
Setibanya di kost. Sara bergegas mandi dan makan. Dia langsung memegang ponsel dan hanya melihat pesan yang ia kirim pada Arion dua hari lalu. Masih sama, belum ada balasan disana. Dia jadi kembali ingat dengan kalimat Wayan pagi tadi.
Sesekali menghelas nafas, membulatkan niat menanyakan kepastian kepada seseorang perihal hubungannya.
Pelan-pelan jemari nya mengetik sebuah pesan yang akan ia kirim pada pria yang sudah dua hari ini mendiamkannya. Yang bahkan dia sendiri tidak tahu, apa kesalahannya.
"Hai, Kak Rion. Maaf sebelumnya aku ganggu waktu nya. Kak, apa bener Kak Rion udah berhubungan dengan orang lain? Maksud Sara, apa bener, Kak Rion udah punya sebuah ikatan hubungan dengan perempuan lain? Maaf kalo pesan Sara terkesan bikin nggak nyaman untuk di baca. Sebagai perempuan yang udah mulai beranjak dewasa, Sara cuma mau heran, kenapa Kak Rion baik sama Sara. Kenapa Kak Rion selalu perhatian sama Sara. Kenapa perlakuan Kak Rion ke Sara itu beda daripada ke temen-temen Sara yang lain. Dan kenapa, Kak Rion selalu larang Sara ini dan itu hanya supaya Kak Rion nggak cemburu. Menurut Sara, hal yang kita lagi jalanin ini nggak wajar. Kalo dibilang, temen. Nggak seharusnya seorang temen sejauh ini. Kalo dibilang dekat, nggak pernah ada pengakuan khusus juga dari Kak Rion. Jadi kenapa Kak Rion menghindar dari Sara?"
Ia memberanikan diri menekan tombol, kirim. Sejujurnya, peluh keringat membasahi pelipisnya. Berdebar yang ketakutan. Iya, takut. Takut jawaban yang diterima jauh dari apa yang diinginkan dan diharapkan. Takut kecewa. Takut menelan pil pahit setelahnya.
Sekital 15 menit kemudian, notifikasi dari Arion muncul. Sara benar-benar dagdigdug. Tangannya sedikit gemetar untuk membuka pesan dari Arion.
Sesekali menghela nafas, sebelum akhirnya memberanikan diri membaca balasan pesan dari Arion.
"Aku nggak menghindar, kok."
Terus kenapa nggak bales chat gue dua hari?
"Terus, kenapa diemin Sara?"
5 menit kemudian Arion membalas, "Nggak diemin kok. Lupa aja mau balesnya."
Lupa? Jaman sekarang yang apa-apa aja selalu melibatkan handphone, pake acara lupa bales chat? Bener-bener diluar nurul. Diluar prediksi bmkg.
"Lupa?" Sara membalas.
"Iya, Sara."
Sara menghela nafasnya lagi, "Kak, kalo Kak Rion emang ada hubungan dengan orang lain. Kak Rion nggak perlu se-intens ini sama Sara. Namanya hati perempuan itu mudah luluh, Kak. Mudah tersentuh. Setiap hari kita selalu tukeran kabar. Kak Rion juga selalu larang aku untuk nggak begini dan begitu. Kak Rion selalu perhatian sama aku, selalu minta dikabarin. Dan kalo emang Kak Rion udah terlanjur punya komitmen sama orang lain, lanjutin aja Kak. Jangan ngasih harapan ke aku, mumpung belum terlalu jauh, biar sakit nya nggak terlalu terasa. Kasian ceweknya Kak Rion. Gimana perasaannya kalo tau Kak Rion disini malah deketin cewek sana sini, sedangkan disana lagi jaga hati nya buat Kak Rion. Fokus aja sama cewek Kak Rion. Aku biar sendiri aja."
Kirim.
Pesannya langsung terbaca oleh Arion. Tapi tidak langsung di balas. Entahlah..
Bersamaan dengan terkirimnya pesan pada Arion, Sara mulai menangis. Seperti ada yang memenuhi dadanya, rasanya begitu sesak. Sara terus menangis, biar bagaimana pun, hubungan yang singkat ini dan bahkan tak bernama, mampu membuat hari-hari Sara penuh senyum dan semangat. Baru beberapa bulan kenal dan menjalani hari-hari dengan hanya berbalas pesan. Seperti sudah mengenal bertahun-tahun lama nya. Seperti sudah terikat satu sama lain.
2 jam kemudian, Arion membalas.
Sambil tersedu-sedu, Sara membuka pesan tersebut.
"Maafin, Kak Rion, Sar. Kak Rion emang salah. Jujur, Kak Rion memang sudah ada calon di kampung. Kita akan bertunangan setelah lebaran nanti. Kak Rion, deketin Sara bukan tanpa alasan. Kak Rion tertarik sama Sara. Cara pikirnya, sikapnya yang ngga mudah berbaur dengan laki-laki, dan manis. Kak Rion suka itu semua dari Sara, yang ngga ada di perempuan lain. Maaf ya, Sar. Kak Rion salah. Makasih ya, udah buat Kak Rion sadar apa yang Kak Rion lakuin ini emang nggak bener dan akan melukai perasaan pacar Kak Rion."
Sara mematikan ponselnya tanpa membalas pesan dari Arion. Bagi nya ini cukup, dan selesai.
****
04-06-23
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyf
RomanceTentang seorang gadis yang mencari jati dirinya, melepas kepenatan hidup, mencari labuan hati yang tepat pun mencari arti bahagia yang sesungguhnya. lahir dari keluarga Broken Home, dituntut untuk selalu tabah, tangguh, dan kuat. membuat Sara untuk...