Bagian 05

20 23 2
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Ujian kenaikan kelas akhirnya tiba. Hari ini adalah hari pertama sekolah Andra mengadakan ujian rutin tiap tahunnya. Seperti biasa seluruh murid dari mulai kelas X XI XII di pecah di beberapa kelas di satukan dengan kelas lainnya.

Andra kebagian di ruang 2 no absen 12. Andra kini tengah mencari di bangku mana nomornya di tempel. Di temukanlah no absen 12 di bangku nomor 3 bersama seorang kakak kelas. Dia bukan hanya kakak kelas dia juga seorang ketua osis di sekolah Andra.

Andra tersenyum canggung saat mendapati Kak Fikran lah yang duduk di samping dirinya.

"Boleh gue duduk kak"

"Oh lo yang sebangku sama gue, boleh dong"

"Makasi"

"Iya sama-sama gak usah canggung gitu sama gue"

Andra tersenyum canggung kemudian duduk di sebelah Kak Fikran.

"Bay the way, nama lo siapa dek?"

"Na..aa..aa..." Andra gugup.

"Dek dek lo lucu ya. Jangan gugup gitu coba lo ngomong pelan-pelan" Kak Fikran ceringihan.

"Nama gue Andra kak"

"Oh Andra" Kak Fikran menjeda.

"Tapi setau gue Andra disekolah ini cuma ada satu anak IPA. Lo murid baru ya?"

"Gak kak gue Daviandra anak IPA"

"Lah kerudung lo kemana?"

Tring...

Belum sempat Andra menjawab pertanyaan dari Kak Fikran. Perhatian mereka kini tertuju kepada murid lainnya yang baru sampai di kelas di barengi dengan suara bel.

Seorang pengawas berperawakan cantik memasuki ruang kelas sembari membawa beberapa kertas soal dan beberapa lembar jawaban komputer (LJK). Sebut saja dia Ibu Resi.

"Sudah berdoa?"

"Belum bu" salah satu siswa menjawab.

"Fikran pimpin doa"

"Oke teman-teman. Berdoa dalam hati mulai"

...

"Selesai"

"Andra Fikran" panggil Bu Resi tanpa melihat ke arah murid

"Iya bu" jawab Kak Fikran sendirian.

Bu Resi melambaikan tangannya ke arah meja Andra dan Kak Fikran, tanda bahwa Andra dan Kak Fikran harus menghampiri dirinya.

"Ini tolong suruh teman kalian tanda tangani daftar hadirnya"

Andra dan Kak Fikran mengangguk kemudian beranjak pergi dari meja Bu Resi.

"Eh tunggu"

"Iya bu" jawab Andra lembut.

"Ibu nyuruh Andra kenapa jadi kamu"

"Bu dia memang Andra. Cuma sekarang dia lepas mukenanya bu" ucap salah satu murid.

"O...oh gitu" jawab Bu Resi patah-patah sambil menatap Andra dari atas sampai bawah.

Beberapa siswa pun ada yang tertawa melihat Andra tertunduk di depan kelas yang sedang merasa malu.

Andra rela di permalukan demi membuka aib untuk ayahnya. Dia tidak peduli dengan perlakuan teman-temannya, seiring berjalannya waktu semua keadaan pasti akan membaik.

"Ayo Andra"

Andra dan Kak Fikran mulai menghampiri siswa untuk menanda tangani daftar hadir. Tidak Andra sadari sekarang dirinya sedang berdiri di meja yang diduduki Reyzan.

Daviandra ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang