08. celebratory list

126 33 6
                                    

Jeongyeon kini menaiki tangga rapuh yang menuju langsung pada gudang yang terdapat di loteng asrama. Ia sibuk mencari sesuatu yang selama ini tersimpan di dalam sana.

Jihyo yang berjaga di bawa tangga hanya bisa memperhatikan sekitar, Jeongyeon menyuruhnya untuk menunggu di bawah dan memantau keadaan. Barangkali keberadaan para ketua asrama akan curiga pada mereka.

"Hey, Jeongyeon!" Teriak Jihyo, ia menggerinyit karna tidak mendapat jawaban apapun.

"Hey, bodoh. Kamu masih hidup, kan?" Ulang Jihyo sekali lagi, namun hingga beberapa menit setelahnya ia tak kunjung mendapatkan jawaban apapun.

Jihyo yang mulai khawatir terpaksa menaiki tangga untuk menyusuli Jeongyeon. Sesampainya di atas loteng, ia menemukan Jeongyeon yang tampak sibuk mengelap suatu benda yang tampak asing dimatanya.

"Hey, Jeongyeon."

Jeongyeon melirik kearah Jihyo yang mulai berjalan menghampirinya. "Kenapa kamu naik!?"

"Ya, salahmu tidak menjawab panggilanku. Jika kamu mati di atas sini sendirian bagaimana!?"

Jihyo kini memperhatikan barang yang menarik perhatiannya sedari tadi. "Apa ini?" Ucap gadis itu seraya menyentuhnya.

Jeongyeon masih membersihkan barang yang ia cari dengan kain lap basah yang sengaja ia bawa. "Teleskop."

"Eh? Kamu ingin apa dengan ini?"

"Aku ingin melihat sesuatu di dalam kubah."

"Hah? Apakah bisa begitu?"

"Iya. Aku akan mengganti lensanya dengan kaca khusus. Aku sudah menemukannya saat merakit komputer yang kemarin."

Jihyo mengangguk. "Kenapa kau ingin melihat sesuatu didalam kubah? Kau bilang mereka adalah manusia AI buatan alien. Kita bahkan bisa melihat robot yang berterbangan di dalamnya."

"Jihyo."

"Iya?"

"Apa kamu mau ikut denganku?"

Perlu waktu beberapa saat untuk Jihyo menjawab pertanyaan Jeongyeon. "Kau gila." Ucapnya berkacak pinggang. "Tentu saja, ayo." Sambungan dengan senyum gummy hingga membuat Jeongyeon menampar pelan pipinya karena gemas.

_____

Masuknya Jimin kedalam asrama tidak semata-mata membuahkan hasil dengan bisa kembali bertemu dengan gadis yang memikat hatinya, yaitu Jeongyeon. Ia juga berhasil secara tidak langsung berhasil mengetahui tempat para manusia berpotensi yang mungkin saja layak untuk untuk di dapuk menjadi masyarakat kubah.

Dengan kamera tersembunyi di dalam gelang yang Jimin pakai, ia berhasil menangkap momen-momen saat ia menyusuri pemukiman asrama. Ia juga berhasil merekam Jeongyeon yang berjalan menyusuri bukit, dan tampak pemandangan gadis itu menatap kubah besar dihadapannya dengan tatapan sendu. Seakan-akan takut dan takjub dengan besar massa yang ada di dalamnya.

Perbatasan kubah bagian barat hanya terlihat dari luar menunjukan pemandangan hutan, selebihnya adalah kendaraan-kendaraan terbang, rel kereta api setinggi hampir mencapai 1800 meter dan ujung menara pencakar langit kubah. Gedung-gedung dengan kapasitas tinggi tidak lagi terlihat aneh dan menakutkan karna sudah dirancang anti gempa hingga 50 magnitudo.

DivineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang