Tiga bulan laluDalam kegelapan, Gian mendengar Jasmine menarik napas.
"Mungkin aku seharusnya pergi."
Ada raut kecewa dalam benak Gian dengan jawaban Jasmine, tetapi juga sedikit lega. Mereka berbalik dari taman, berjalan menuju mobil Gian dalam hening, keduanya tenggelam dalam fikiran masing-masing. Setiba di dalam mobil Gian mulai melaju kan mobilnya sementara Jasmine bersandar pada bahu kekasihnya.
"Aku sayang kamu"
Ucap seorang lelaki yang kini sedang menggengam lembut lengan wanita yang ia cintai, lelaki itu tak merisaukan gerutuan kekasihnya yang sedari tadi meminta diperhatikan.
"Besok jadi datang kan ?" ucap gadis dengan rambut lurus sepinggang, sambil menggulunga lengan kemeja flannel yang dikenakan kakasihnya, alih-alih menjawab anak lelaki itu hanya meminkan rambut kekasih nya yang hitam dan panjang.
"Aku cinta kamu"
Flashback on.
Memori itu selalu mendatangi Gian, ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika kekasih yang ia cintai kini harus terbaring dan tidak sadar kan diri dikamar bernuansa putih itu, entah kapan gadis bertuliskan namanya Jasmine yang tertera di ranjang pasien itu akan kembali sadar dan menemani hari-hari Gian kembali.
Satu bulan sudah berlalu Jasmine koma karena kecelakaan nahas malam itu, hampir satu bulan juga Gian tidak pernah menunjukkan batang hidung nya di sekolah, banyak yang beropini jika Gian di keluarkan dari sekolah.
"Hmmph..." Gian mendengus menahan tawa yang seolah-olah kapan pun akan meledak dari mulutnya. Kilasan-kilasan mengenai sesuatu yang terjadi setelah ia melawan segerombolan anak remaja yang membawa senjata tajam, diam-diam menyesap di kepalanya.
Darah yang terus keluar dari mulut dan hidungnya tidak ia perdulikan lagi, pandangannya yang saat itu mulai remang-remang, mendapati hal yang cukup mengejutkan, lama Gian mengernyit mencoba menganalisis sesuatu yang ia lihat saat itu pandangannya cukup kabur karena terkena hujan yang turun begitu deras. Rasa sakit di tubuh dan hatinya kini terlupakan , tergantikan oleh rasa penasaran dengan bebrapa langkah ia menggerakkan kaki nya menuju seoarang gadis kurus, tirus, berambut sebahu lurus, dengan kulit pucat sedang berdiri diatas tebing yang curam, mati-matian gadis itu meyakinkan dirinya untuk melompat kearah bawah yang begitu mengerikan jurang dengan kedalaman yang lumayan mengerikan dikelilingi bebatuan yang sangat besar.
Gian jelas tahu apa yang akan dilakukan oleh gadis disebelahnya ini, ia lumayan kaget. Awalnya ia tidak mau tau dan tidak perduli dengan apa yang akan di lakukan oleh gadis disebelahnya ini, namun lama-kelamaan Gian jengah melihat tingkah gadis yang ragu-ragu untuk melompat, Gian hanya ingin melihat apakah gadis kurus itu akan berani melompat kejurang yang sangat curam itu atau ia akan menyerah, Gian akhirnya memberanikan diri bertanya pada gadis itu.
"Lompat sana!" ucap nya acuh dengan suara yang berat itu, gadis kurus itu hanya menoleh dan tidak memperdulikan Gian.
"Paling juga karena hamil, terus bunuh diri" ucap nya kembali tanpa perasaan. alih-alih menjawa, namun tangis nya semakin kencang.
"Gue cuman mau kasih tau sama lo, kalo lo ragu-ragu untuk bunuh diri mending gak usah"
"...." Gadis itu kembali tidak memperdulikan Gian yang berbicara sedari tadi.
Lama Gian menantikan apayang akan di lakukan oleh gadis berambut sebahu itu, tak kunjung di lakukan sampai hujan sudah berhenti, lelaki itu menerka-nerka apa yang membuat gadis itu mati-matian ingin mati. merasa jengah menunggu apa yang akan di lakukan oleh nya. Gian berjalan menuju motor besar hitam miliknya, berencana meninggalkan gadis itu sednrian dan ia memutuskan tidak akan pernah ikut campur dengan kehidupan seseorang.
"Bughhh..." hampir saja Gian jatuh dari atas motor nya jika ia tidak segera menahan kakinya, gadis itu tiba-tiba sudah ada di hadapan Gian lalu menendang motor nya dengan sangat kuat,
"Woiii...sialan" belum sempat ia melepaskan helm nya gadis itu sudah berlari dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Words Gift🥀
Teen Fiction"Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal, pergi dan melepaskanmu." - Mila