Tepat lima belas menit setelah kedatanganya sepulang sekolah, Mila mendekati kantor perawat untuk menanyakan informasi lebih jauh, ibu Mila telah masuk kedalam ruang perawatan, pihak rumah sakit menjelaskan bahwa ibunya terkena serangan jantung stelah ia melukai dirinya sendiri dengan cara menusukan ujung sendok ke leher nya sehingga berhasil mengeluarkan darah segar. Nada iba terdengar dalam ketika seorang dokter menjelaskan apa yang terjadi pada ibunya, dan gadis itu pun mengangguk sebagai tanda terima kasih, lalu berbalik pergi menuju ruangan ibu nya yang sedang dirawat bahwa ia harus segera bertemu denganya, Mila ingin sekali mendengar suara ibunya untuk mengetahui bahwa ibunya baik-baik saja, kata-kata Dio dan perawat tersebut sudah berkali-kali menjelaskan keadaan ibunya kepada gadis itu, namun kata-kata mereka sangat tidak berarti sebelum ia benar-benar memastikan sendiri.
Memori itu kini berputar kembali seandainya ayah nya tidak meninggal, Ibunya akan tetap sehat dan berdiam diri dirumah, atau sedang melakukan pekerjaan rumah, atau mungkin menonton televisi film kesukaannya, Ibunya tidak akan pernah berakhir dirumah sakit dengan gangguan bertahun-tahun. Dio menghela napas nya ketika mereka sudah berada diruangan rawat ibu mereka berusaha meletakan tangannya di punggung kakaknya dengan sikap menenangkan, "Kenapa harus ibu yang ngerasain ini Yo" Mila tak tahan melihatnya, ia berusaha keras untuk tidak menjatuhkan airmatanya.
Jam dinding sudah menunjukkan waktu jam delapan malam, Mila mendengar pintu kamar inap ibunya terayun membuka, ia menoleh dan melihat seorang dokter datang untuk memastikan keadaan ibunya "Kamu bisa pulang dan istirahat dirumah" ucap dokter tersebut dengan tersenyum ramah, namun Mila hanya mengamati ibunya "Kalo ibu saya bangun, dan gak ada orang yang nemenin ibu gimana Dok?" Ucap gadis itu pada Dokter yang bernama Ruby jelas tertera di seragamnya."Kondisi ibumu sudah membaik, besok akan kita bicarakan lagi soal ibumu, kamu harus pulang,besok kamu sekolah kan" ucapnya, Dio sudah pulang lebih dulu kerumahnya, sehingga Mila sendiri yang masih menunggui ibunya "Ini" sodornya memberikan satu bungkus roti, "Saya perhatikan kamu belum makan" dengan penuh pertimbangan akhirnya ia menerima pemberian tersebut. "Terima kasih Dok" Ucapnya sambil mengambil roti tersebut. "Pulanglah"
...
Aletta tidak sengaja melihat Mila keluar dari kamar ibunya dirawat, gadis di ujung koridor itu segera menyembunyikan dirinya dari sana agar tidak diketahui, Eh si kampong,ngapain tuh orang. Batinnya Aletta mengamati Mila perlahan meninggalkan koridor rumah sakit, dirasa gadis itu sudah pergi dan tidak terlihat lagi, Aletta melesat menghampiri pintu kamar inap yang tertutup, menyadari ia tidak harus berlama-lama ia pun membuka gagang pintu tersebut kemudian berjalan cepat tanpa suara, ketika ia sudah berada tepat di brangkar pasien yang sedang tertidur, ia pun menduga-duga bahwa pasien tersebut adalah ibunya Mila.
Ia terkejut ketika pintu ruangan terbuka "Aletta" ia pun berbalik dan terkejut, ekspresi panik nya tertangkap oleh Dokter Ruby."Sudah malam, jam jenguk sudah habis, Kenapa kamu gak bareng Mila aja tadi, baru aja dia keluar"Ucapnya sambil tersenyum."I..iya Kak, aku baru sempet kesini jenguk Mama nya Mila"Ucapnya bohong
"Besok kesini lagi aja bareng sama Mila"
"Oiya kak, ibunya Mila sakit apa? Soalnya Mila gak cerita"
"Ibu nya kena serangan Jantung, pas waktu mau nusuk leher nya pakai ujung sendok" ucapnya miris
"Hah... pakai sendok"
"Untung Rumah sakit Khusus ibunya dirawat cepet bawa kesini"
"Khusus, maksud nya. Gangguan jiwa?" kemudian di angguki oleh Dokter tersebut
"Mila gak pernah cerita apa-apa soal keluarga nya"
"Kenapa"
"Mungkin Mila malu." Hening sejenak "Kakak harap kamu bisa jadi teman yang baik untuk Mila"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Words Gift🥀
Jugendliteratur"Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal, pergi dan melepaskanmu." - Mila