"Besok, kamu di rolling ya. Pindah cabang di jakarta selatan."
Kabar yang begitu tiba-tiba. Tidak senang pun sedih. Bingung. Sara hanya merasa sudah mulai terbiasa dengan semua suasana ditempat nya sekarang, namun tiba-tiba harus menyesuaikan ulang ditempat baru.
Kabar itu terus terngiang dikepalanya. Membuatnya melamun sekarang. Yang ia pikirkan hanya, apa akan ada orang-orang sebaik orang-orang disini? Apa akan ada orang-orang yang mampu menerima dan memperlakukannya dengan baik sebaik disini?
"Kok ngelamun? Nunggu pak Mario ya?" Ucap Arion membuyarkan lamunan Sara.
Gadis itu menghela nafasnya, "Iya, Kak."
"Sedih ya?"
"Bingung."
"Kenapa? Disana itu nanti bakal lebih rame dari disini. Temen-temennya juga banyak. Ngga kayak kita yang kalo kerja satu shift cuma masuk berdua."
"Tapi kan disini juga rame."
"Disana bakal lebih rame. Lagian, kalo menurut saya ngga perlu sedih. Dijadiin pelajaran dan pengalaman aja. Hal kayak gini cuma terjadi sekali seumur hidup."
"Ya.. kalo di rolling berkali-kali, bakal jadi hal yang berkali-kali juga seumur hidup." Bela Sara.
"Bukan. Maksud saya, hal kayak gini perlu kamu syukuri. Kamu bisa explore kemampuan kamu ditempat baru. Kamu bisa ketemu banyak orang dengan berbagai watak yang berbeda, dan yang kayak gitu, perlu kamu pahami meskipun terlihat sepele. Karena, kerja tim itu ngga gampang. Kamu ngga bisa egois dengan mikirin diri kamu aja, yang menurut kamu benar. Harus denger dari semua kepala, harus bisa menyesuaikan. Menurut saya, itu pelajaran dan bakal jadi pengalaman yang ga semua orang bisa dapet."
"Ngomong kayak gini cuma buat nenangin aku aja, kan?"
Arion tertawa terbahak-bahak.
"Lah, itu kamu tau." Lanjutnya lagi masih terus tertawa.
Terlihat ada motor yang baru saja parkir. Sudah jelas itu Pak Mario, dari seragam yang ia kenakan mudah dikenali.
"Tuh, yang ditunggu dateng." Ujarnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Sara bersalaman dengan Pak Mario. Jujur dalam hati, rasanya begitu gugup. Padahal tadi masih terasa biasa-biasa saja.
"Mari, kita ngobrol diruang karyawan saja ya." Ucap Pak Mario
Sara mengikuti Pak Mario ke ruang karyawan. Tapi wajah Arion, seperti meledek. Ia terus terkekeh geli. Dasar!
"Silahkan duduk."
"Gimana hari ini? Sehat?" Tanya nya berbasa-basi.
"Alhamdulillah, Pak."
"Langsung saja ke inti nya ya, Sara. Karena di cabang jakarta selatan ada staff yang mengundurkan diri secara mendadak, jadi, kamu yang harus menggantikan posisi dia disana."
Sara hanya mengangguk.
"Kamu keberatan?"
Keberatan sih engga. Soalnya ngga gue gendong. Cuma agak gimana ya..
"Engga, Pak."
"Berarti sudah siap ya? Mulai besok, kamu mulai masuk shift pagi disana."
"Baik, Pak."
"Kalo begitu, saya pamit dulu ya. Masih ada urusan lain. Assalamualaikum." Ucapnya sambil bersalaman dengan Sara.
"Waalaikumussalam."
Baru saja melenggang pergi menghilang dari pintu, Pak Mario kembali menarik badannya mundur.
"Sara, kalo ada kendala, bisa hubungi saya segera ya."
"Oh, iya. Baik, Pak."
Huft.. tempat baru.
***
Nara, senior perempuan di cabang tangerang ini begitu baik pada Sara. Hari ini, saat tau bahwa Sara akan pindah, ia menangis dan memesan beberapa box pizza untuk dimakan bersama dengan para staff disini.
"Padahal aku udah seneng banget ada staff perempuan. Bosen banget, capek disini ngga ada yang ngerti aku. Kalo isi nya cowok semua ya begini, ngga ada paham cewek." Ujar Nara sembari menyeka air matanya.
"Ngga apa-apa kak. Nanti kan aku bisa main kesini."
"Lebay!" Celetuk Dani.
Arion mendekat pada Nara, "Kalo Sara ngga main kesini, kita minta Pak Mario buat mindahin Sara kesini, Ra." Ucapnya sambil melahap sepotong pizza
"Iya, bener. Mau minta di revisi pokoknya ke Pak Mario. Ngga terima." Nara senang karena memiliki staff perempuan. Walaupun tidak satu jam kerja, tapi menurut Nara, Cafe akan terasa hidup jika ada perempuannya. Terlebih lagi, perempuan akan lebih detail dalam masalah kebersihan. Selama ini yang lebih rajin membantu Nara menjaga kebersihan, dibanding Dani, hanya Arion yang mau.
"Ngga apa-apa kak, nanti aku bisa main. Lagian, jaraknya kan cuma 45menit. Kalo bisa, aku tiap hari deh bolak-balik main." Jawab Sara
"Janji, ya?" Ucap Nara mengacungkan jari kelingkingnya
Sara mengangguk dan mengkaitkan kelingkingnya di kelingking Nara.
"Geli, ih. Kayak bocah lu pada." Sindir Dani dan melenggang pergi keluar dari ruang karyawan.
"Kerja! Kerja!" Teriak Dani pada Nara agar segera bekerja. Nara yang mendengar itu pun langsung pergi menyusul Dani.
Tinggal Arion dan Sara diruangan ini.
"Kak, aku pamit ya. Mau beresin baju-baju sama barang-barang aku di kost-an. Habis itu langsung kesana."
Arion mengangguk, "Mau saya anter?"
"Kemana?" Tanya Sara bingung.
"Ke cafe baru."
"Engga, perlu. Aku bisa pesen ojek online."
"Oke kalo gitu. Hati-hati, ya."
Sara mengangguk, dan pergi meninggalkan ruang karyawan.
Tidak peka, seharusnya tanpa diberi izin pun, harus inisiatif lebih dulu bukan? Kenapa harus berbasa-basi minta izin segala? Dasar pria.
****
04-06-23
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyf
RomanceTentang seorang gadis yang mencari jati dirinya, melepas kepenatan hidup, mencari labuan hati yang tepat pun mencari arti bahagia yang sesungguhnya. lahir dari keluarga Broken Home, dituntut untuk selalu tabah, tangguh, dan kuat. membuat Sara untuk...