The Sweetness.

1.8K 175 72
                                    

Midnight update!✨
Ada yang masih bangun tidak?🤣
Enjoy!❤️
Jangan lupa vote dan komen ya gengs👌🏻
‼️⚠️Hati hati ⚠️‼️

.
.
.
.
.
.
.
.

"Ihh itu buttermilk nya didiemin jangan dimainin!"

"Ih itu putih sama kuning telur nya dipisahin sayang. Baca dong itu resepnya!"

Yaa kira kira begitulah kericuhan di dapur berkat ulah Chenle yang malas menbaca buku resep, juga dirinya yang malah asik main sendiri.

"Udah kamu mixer ini aja putih telur nya ya. Sambil masukin gula nya dikit dikit. Inget loh, dikit dikit! Kecepatan paling tinggi ya." Tutur Rani, yang setelahnya terfokus pada bahan kering.

"Ini udah?" Tanya Chenle yang tangannya masih sibuk dengan mixer.

"Belum sayang, itu harus sampe kaku gitu dia. Kalo wadahnya dibalik gak bisa tumpah, tuh baru selesai." Jelas Rani.

Chenle menurut, masih dengan mixer ditangan kanannya, dan mangkuk gula di tangan kirinya.

"Itu gula nya langsung tuang semua aja abis ini, terus mixer sampe kaku. Searah jarum jam."

Sudah hampir 4 menit Chenle masih sibuk dengan putih telur beserta mixer tersebut. Lama lama tangannya terasa pegal dan Ia bosan.

"Yaang ini lama banget ih tangan aku pegel." Keluhnya.

Rani yang sedang menimbang bahan kering pun menengok kearah suaminya itu.

Ya gimana gak lama, Chenle men-set kecepatan mixer nya di kecepatan sedang. Seharusnya untuk membuat putih telur dari yang awalnya cair menjadi busa padat kaku itu, mixer nya harus di set jadi kecepatan yang paling tinggi.

Akhirnya Rani menghampiri Chenle, dan mengambil alih mixer dari tangan lelaki itu. Setelahnya Ia menaikkan kecepatan mixer tersebut.

Dan benar saja, hanya butuh waktu satu menit setelah mixer tersebut diambil alih oleh Rani, kocokan putih telur itu berubah menjadi kaku sempurna.

"Ihh tadi aku lama banget gak kaku kaku tuh, nyebelin banget." Keluh Chenle.

"Ya emang speed nya harus yang paling kenceng sayang. Nah kamu tadi tuh di nomor 2, harus nya langsung 3." Terang Rani.

"Kamu gak bilang!"

"Aku udah bilang ya. Lagian tuh harusnya kamu bisa baca tuh buku resep, didepan mata juga." Omel Rani, sedangkan Chenle hanya menanggapinya dengan cengiran lebar.

Rani hanya menggelengkan kepala nya, lalu sibuk kembali untuk tahap selanjutnya, yaitu mengocok gula dan butter.

"Sayang sini bantuin daripada makanin gula ih."

Chenle tertawa lalu mendekat kearah Rani.

"Nih abis ini kamu tuangin tuh minyak nya kesini, dikit dikit sesuai aku suruh ya."

"Terus kamu ngapain?" Tanya Chenle.

"Ya ngemixer lah." Sahut Rani setengah kesal.

Chenle menurut.

Tahap selanjutnya itu pengayakan bahan kering, seperti tepung terigu, maizena, coklat bubuk, dan garam. Nah ini dicampurkan secara bergantian dengan buttermilk, setelah itu baru di mixer lagi dengan kecepatan rendah, sampai tercampur rata.

Setelah itu baru lah diberi perwarna merah, lalu masukan kocokan putih telur tadi, aduk rata pake spatula.

"Kamu olesin loyang nya pake butter deh, terus nanti taroin baking paper. Oles nya pake kuas tuh, tipis tipis yaa jangan kebanyakan."

Husband | Chenle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang