Menit ke menit, waktu ke waktu, hari ke hari, minggu ke minggu. Semakin larut ditempat baru. Sara sudah mulai terbiasa dengan keramaian kafe. Hiruk pikuk orang banyak, yang hanya sekedar duduk menikmati segelas kopi, hingga pulang larut sambil bersendau gurau bersama orang terkasihnya. Bukan lupa dengan janji, Sara masih belum bisa menepati janji nya pada Nara untuk menemuinya.
Ramai nya kafe, membuat jadwal libur para staff semakin terhendat. Bukan tidak bisa, hanya saja jika dalam satu shift kurang staff pekerja, akan terasa lebih berat dan kewalahan. Untuk itu, jadwal libur pun semakin mundur.
Hari ini Sara shift sore. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, masih ramai pengunjung, ditambah lagi ini malam minggu.
"Rame ya?"
Sebuah notifikasi muncul diponselnya. Sara melihatnya, ternyata sebuah pesan dari Arion. Sara sedikit tersenyum menerima pesannya. Tidak aneh, setelah berpamitan untuk pindah, Arion jadi lebih sering mengirimi Sara pesan. Memang, Sara yang terlebih dahulu meminta nomor nya lewat Nara, hanya saja Sara tidak pernah terpikir bahwa frekuensi chatting mereka akan se-sering ini.
"Iya, Kak."
Sara selalu mencuri waktu membalas pesan dari Arion. Seperti ada perasaan bersalah jika mengabaikan pesan dari pria itu. Baginya chat dari Arion sudah seperti makanan sehari-hari, selalu ada dan selalu menyertai notifikasi. Semakin lama, obrolan mereka bukan sekadar obrolan basi-basi yang hanya menanyai kabar. Lebih dari itu, mereka hanyut dalam obrolan. Sudah makan kah? Sudah mengantuk kah? Selamat tidur, dan lain sebagainya. Kadang jika tidak membalas, Arion akan menjawab dengan semburat kecemburuan. Seperti,
"Rame? Atau lagi ngobrol sama cowok?"
Aneh bukan? Sudah terhitung 3 bulan semenjak Sara meninggalkan cabang lama. Tapi, hal-hal seperti itu, apa tidak terburu-buru? Maksudnya, mereka tidak sedang berada dalam sebuah hubungan, tak ada nama di hubungan mereka. Tapi sikap Arion seolah mereka sudah berada dalam hubungan yang dekat. Waktu nya begitu singkat. Tentu saja, 3 bulan, tapi sikap nya sudah se intens itu.
Lalu dengan lemahnya Sara membalas,
"Maaf, Kak. Rame. Ngga kok, orang yang dateng kebanyakan cewek semua."
Oh, ayolah. Sebuah drama kecil hubungan tak bernama. Pun, tak jelas.
"Yaudah kalo gitu, kalo pulang, kabarin ya.."
***
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam, saatnya tutup kafe, Didin masih berkutat dengan gembok berkarat yang terus dimaki-maki oleh nya.
"Ah, elah. Bang Wayan kenapa kaga beli gembok baru aja sih! Nggak opening, nggak closing, idup gue kaga jauh nih dari gembok sialan ini. Digembok susah, dibuka juga susah."
Sara hanya memperhatikan Didin dengan tatapan yang entahlah, membuat Sara tidak terlalu menyukai kepribadiannya. Ya, untuk sementara waktu.
Sara tidak terlalu menyukai orang yang emosional. Yang tidak bisa mengontrol amarahnya. Pasalnya, ada hal traumatik dari semua ini. Yang berhubungan langsung dengan tumbuh kembang hidupnya.
"Din, lama banget. Udah belum?" Sara menginterupsi.
Didin masih menggerutu seorang diri, sebelum akhirnya, "HUH! kelar juga nih beban idup. Yuk pulang, Sar. Mau gue anter atau jalan sendiri?"
"Sendiri aja."
"Yakin? Kan di gang kost-kost an lo itu ada kuntilanaknya." Seru Didin sambil memakai jaket dan helm nya.
"Iye, biarin! Kuntilanaknya juga takut sama gue."
Didin tertawa mendengarnya, "Lupa gue!" Ucapnya sambil menepuk dahi nya. "Kuntilanak kalah serem sama lo!" Lanjutnya lagi sambil tertawa.
"Udah, ah. Mau pulang." Ujar Sara dan melenggang pergi meninggalkan Didin di parkiran.
Dada nya berdegup tak karuan. Dia sudah menyetujui untuk segera memberi kabar pada Arion setelah pulang kerja nanti. Segera ia mengecek ponselnya, dan jemari nya mulai mengetik sesuatu.
"Kak Rion. Aku udah pulang."
Ting!
Pesan balasan yang begitu cepat.
"Yaudah, Aku temenin. Untuk sekarang Aku temeninnya via chat dulu. Ya.. sebetulnya sama aja sih, kayak nggak ditemenin. Tapi, ya, anggap aja disamping kamu ada Kak Rion."
Aku?
"Udah sampe, Kak."
"Cepet banget. Emang deket?"
"Iya, deket. Jalan kaki juga sampe, sekitar 3 menit."
"Yaudah kalo gitu, jangan lupa bersih-bersih sebelum tidur. Makan, setelah itu sikat gigi. Jangan lupa bersihin sisa-sisa make up nya. Biar kulit wajah kamu tetep sehat."
Seperti hal nya sebuah perintah raja yang harus di patuhi rakyat nya. Sara langsung bergegas ke kamar mandi. Menyelesaikan satu persatu perintah tidak langsung, dari Arion.
"Udah selesai semua, Kak Rion lagi apa?"
"Lagi mikirin kamu."
Hah?
Pesan yang dikirim dan diterima, langsung berubah dari centang dua abu-abu menjadi centang 2 biru muda. Seperti, stay on roomchat. Selama berbalas pesan, seperti dua orang yang sedang di mabuk asmara. Seperti anak SMA yang baru puber. Tiap satu detik pesan diterima, langsung dibaca dan dibalas. Senyum-senyum sendiri tiap kali menerima balasannya. Padahal, isi pesannya tidak begitu berbobot. Jatuh cinta kadang memang membutakan. Seperti kembali menjadi anak remaja, yang malu-malu saat bertemu pujaan hati nya.
Percayalah, tiap kali pesan balasannya diterima, Sara akan berdebar dan sedikit menutupi layar ponsel untuk sekedar mengintip balasan apa yang ia terima dari Arion. Ah, konyol sekali. Padahal jika memang sedang berbalas pesan, tidak perlu menutupi layar ponselnya dengan telapak tangannya, penuh ragu dan malu-malu.
"Serius, Kak."
"Jangan serius-serius, untuk saat ini kan kamu belum siap buat serius."
"Maksudnya, Kak?"
"Jangan panggil 'Kak', kayak anak pramuka aja."
"Udah biasa, lebih menghargai aja dengan nyebut 'Kak'."
"Yaudah, terserah kamu aja."
Marah ni orang?
"Kak Rion, Marah?"
Pesan yang ia kirim tidak langsung dibaca oleh Arion. Sepertinya Arion langsung keluar dari aplikasi pesan singkat tersebut. Centang dua nya tetap berwarna abu-abu, bukan biru muda.
5 menit, 25 menit, 50 menit.
Tetap sama, tidak ada jawaban. Padahal dimenit ke 55, Arion nampak aktif di aplikasi tersebut. Sara memilih diam dan memperhatikan roomchat-nya. Tidak kembali mengirimi Arion pesan. Hanya memperhatikan.
Pukul setengah 2 pagi, Sara belum juga tidur, Arion juga terlihat masih aktif. Dia penasaran, ada yang salah dari nya atau bagaimana. Nampak terjadi secara tiba-tiba. Hubungan tak bernama, memang penuh intrik dan drama.
****
04-06-23
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyf
RomanceTentang seorang gadis yang mencari jati dirinya, melepas kepenatan hidup, mencari labuan hati yang tepat pun mencari arti bahagia yang sesungguhnya. lahir dari keluarga Broken Home, dituntut untuk selalu tabah, tangguh, dan kuat. membuat Sara untuk...