Sudah beberapa minggu terlewati semenjak insiden yang mengakibatkan nyawa kedua anak di Istana Berlian terancam. Tetapi, karena kemurahan hati sang korban mereka tidak membahas masalah itu lagi dan mereka menganggap insiden ini sebagai salah satu kenangan buruk selama menjalani kehidupan di istana yang terasingkan itu.
Sekarang sudah memasuki musim semi dan Royanne telah menginjak usia 4 tahun. Sebagai anak dengan perkembangan yang mengerikan, tentu saja di umur segitu dia sudah bisa berbicara dengan lancar, berjalan dan berlari dengan baik. Tapi, satu hal yang mungkin bisa membuat para orang tua iri adalah dirinya yang memiliki otak jenius dan sekarang dalam tahap belajar huruf-huruf alphabet atau bisa dikatakan dia sedang belajar membaca dan menulis.
Memperoleh informasi sangat penting, bukan hanya sekedar melihat atau bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan luas seperti Amalia. Royanne berfikir dia harus bisa segera membaca sebagai dasar pengetahuan ketika tiba saatnya dia mengunjungi perpustakaan, yang menjadi surga informasi untuk Royanne.
Sambil membaca sebuah buku kecil di kamarnya, Royanne memikirkan banyak hal tentang rencana masa depannya dan juga mengenai beberapa alasan tentang kejanggalan yang ia temukan selama 3 tahun hidup di dunia baru itu.
Buku adalah gudang ilmu dengan tak terhitung manfaatnya. Salah satu orang yang Royanne kenal dengan pengetahuan yang luas adalah Amalia.
Wanita muda yang berada pada kisaran usia awal 20 tahunan itu, memiliki rambut berwarna keemasan dan tinggi sekitar 163 cm, ia memiliki wajah yang lembut dan hal itu memperjelas aura keibuan yang dimilikinya, walaupun ia belum menikah. Amalia selalu memberi tatapan lembut dengan kedua matanya yang berwana biru terang seperti langit yang cerah di musim panas dan membuat Royanne selalu merasa tenang dan nyaman berada dalam asuhannya.
Namun, hal yang menjadi nilai tinggi dari Amalia adalah pengetahuannya yang sangat luas dan keterampilannya dalam mengaplikasikan ilmunya tersebut, membuat dirinya sangat berbeda dari pelayan atau ibu asuh biasanya. Sesungguhnya Royanne terkadang penasaran kenapa wanita dengan potensi tinggi seperti ini berakhir dengan mengurus seorang bayi? Walau memang suatu kehormatan karena ditugaskan merawat Putri Raja.
Tetapi, menurut peraturan dan kebiasaan etiket kebangsawanan Chavalier, yang dapat menerima tugas untuk menjadi ibu asuh itu adalah wanita yang telah menikah dan setidaknya sudah memiliki satu anak. Karena mereka telah dinilai sudah mampu dalam merawat anak dan memiliki bukti nyata atas kemampuannya tersebut sehingga dapat dipercaya ketika mereka diminta untuk merawat anak-anak Raja.
Aturan tersebut merupakan hal umum yang diketahui oleh seluruh nyonya bangsawan Chavalier, namun sepertinya aturan tersebut tidak berlaku untuk Amalia. Anne terkadang berfikir keras mengenai alasannya dan terkadang menerima jawaban atas pemikirannya sendiri setelah melihat kondisi fisik Amalia.
'Apakah mungkin ada kaitannya dengan bekas luka yang ada di pergelangan tangan dan kaki Amalia?'
Terkadang Royanne menganggap bahwa semua jawaban atas pertanyaan yang berselancar di kepalanya adalah akibat dari bekas luka itu. Memang benar, di zaman kerajaan yang sangat mementingkan kualitas fisik selain tingkat pendidikannya, sebuah luka atau bekas luka yang tidak akan hilang merupakan sebuah aib bagi wanita bangsawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant Princess
FantasiaAku adalah seorang wanita muda yang memiliki kehidupan sempurna dengan kekuasaan dan harta yang telah aku punya sejak lahir. Tapi, ini tidak adil! Kenapa aku yang sangat sempurna ini, harus mati dengan cara yang konyol dan menyakitkan seperti ini...